Kemenparekraf Dukung Inovasi Kemasan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Kamis, 03 Juni 2021 - 11:11 WIB
loading...
Kemenparekraf Dukung Inovasi Kemasan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang
Kemenparekraf mendukung inovasi pemanfaatan pelapah pinang menjadi kemasan ramah lingkungan pengganti styrofoam. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Pelarangan penggunaan styrofoam sebagai wadah ataupun kemasan makanan mulai banyak digaungkan karena dianggap sulit terurai dan merusak lingkungan. Karena itu, banyak orang yang mulai berkreasi menciptakan wadah atau kemasan makanan ramah lingkungan .

Ide kreatif pun ditemukan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, pemuda yang berprofesi sebagai desainer produk yang berhasil membuat produk kemasan berbahan pelepah pinang maupun sawit sebagai pengganti styrofoam.



"Kita akan membuat satu terobosan baru yaitu produk-produk yang akan tampil dari hasil kreativitas dan inovasi anak bangsa dan hari ini yang akan kita tampilkan adalah pelepah," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (2/6/2021).

Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kemenparekraf Joshua Simanjuntak menambahkan, pemanfaatan pelepah ini menjadi solusi Indonesia bagi isu global yaitu sampah plastik, dimana yang paling banyak itu adalah sampah styrofoam package.
Dia menerangkan, styrofoam membutuhkan waktu 500 tahun untuk dapat terurai. Dari hasil riset di 18 kota, imbuh dia, sebanyak 0,27-0,59 juta ton sampah masuk ke laut di Indonesia sepanjang tahun 2018. "Jadi cukup mengkhawatirkan karena mengganggu bioata laut," ungkapnya.

Salah satu solusi yang didorong untuk mengatasi hal ini ialah menciptakan kemasan makanan dari bahan alami seperti pelepah pinang dan sawit yang banyak ditemukan di seluruh Indonesia. Jika styrofoam butuh waktu sampai 500 tahun untuk terurai, maka pelepah pinang hanya butuh waktu 60 hari dan langsung terurai serta bisa menjadi kompos.



"Potensi pertama adalah pelepah pinang, di sana kami melihat bisa menjadi peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di area-area yang sering terjadi kebakaran hutan, ini bisa menjadi tambahan untuk income mereka," kata Rengkuh Banyu Mahandaru.

Produk ini juga telah didaftarkan hak ciptanya, yang merupakan aset berupa kekayaan intelektual. Inovasi ini merupakan 100% karya anak bangsa dan juga menyerap tenaga kerja di komunitas perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2149 seconds (0.1#10.140)