Perilaku Konsumen Berubah Usai Pandemi, Pengusaha Harus Inovatif

Kamis, 21 Mei 2020 - 18:38 WIB
loading...
Perilaku Konsumen Berubah...
Aktivitas belanja online melalui aplikasi selama pandemi Covid-19 memperlihatkan tren kenaikan. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Hasil survei terbaru lembaga survei McKinsey & Company menunjukan tren kenaikan belanja online yang harus dijawab oleh pelaku usaha. Partner and Co-Leader of Consumer Packaged Goods and Retail practices in Southeast Asia McKinsey, Ali Potia mengatakan, aktivitas belanja melalui aplikasi selama pandemi Covid-19 memperlihatkan tren kenaikan.

Komposisi awal belanja online dengan frekuensi tinggi sebelum pandemi tercatat hanya sebesar 24%. Namun, saat ini komposisinya melonjak jadi 36%. "Hal sama juga terjadi pada belanja online melalui marketplace. Komposisinya naik dari 25% menjadi 40%," ujar Ali di Jakarta, Rabu (20/5/2020). (Baca Juga : 30 Prediksi Konsumen di New Normal (1) )

Dia juga mengkhawatirkan tren belanja online jadi pilihan sehingga berdampak pada lambatnya pemulihan minat masyarakat makan di restoran atau dine-in. Ini dipengaruhi oleh kebijakan physical distancing yang dikampanyekan di berbagai negara. "Masyarakat cenderung tidak ingin berisiko terpapar virus sehingga menghindari makan di restoran atau kafe," ujarnya.

Pemulihan lambat diperkirakan akan terjadi pada beberapa produk ritel seperti pakaian, sepatu, dan perhiasan. Kondisi juga diperparah karena masyarakat Indonesia akan lebih berhati-hati dalam mengalokasikan pengeluarannya.

"Pengeluaran di berbagai segmen diperkirakan turun. Namun ada pengecualian untuk kebutuhan pokok, hiburan, snack, alat-alat pribadi atau personal care, dan peralatan rumah tangga," tuturnya.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Ali memberi saran bagi dunia usaha untuk mempertimbangkan inovasi agar dapat menyesuaikan perilaku konsumen usai pandemi.

Dalam bisnis makanan dan minuman misalnya, dia mengatakan pelaku usaha bisa mengambil pendekatan untuk menjual produk-produk dalam kemasan yang bisa diolah secara mandiri oleh konsumen.

Salah satu inovasi dilakukan pelaku bisnis minuman boba menghadapi kondisi ekonomi yang tertekan. PT Pelepas Dahaga Indonesia sebagai master franchisee dari Xing Fu Tang di Indonesia meluncurkan boba Do It Yourself (DIY) pada pertengahan April lalu. Adapun dalam kurun waktu seminggu, dari 24 April hingga 1 Mei 2020 sudah terjual 3.000 paket DIY Xing Fu Tang.

Managing Director PT Pelepas Dahaga Indonesia (Pelaga) Vancelia Wiradjaja menjelaskan awalnya pada 17 April 2020, Xing Fu Tang menerapkan sistem pre-order untuk paket Bobya DIY Xing Fu Tang ini.

"Kami menerima 350 pesanan pre-order dan ribuan permintaan melalui media sosial. Kemudian, pada tanggal 24 April 2020, paket DIY Xing Fu Tang tersedia di beberapa gerai dengan pemesanan online melalui Go-food atau di ambil ke gerai," jelas Vancelia beberapa waktu lalu.

Selanjutnya dari tanggal 24 April tersebut sampai 1 Mei sudah terjual lebih dari 3.000 paket DIY Xing Fu Tang di seluruh Indonesia. Nanti pihaknya akan mengevaluasi apakah strategi ini akan dilanjutkan atau tidak apabila PSBB selesai.

"Peningkatan pemesanan terus terjadi sampai sekarang, mencapai 30% sampai hari ini membantu penjualan di tengah tekanan saat ini," jelas Vancelia.

Ekspansi gerai baru Xing Fu Tang yang tertunda tahun ini juga direncanakan akan dilakukan usai PSBB. Setidaknya pihaknya sudah mengkonfirmasi akan membuka 7 cabang yang tersebar di dua gerai sedang dibangun di Tangerang, lalu juga sedang dibangun di Yogyakarta. Berikutnya juga direncanakan di Semarang, Bali, Pekanbaru dan Batam. "Sebelum Desember kita rencanakan sudah bisa terealisasi setidaknya 7 gerai baru," ujarnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1541 seconds (0.1#10.140)