Peran Perempuan dalam Pengembangan Usaha Syariah Bukan Main-main
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berbagai program sinergi pengembangan usaha syariah yang dilakukan Bank Indonesia (BI) bersama stakeholders ditempuh dengan melibatkan peran perempuan . Saat ini perkembangan ekonomi syariah secara global terus meningkat.
"BI terus melakukan pemberdayaan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia salah satunya melalui pemberdayaan perempuan," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti.
Berdasarkan laporan Refinitiv dan ICD, aset keuangan syariah global diproyeksi naik dari USD2,8 triliun pada 2019 menjadi USD3,69 triliun pada 2024 mendatang.
Pertumbuhan aset keuangan syariah global ini dipastikan juga terjadi di Indonesia. Pertumbuhan yang pesat ini juga dilakukan melalui pemberdayaan perempuan.
“Menarik pula, BSI sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik BUMN juga memiliki jumlah pegawai perempuan cukup banyak. Dari total hampir 20.000 karyawan BSI, sekitar 40% di antaranya adalah perempuan. Porsi senior management perempuan 20% dan porsi BOD sudah 20% wanita,” kata Direktur Utama BSI, Hery Gunardi.
Karena itu, Hery Gunardi mengatakan, peran perempuan semakin diperhitungkan di Tanah Air baik dari sisi bisnis maupun keuangan. Termasuk di perbankan syariah secara umum dan BSI khususnya.
Partisipasi perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di perekonomian, sosial, maupun politik, tegas dia, bukan karena belas kasihan atau kuota yang ditetapkan oleh pemerintah atau unit usaha. Namun lantaran kemampuan dan profesionalitas dari kaum perempuan.
BI terus mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Salah satunya, mendorong inklusi keuangan bagi 130 juta penduduk yang masih belum terjangkau akses perbankan melalui pengembangan layanan bank syariah pelat merah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Hal ini dijabarkan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam webinar Perempuan Tangguh yang Menginspirasi bagi Pembangunan Ekonomi Syariah Indonesia dalam sambutannya pada webinar BSI menyambut Hari Kartini.
Turut menjadi nara sumber webinar ialah Direktur Utama BSI, Hery Gunardi; Staf Khusus Presiden bidang Sosial, Angkie Yudistia; pimpinan Baznas, Saidah Sakwan; Deputy Director Business Incubation Shariah KNEKS, Indarwati Rifianingrum; serta desainer penerima penghargaan Ibu Negara Kartini Award, Amy Atmanto, yang juga pembina industri kreatif dan Pengurus Pusat MES (Masyarakat Ekonomi Syariah).
Destry menjelaskan, pasar keuangan syariah di Indonesia terus berkembang. Bukan hanya melalui perbankan syariah tapi juga melalui pasar modal, bahkan fintech syariah. Inklusivitas pada EKSyar (cetak biru sistem pembayaran ekonomi dan keuangan syariah) menjadi nilai tambah, ditambah mampu menjadi jembatan untuk mengurangi ketimpangan antara orang kaya dan miskin.
Karena hingga saat ini masih ada 130 juta penduduk belum terjangkau oleh akses perbankan. Sementara itu desainer penerima penghargaan Ibu Negara Kartini Award, Amy Atmanto, yang juga pembina industri kreatif dan Pengurus Pusat MES (Masyarakat Ekonomi Syariah) menyampaikan mimpinya tentang Unicorn Modest Fashion Moslem Indonesia yang dilirik dunia.
Dituturkannya belanja modest fashion ranking dunia terbesar saat ini adalah Turki dengan total belanja USD29 miliar, UAE USD23 miliar, dan Indonesia USD21 miliar diurutan ke-3.
Sementara untuk ekspor China USD10,6 miliar, India USD3,1 miliar, dan Turki USD2,3 miliar. Tahun 2024 diperkirakan belanja moslem dan clothing apparel akan tumbuh 6% mencapai USD402 miliar.
Selain itu Indonesia juga merupakan pasar domestik ketiga terbesar dengan nilai belanja USD21 triliun. "Saat ini pencarian Google dengan keyword moslem fashion Indonesia tebesar 77%, diikuti Malaysia 15%, dan sisanya Inggris dan negara lain," ungkapnya.
Dengan begitu, potensi ekspor yang besar ke Saudia Arabia, Pakistan, UAE, serta Eropa Selatan, Eropa Timur dan Asia Selatan terbuka lebar dan membutuhkan dukungan investor, pemerintah, dan perbankan.
"Harapannya, pelaku Modest Fashion Indonesia harus terus berinovasi sehingga mampu menarik minat para angel investor agar tidak hanya berinvestasi pada startup dibidang aplikasi teknologi saja. Kita berharap prospek industri modest fashion di Indonesia dapat direalisasikan sampai munculnya unicorn modest fashion moslem Indonesia," tukas Amy.
Sebelumnya, Menteri Keuangan selaku Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Sri Mulyani, secara terpisah menyampaikan peranan perempuan yang menjadi wirausaha meningkatkan potensi kontribusi terhadap PDB sangat besar.
Potensi kontribusi dalam wujud nyata adalah di sektor UMKM, yakni 53,76% UMKM dimiliki oleh perempuan dengan 97% karyawan adalah perempuan, dengan kontribusi terhadap perekonomian 61%.
"BI terus melakukan pemberdayaan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia salah satunya melalui pemberdayaan perempuan," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti.
Baca Juga
Berdasarkan laporan Refinitiv dan ICD, aset keuangan syariah global diproyeksi naik dari USD2,8 triliun pada 2019 menjadi USD3,69 triliun pada 2024 mendatang.
Pertumbuhan aset keuangan syariah global ini dipastikan juga terjadi di Indonesia. Pertumbuhan yang pesat ini juga dilakukan melalui pemberdayaan perempuan.
“Menarik pula, BSI sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik BUMN juga memiliki jumlah pegawai perempuan cukup banyak. Dari total hampir 20.000 karyawan BSI, sekitar 40% di antaranya adalah perempuan. Porsi senior management perempuan 20% dan porsi BOD sudah 20% wanita,” kata Direktur Utama BSI, Hery Gunardi.
Karena itu, Hery Gunardi mengatakan, peran perempuan semakin diperhitungkan di Tanah Air baik dari sisi bisnis maupun keuangan. Termasuk di perbankan syariah secara umum dan BSI khususnya.
Partisipasi perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di perekonomian, sosial, maupun politik, tegas dia, bukan karena belas kasihan atau kuota yang ditetapkan oleh pemerintah atau unit usaha. Namun lantaran kemampuan dan profesionalitas dari kaum perempuan.
BI terus mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Salah satunya, mendorong inklusi keuangan bagi 130 juta penduduk yang masih belum terjangkau akses perbankan melalui pengembangan layanan bank syariah pelat merah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Hal ini dijabarkan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam webinar Perempuan Tangguh yang Menginspirasi bagi Pembangunan Ekonomi Syariah Indonesia dalam sambutannya pada webinar BSI menyambut Hari Kartini.
Turut menjadi nara sumber webinar ialah Direktur Utama BSI, Hery Gunardi; Staf Khusus Presiden bidang Sosial, Angkie Yudistia; pimpinan Baznas, Saidah Sakwan; Deputy Director Business Incubation Shariah KNEKS, Indarwati Rifianingrum; serta desainer penerima penghargaan Ibu Negara Kartini Award, Amy Atmanto, yang juga pembina industri kreatif dan Pengurus Pusat MES (Masyarakat Ekonomi Syariah).
Destry menjelaskan, pasar keuangan syariah di Indonesia terus berkembang. Bukan hanya melalui perbankan syariah tapi juga melalui pasar modal, bahkan fintech syariah. Inklusivitas pada EKSyar (cetak biru sistem pembayaran ekonomi dan keuangan syariah) menjadi nilai tambah, ditambah mampu menjadi jembatan untuk mengurangi ketimpangan antara orang kaya dan miskin.
Karena hingga saat ini masih ada 130 juta penduduk belum terjangkau oleh akses perbankan. Sementara itu desainer penerima penghargaan Ibu Negara Kartini Award, Amy Atmanto, yang juga pembina industri kreatif dan Pengurus Pusat MES (Masyarakat Ekonomi Syariah) menyampaikan mimpinya tentang Unicorn Modest Fashion Moslem Indonesia yang dilirik dunia.
Dituturkannya belanja modest fashion ranking dunia terbesar saat ini adalah Turki dengan total belanja USD29 miliar, UAE USD23 miliar, dan Indonesia USD21 miliar diurutan ke-3.
Sementara untuk ekspor China USD10,6 miliar, India USD3,1 miliar, dan Turki USD2,3 miliar. Tahun 2024 diperkirakan belanja moslem dan clothing apparel akan tumbuh 6% mencapai USD402 miliar.
Selain itu Indonesia juga merupakan pasar domestik ketiga terbesar dengan nilai belanja USD21 triliun. "Saat ini pencarian Google dengan keyword moslem fashion Indonesia tebesar 77%, diikuti Malaysia 15%, dan sisanya Inggris dan negara lain," ungkapnya.
Dengan begitu, potensi ekspor yang besar ke Saudia Arabia, Pakistan, UAE, serta Eropa Selatan, Eropa Timur dan Asia Selatan terbuka lebar dan membutuhkan dukungan investor, pemerintah, dan perbankan.
"Harapannya, pelaku Modest Fashion Indonesia harus terus berinovasi sehingga mampu menarik minat para angel investor agar tidak hanya berinvestasi pada startup dibidang aplikasi teknologi saja. Kita berharap prospek industri modest fashion di Indonesia dapat direalisasikan sampai munculnya unicorn modest fashion moslem Indonesia," tukas Amy.
Sebelumnya, Menteri Keuangan selaku Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Sri Mulyani, secara terpisah menyampaikan peranan perempuan yang menjadi wirausaha meningkatkan potensi kontribusi terhadap PDB sangat besar.
Potensi kontribusi dalam wujud nyata adalah di sektor UMKM, yakni 53,76% UMKM dimiliki oleh perempuan dengan 97% karyawan adalah perempuan, dengan kontribusi terhadap perekonomian 61%.
(akr)