PLN Siap Konversi PLTD 2.000 MW ke Pembangkit EBT hingga 2025
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guna mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) , PT PLN (Persero) menggelar program konversi 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di 2.100 lokasi di seluruh Indonseia dengan kapasitas 2.000 megawatt (MW) menjadi pembangkit EBT.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, program ini tidak hanya diperuntukkan guna memenuhi target bauran EBT 23% di 2025, tapi juga untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik mengingat beberapa PLTD sudah tua sehingga operasionalnya terbatas 6-12 jam saja. PLTD umumnya digunakan di daerah yang terisolasi dari jaringan listrik terisolasi (off grid).
"Konversi ini dikembangkan supaya pasokan listrik bisa 24 jam. Dengan begitu, akan lebih mendukung kegiatan produktif masyarakat," ungkapnya dalam acara "Media Briefing Program Co-firing dan Konversi PLTD ke EBT" di Jakarta, Jumat (7/5/2021).
Tak hanya itu, Zulkifli melanjutkan, konversi PLTD ke pembangkit EBT juga memiliki efek berantai, antara lain menekan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional. Untuk diketahui, PLTD menggunakan bahan bakar solar yang sebagian masih diimpor.
"Konsumsi BBM setahun nilainya Rp200 triliun, sehingga konversi ini secara tidak langsung juga akan menurunkan subsidi BBM," terangnya. Penggunaan EBT juga diharapkan menurunkan biaya pokok pembangkitan (BPP) untuk menghasilkan listrik.
Secara terinci Zulkifli menjelaskan, tahap I konversi akan dilakukan di 200 lokasi dengan kapasitas total 225 MW dimana progres perencanaan pengadaan dan COD ditargetkan di 2023 dan 2024. "Selanjutnya tahap II dengan potensi 500 MW dimulai 2022 dengan target pengoperasian bertahap 2024-2025. Selanjutnya, tahap III dengan kapasitas 1.300 MW ditargetkan COD 2025," jelasnya.
Sementara, pembangkit yang dikembangkan menurutnya bisa berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), pembangkit listrik tenaga air panas bumi/geothermal (PLTG) dan lain-lain. Pengembangan pembangkit EBT, jelas dia, mempertimbangkan keselarasan supply-demand, ketersediaan sumber energi primer setempat dan juga memperhitungkan keekonomian, keberlanjutan serta ketahanan energi nasional.
Zulkifli menegaskan, PLN sangat berkomitmen untuk mencapai target bauran EBT 23% di 2025. Target ini telah dituangkan dalam strategi PLN termasuk dalam menjadi bagian transformasi PLN yaitu Green Transformation. "Potensi EBT kita sangat besar, prospek bisnis EBT jangka panjang pun sangat menarik. PLN sekarang bertrasformasi menjadi perusahaan yang mengedepankan EBT dalam penyediaan lisrtiknya," tegas dia.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, program ini tidak hanya diperuntukkan guna memenuhi target bauran EBT 23% di 2025, tapi juga untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik mengingat beberapa PLTD sudah tua sehingga operasionalnya terbatas 6-12 jam saja. PLTD umumnya digunakan di daerah yang terisolasi dari jaringan listrik terisolasi (off grid).
"Konversi ini dikembangkan supaya pasokan listrik bisa 24 jam. Dengan begitu, akan lebih mendukung kegiatan produktif masyarakat," ungkapnya dalam acara "Media Briefing Program Co-firing dan Konversi PLTD ke EBT" di Jakarta, Jumat (7/5/2021).
Tak hanya itu, Zulkifli melanjutkan, konversi PLTD ke pembangkit EBT juga memiliki efek berantai, antara lain menekan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional. Untuk diketahui, PLTD menggunakan bahan bakar solar yang sebagian masih diimpor.
"Konsumsi BBM setahun nilainya Rp200 triliun, sehingga konversi ini secara tidak langsung juga akan menurunkan subsidi BBM," terangnya. Penggunaan EBT juga diharapkan menurunkan biaya pokok pembangkitan (BPP) untuk menghasilkan listrik.
Baca Juga
Secara terinci Zulkifli menjelaskan, tahap I konversi akan dilakukan di 200 lokasi dengan kapasitas total 225 MW dimana progres perencanaan pengadaan dan COD ditargetkan di 2023 dan 2024. "Selanjutnya tahap II dengan potensi 500 MW dimulai 2022 dengan target pengoperasian bertahap 2024-2025. Selanjutnya, tahap III dengan kapasitas 1.300 MW ditargetkan COD 2025," jelasnya.
Sementara, pembangkit yang dikembangkan menurutnya bisa berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), pembangkit listrik tenaga air panas bumi/geothermal (PLTG) dan lain-lain. Pengembangan pembangkit EBT, jelas dia, mempertimbangkan keselarasan supply-demand, ketersediaan sumber energi primer setempat dan juga memperhitungkan keekonomian, keberlanjutan serta ketahanan energi nasional.
Zulkifli menegaskan, PLN sangat berkomitmen untuk mencapai target bauran EBT 23% di 2025. Target ini telah dituangkan dalam strategi PLN termasuk dalam menjadi bagian transformasi PLN yaitu Green Transformation. "Potensi EBT kita sangat besar, prospek bisnis EBT jangka panjang pun sangat menarik. PLN sekarang bertrasformasi menjadi perusahaan yang mengedepankan EBT dalam penyediaan lisrtiknya," tegas dia.
(fai)