Hutama Karya Olah Sampah Sisa Makanan di Rest Area Tol Trans Sumatera
loading...
A
A
A
Dengan semakin bertambahnya ruas tol yang beroperasi di JTTS, kata Thahjo, akan berdampak pada peningkatan jumlah pengunjung rest area yang secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah sampah organik yang berasal dari makanan sisa.
(Baca juga:Di Tengah Pandemi, Hutama Karya Pertahankan Rating Fitch)
Melalui program binaan start-up ini, kata dia, nantinya sampah organik dari makanan sisa di rest area JTTS akan didaur ulang oleh DIOOLA Indonesia dan REXIC sehingga menjadi berbagai produk yang bermanfaat, ramah lingkungan dan bernilai ekonomis di antaranya adalah pupuk organik dan maggot.
“Setelah kami berikan bantuan modal usaha, dalam jangka waktu enam bulan ke depan akan kami evaluasi perkembangan bisnisnya. Jika progresnya positif, kami akan rintis menjadi mitra binaan Hutama Karya,” terang Tjahjo.
Lebih lanjut Tjahjo menyampaikan bahwa Hutama Karya telah mengacu pada ISO 26000 untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau disebut Sustainable Development Goal (SDGs) di mana keberlanjutan menjadi salah satu aspek penting dalam pengembangan bisnis, sekaligus kelestarian alam dan lingkungan di dalamnya.
Peluncuran program binaan start up berbasis pengelolaan sampah organik melalui metode biokonversi oleh larva Black Soldier Fly (BSF) ke depan diharapkan dapat mencegah penumpukan sampah berlebih di rest area JTTS dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
Sebelumnya, Hutama Karya telah melakukan aksi penghijauan di sekitar Gerbang Tol pada seluruh ruas JTTS yang dikelola Hutama Karya. Dari berbagai produk yang dihasilkan oleh start-up ini, selain mewujudkan lingkungan hijau di sekitar JTTS, juga dapat membantu start-up lokal ini untuk naik kelas.
“Kami menargetkan kolaborasi Hutama Karya dengan start-up lokal yang akan kami bina ini dapat segera direalisasikan dan ke depan dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk pengelolaan sampah di rest area saja namun di seluruh layanan publik yang dikelola oleh perusahaan,” kata Tjahjo.
Lihat Juga: Santri di Sekitar Bantar Gebang Bekasi Diajari Ubah Sampah Kulit Telur Jadi Produk Bernilai Ekonomi
(Baca juga:Di Tengah Pandemi, Hutama Karya Pertahankan Rating Fitch)
Melalui program binaan start-up ini, kata dia, nantinya sampah organik dari makanan sisa di rest area JTTS akan didaur ulang oleh DIOOLA Indonesia dan REXIC sehingga menjadi berbagai produk yang bermanfaat, ramah lingkungan dan bernilai ekonomis di antaranya adalah pupuk organik dan maggot.
“Setelah kami berikan bantuan modal usaha, dalam jangka waktu enam bulan ke depan akan kami evaluasi perkembangan bisnisnya. Jika progresnya positif, kami akan rintis menjadi mitra binaan Hutama Karya,” terang Tjahjo.
Lebih lanjut Tjahjo menyampaikan bahwa Hutama Karya telah mengacu pada ISO 26000 untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau disebut Sustainable Development Goal (SDGs) di mana keberlanjutan menjadi salah satu aspek penting dalam pengembangan bisnis, sekaligus kelestarian alam dan lingkungan di dalamnya.
Peluncuran program binaan start up berbasis pengelolaan sampah organik melalui metode biokonversi oleh larva Black Soldier Fly (BSF) ke depan diharapkan dapat mencegah penumpukan sampah berlebih di rest area JTTS dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
Sebelumnya, Hutama Karya telah melakukan aksi penghijauan di sekitar Gerbang Tol pada seluruh ruas JTTS yang dikelola Hutama Karya. Dari berbagai produk yang dihasilkan oleh start-up ini, selain mewujudkan lingkungan hijau di sekitar JTTS, juga dapat membantu start-up lokal ini untuk naik kelas.
“Kami menargetkan kolaborasi Hutama Karya dengan start-up lokal yang akan kami bina ini dapat segera direalisasikan dan ke depan dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk pengelolaan sampah di rest area saja namun di seluruh layanan publik yang dikelola oleh perusahaan,” kata Tjahjo.
Lihat Juga: Santri di Sekitar Bantar Gebang Bekasi Diajari Ubah Sampah Kulit Telur Jadi Produk Bernilai Ekonomi
(dar)