Prospek Ekonomi di Tengah Pandemi, Kepercayaan Investor Masih Tinggi
loading...
A
A
A
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira menilai, yang dikhawatirkan lembaga penilaian internasional adalah penanganan Covid-19 di Indonesia yang meragukan. Ada risiko krisis di sektor kesehatan karena alat tes kesehatan penduduk minim. "Penanganan Covid-19 terlambat satu hal jadi keraguan investor asing khususnya dalam pembelian surat utang," ujar Bhima.
Seperti diketahui, lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings menurunkan prospek (outlook) utang jangka panjang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi negatif. Pada saat yang sama S&P Global Ratings menegaskan kembali peringkat utang jangka panjang Indonesia, yakni BBB dan jangka pendek A-2.
"Prospek negatif mencerminkan harapan kami bahwa Indonesia menghadapi tambahan risiko fiskal dan eksternal terkait pandemi Covid-19 dalam 24 bulan berikutnya," tulis laporan S&P, Sabtu (18/4).
Kebijakan fiskal Pemerintah Indonesia dinilai cukup membantu menstabilkan ekonomi dan mendorong sektor kesehatan. Meski demikian hal itu dinilai akan menambah jumlah utang pemerintah. "Sementara itu posisi utang luar negeri Indonesia telah melemah setelah depresiasi rupiah yang material dan risiko eksternal cenderung tetap tinggi untuk satu atau dua tahun ke depan," urainya.
Adapun peringkat utang Indonesia yang tetap dipertahankan, menurut S&P, mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat. Hal ini diimbangi dengan meningkatnya utang yang akan membantu pendapatan negara yang terbatas.
Lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat itu juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 1,8%, terendah sejak 1999. Namun perekonomian domestik dinilai akan pulih dan bangkit dalam satu hingga dua tahun ke depan. (Rina Anggraeni/Hafid Fuad)
Seperti diketahui, lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings menurunkan prospek (outlook) utang jangka panjang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi negatif. Pada saat yang sama S&P Global Ratings menegaskan kembali peringkat utang jangka panjang Indonesia, yakni BBB dan jangka pendek A-2.
"Prospek negatif mencerminkan harapan kami bahwa Indonesia menghadapi tambahan risiko fiskal dan eksternal terkait pandemi Covid-19 dalam 24 bulan berikutnya," tulis laporan S&P, Sabtu (18/4).
Kebijakan fiskal Pemerintah Indonesia dinilai cukup membantu menstabilkan ekonomi dan mendorong sektor kesehatan. Meski demikian hal itu dinilai akan menambah jumlah utang pemerintah. "Sementara itu posisi utang luar negeri Indonesia telah melemah setelah depresiasi rupiah yang material dan risiko eksternal cenderung tetap tinggi untuk satu atau dua tahun ke depan," urainya.
Adapun peringkat utang Indonesia yang tetap dipertahankan, menurut S&P, mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat. Hal ini diimbangi dengan meningkatnya utang yang akan membantu pendapatan negara yang terbatas.
Lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat itu juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 1,8%, terendah sejak 1999. Namun perekonomian domestik dinilai akan pulih dan bangkit dalam satu hingga dua tahun ke depan. (Rina Anggraeni/Hafid Fuad)
(ysw)