Kolaborasi, Langkah Strategis dalam Menciptakan Ekosistem Ultramikro
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 memberikan pukulan telak terhadap kehidupan masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Tak hanya memukul aspek kesehatan, namun virus yang berasal dari Wuhan, China itu juga membuat laju perekonomian tersendat. Bahkan banyak negara yang perekonomiannya negatif.Di dalam negeri, dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh dunia usaha. Tak hanya industri besar tetapi industri skala menengah, kecil, hingga skala mikro dan ultramikro yang dijalankan oleh perorangan.
(Baca Juga : Camkan! BEI Bilang Investasi Saham Bukan Berjudi )
Dari data yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) , ada 87,5% Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Sebagian besar terdampak dari sisi penjualan yang mencapai 93,2% dari total UMKM terdampak.Penurunan penjualan tersebut membuat kalangan pelaku usaha khususnya skala mikro terkendala dengan masalah permodalan. Dana yang semakin terbatas membuat para pelaku usaha harus memutar otak lebih keras lagi agar usaha terus berjalan. Hal itu pulalah yang dialami oleh Rizky Bachtiar (34) yang membuka usaha penjualan telepon seluler dan pulsa di kawasan pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Meskipun penjualan pulsa tetap lancar seperti biasanya, namun tak demikian dengan penjualan telepon seluler baru dan bekas. ‘’Kadang tak terjual satu unit pun dalam tiga hari,’’ungkapnya Jumat (30/4/2021). Kondisi tersebut membuatnya was-was akan keberlangsungan usahanya ke depan. Apalagi, setelah setahun pandemi, dirinya sudah menghabiskan banyak dana untuk membayar dua orang karyawannya, sementara akses kepada pembiayaan formal terbatas. “Tidak ada lagi yang bisa diagunkan,’’tuturnya.
Namun demikian, Rizky mengaku masih bersyukur bisa menjalankan usahanya meskipun modal kian cekak. Itu lantaran dirinya masih bisa menggunakan kendaraan bermotornya untuk dijadikan jaminan mendapatkan modal tambahan. “Istilahnya disekolahkan di Pegadaian. Sudah beberapa kali motor keluar masuk Pegadaian,karena itu aset yang masih bisa dijadikan agunan dengan bunga yang ringan,’’ujarnya.
(Baca Juga : Pegadaian Beri Bantuan Laptop hingga Alquran ke TPA Rapi Nurul Jannah Gowa )
Untuk mendapatkan pinjaman dari bank, Rizky mengaku khawatir terkendala pembayaran cicilan. Ditambah persyaratan yang ketat, membuat dirinya pesimistis pengajuan kreditnya disetujui. “Kalau di Pegadaian prosesnya cepat dan bunganya ringan hanya 1,3% per bulan. Bayarnya pun tak perlu datang ke kantor Pegadaian karena bisa lewat channel pembayaran lain,’’tuturnya.
PT Pegadaian (Persero) selama ini memang menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk mendapatkan darurat. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini memberikan layanan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dalam jangka pendek. Berbeda dengan bank yang berbasis appraisal (kelayakan usaha), Pegadaian menggunakan basis layanan collateral. Tingkat suku bunga yang dikenakan kepada nasabah masih wajar dan murah jika diperbandingkan dengan kredit jangka pendek lainnya.
Salah satu produk yang dimiliki Pegadaian yakni kredit untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kreasi. Dengan sistem fidusia, masyarakat yang memanfaatkan produk Kreasi bisa menggunakan anggunan BPKB sehingga kenderaan masih bisa digunakan untuk usaha. Produk inilah yang dimanfaatkan oleh Rizky untuk mendukung keberlangsungan usahanya ditengah pandemi Covid-19 yang masih melanda.
Menurut Ivan, karyawan Pegadaian Kebayoran Lama, proses pengajuan bisa dilakukan dengan mengirimkan dokumen-dokumen yang disyaratkan melalui aplikasi WhatsApp. Dokumen tersebut meliputi identitas, surat keterangan usaha, hingga bukti kepemilikan kendaraan bermotor yang akan dijadikan agunan atau jaminan. ‘’Kami akan melakukan verifikasi terlebih dahulu. Prosesnya tidak lama, asalkan memenuhi syarat dengan plafon maksimal Rp10 juta,’’paparnya.
(Baca Juga : Camkan! BEI Bilang Investasi Saham Bukan Berjudi )
Dari data yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) , ada 87,5% Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Sebagian besar terdampak dari sisi penjualan yang mencapai 93,2% dari total UMKM terdampak.Penurunan penjualan tersebut membuat kalangan pelaku usaha khususnya skala mikro terkendala dengan masalah permodalan. Dana yang semakin terbatas membuat para pelaku usaha harus memutar otak lebih keras lagi agar usaha terus berjalan. Hal itu pulalah yang dialami oleh Rizky Bachtiar (34) yang membuka usaha penjualan telepon seluler dan pulsa di kawasan pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Meskipun penjualan pulsa tetap lancar seperti biasanya, namun tak demikian dengan penjualan telepon seluler baru dan bekas. ‘’Kadang tak terjual satu unit pun dalam tiga hari,’’ungkapnya Jumat (30/4/2021). Kondisi tersebut membuatnya was-was akan keberlangsungan usahanya ke depan. Apalagi, setelah setahun pandemi, dirinya sudah menghabiskan banyak dana untuk membayar dua orang karyawannya, sementara akses kepada pembiayaan formal terbatas. “Tidak ada lagi yang bisa diagunkan,’’tuturnya.
Namun demikian, Rizky mengaku masih bersyukur bisa menjalankan usahanya meskipun modal kian cekak. Itu lantaran dirinya masih bisa menggunakan kendaraan bermotornya untuk dijadikan jaminan mendapatkan modal tambahan. “Istilahnya disekolahkan di Pegadaian. Sudah beberapa kali motor keluar masuk Pegadaian,karena itu aset yang masih bisa dijadikan agunan dengan bunga yang ringan,’’ujarnya.
(Baca Juga : Pegadaian Beri Bantuan Laptop hingga Alquran ke TPA Rapi Nurul Jannah Gowa )
Untuk mendapatkan pinjaman dari bank, Rizky mengaku khawatir terkendala pembayaran cicilan. Ditambah persyaratan yang ketat, membuat dirinya pesimistis pengajuan kreditnya disetujui. “Kalau di Pegadaian prosesnya cepat dan bunganya ringan hanya 1,3% per bulan. Bayarnya pun tak perlu datang ke kantor Pegadaian karena bisa lewat channel pembayaran lain,’’tuturnya.
PT Pegadaian (Persero) selama ini memang menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk mendapatkan darurat. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini memberikan layanan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dalam jangka pendek. Berbeda dengan bank yang berbasis appraisal (kelayakan usaha), Pegadaian menggunakan basis layanan collateral. Tingkat suku bunga yang dikenakan kepada nasabah masih wajar dan murah jika diperbandingkan dengan kredit jangka pendek lainnya.
Salah satu produk yang dimiliki Pegadaian yakni kredit untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kreasi. Dengan sistem fidusia, masyarakat yang memanfaatkan produk Kreasi bisa menggunakan anggunan BPKB sehingga kenderaan masih bisa digunakan untuk usaha. Produk inilah yang dimanfaatkan oleh Rizky untuk mendukung keberlangsungan usahanya ditengah pandemi Covid-19 yang masih melanda.
Menurut Ivan, karyawan Pegadaian Kebayoran Lama, proses pengajuan bisa dilakukan dengan mengirimkan dokumen-dokumen yang disyaratkan melalui aplikasi WhatsApp. Dokumen tersebut meliputi identitas, surat keterangan usaha, hingga bukti kepemilikan kendaraan bermotor yang akan dijadikan agunan atau jaminan. ‘’Kami akan melakukan verifikasi terlebih dahulu. Prosesnya tidak lama, asalkan memenuhi syarat dengan plafon maksimal Rp10 juta,’’paparnya.