Jaga Stok Pangan, Petani Cilacap Lakukan Percepatan Tanam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Petani di wilayah Cilacap Timur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terus didorong untuk melakukan percepatan tanam dengan memanfaatkan hujan yang masih turun, karena tidak lama lagi akan ada perbaikan irigasi di wilayah tersebut yang akan menyebabkan pasokan air terhenti.
Arif Fatoni, Kepala Seksi Perbenihan dan Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap menuturkan, pihaknya sudah mensosialisasikan percepatan tanam padi kepada petani sejak awal Februari. Sekarang petani sudah melakukan proses pengolahan lahan Musim Tanam kedua (MT II) yang diawali pada akhir Maret lalu seluas 395 hektar setelah panen MT I.
"Untuk percepatan tanam padi, kita sudah sosialisasikan sejak Februari lalu. Petani diimbau untuk segera olah tanah dan semai setelah tanam. Percepatan tanam 395 hektar dan luas tanam keseluruhan seluas 1,952 ha. Dengan menanam lebih cepat diharapkan tanaman padi akan mendapat kecukupan air terhindar dari kekeringan dan dapat panen dengan hasil yang optimal," jelasnya.
Arif menambahkan percepatan tanam dilakukan dengan melakukan pemilihan benih padi umur pendek, dengan varietas Inpari 33 dan Inpari 34 dengan umur tanaman 102 HST. Sedangkan untuk daerah yang rawan kekeringan dianjurkan memakai benih Situ Bagendit dan Inpago yang tahan kekeringan.
Sejak bulan Maret hingga April, luas tanam di Kabupaten Cilacap sudah mencapai 16,853 ha. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan masa panen MT I yang akan segera berakhir.
Menurut Arif, imbauan percepatan tanam yang disampaikan ke petani merupakan tindak lanjut dari Gerakan Percepatan Tanam yang dicanangkan Kementerian Pertanian, selain itu juga berkaitan dengan akan diperbaikinya irigasi di wilayah timur Kabupaten Cilacap dan ditutupnya irigasi pada bulan Juli mendatang.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak petani untuk melakukan percepatan tanam, agar tidak ada lahan yang menganggur untuk menghindari krisis pangan yang diprediksi mengancam setelah Covid-19. SYL juga mengimbau seluruh insan pertanian untuk tetap bekerja selama pandemi Covid-19.
Ajakan yang sama diserukan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. Dedi mengungkapkan dalam Gerakan Ketahanan Pangan Nasional, hal yang harus dilakukan adalah percepatan tanam di lahan-lahan eksisting. Indonesia memiliki lahan sawah 7,4 juta ha, lahan kering 35 juta ha dan lahan rawa eksisting satu juta ha.
"Lahan-lahan tersebut harus dioptimalkan untuk dapat meningkatkan produksi. Juga ketersediaan benih, pupuk dan pestisida yang harus terjamin tersedia di lapangan serta penggunaan alsintan," terang Dedi kepada SINDOnews di Jakarta, Jumat (22/5/2020).
Untuk rencana perbaikan jaringan irigasi akan dilakukan dengan cara menutup saluran air pada bulan Juli mendatang. Antisipasi lain yang dilakukan oleh petani Cilacap adalah pemanfaatan pompa air, sumur pertanian dan sumber air lainnya. Tak lupa petani pun harus mengantisipasi potensi hama padi yang rentan menyerang seperti WBC, penggerek batang dan hama tikus. Bila ini semua dapat diantisipasi, hasil panen pun dapat optimal dapat dipastikan Indonesia tidak akan mengalami krisis pangan.
Arif Fatoni, Kepala Seksi Perbenihan dan Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap menuturkan, pihaknya sudah mensosialisasikan percepatan tanam padi kepada petani sejak awal Februari. Sekarang petani sudah melakukan proses pengolahan lahan Musim Tanam kedua (MT II) yang diawali pada akhir Maret lalu seluas 395 hektar setelah panen MT I.
"Untuk percepatan tanam padi, kita sudah sosialisasikan sejak Februari lalu. Petani diimbau untuk segera olah tanah dan semai setelah tanam. Percepatan tanam 395 hektar dan luas tanam keseluruhan seluas 1,952 ha. Dengan menanam lebih cepat diharapkan tanaman padi akan mendapat kecukupan air terhindar dari kekeringan dan dapat panen dengan hasil yang optimal," jelasnya.
Arif menambahkan percepatan tanam dilakukan dengan melakukan pemilihan benih padi umur pendek, dengan varietas Inpari 33 dan Inpari 34 dengan umur tanaman 102 HST. Sedangkan untuk daerah yang rawan kekeringan dianjurkan memakai benih Situ Bagendit dan Inpago yang tahan kekeringan.
Sejak bulan Maret hingga April, luas tanam di Kabupaten Cilacap sudah mencapai 16,853 ha. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan masa panen MT I yang akan segera berakhir.
Menurut Arif, imbauan percepatan tanam yang disampaikan ke petani merupakan tindak lanjut dari Gerakan Percepatan Tanam yang dicanangkan Kementerian Pertanian, selain itu juga berkaitan dengan akan diperbaikinya irigasi di wilayah timur Kabupaten Cilacap dan ditutupnya irigasi pada bulan Juli mendatang.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak petani untuk melakukan percepatan tanam, agar tidak ada lahan yang menganggur untuk menghindari krisis pangan yang diprediksi mengancam setelah Covid-19. SYL juga mengimbau seluruh insan pertanian untuk tetap bekerja selama pandemi Covid-19.
Ajakan yang sama diserukan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. Dedi mengungkapkan dalam Gerakan Ketahanan Pangan Nasional, hal yang harus dilakukan adalah percepatan tanam di lahan-lahan eksisting. Indonesia memiliki lahan sawah 7,4 juta ha, lahan kering 35 juta ha dan lahan rawa eksisting satu juta ha.
"Lahan-lahan tersebut harus dioptimalkan untuk dapat meningkatkan produksi. Juga ketersediaan benih, pupuk dan pestisida yang harus terjamin tersedia di lapangan serta penggunaan alsintan," terang Dedi kepada SINDOnews di Jakarta, Jumat (22/5/2020).
Untuk rencana perbaikan jaringan irigasi akan dilakukan dengan cara menutup saluran air pada bulan Juli mendatang. Antisipasi lain yang dilakukan oleh petani Cilacap adalah pemanfaatan pompa air, sumur pertanian dan sumber air lainnya. Tak lupa petani pun harus mengantisipasi potensi hama padi yang rentan menyerang seperti WBC, penggerek batang dan hama tikus. Bila ini semua dapat diantisipasi, hasil panen pun dapat optimal dapat dipastikan Indonesia tidak akan mengalami krisis pangan.
(bon)