Mantan Menteri ESDM Ingatkan Pentingnya Badan Pengelola Hulu Migas Independen

Sabtu, 05 Juni 2021 - 20:48 WIB
loading...
Mantan Menteri ESDM Ingatkan Pentingnya Badan Pengelola Hulu Migas Independen
Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Industri hulu minyak dan gas (migas) masih menjadi salah satu sektor andalan di Indonesia. Untuk menggiatkan investasi hulu migas, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengingatkan perlunya dibentuk badan khusus yang independen.

Hal itu disampaikan dalam Forum Group Discusion (FGD) Tata Kelola Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagai Lokomotif Ekonomi yang Selaras dengan Kebutuhan Industri, di Kampus Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jumat (4/6).

Menurut Purnomo, badan khusus di luar pemerintah tersebut nantinya yang melakukan pengaturan, pengurusan dan pengawasan terhadap implementasi kebijakan pengelolaan migas yang dilandasi peraturan perundang-perundangan.

“Di masa depan perlu dipastikan kontrak kerjasama dengan KKKS dilakukan oleh badan khusus independen, bukan dengan pemerintah. Tujuannya, agar segala risiko bisnis tidak terkena kepada negara,” kata Purnomo, dikutip Sabtu (5/6/2021).



Dia menyebut, banyak kasus di masa lalu yang akhirnya membawa negara berhadapan dengan tuntutan pengadilan karena pemerintah terlibat dalam pengelolaan kontrak.

“Saya mengingatkan agar kita tidak melupakan sejarah karena ia adalah guru yang baik, yang dapat kita jadikan pelajaran untuk membuat masa depan lebih baik,” ucapnya.

Menurut dia, bentuk BP Migas (cikal bakal SKK Migas) yang lahir tahun 2001 sebetulnya cukup ideal karena merupakan lembaga independen, tidak termasuk dalam eksekutif dan bukan bagian dari BUMN yang menjalankan bisnis migas.

“Ini baik untuk semua pihak, termasuk Pertamina sebagai BUMN. Terbukti ketika menjadi BUMN yang setara dengan KKKS, Pertamina berkembang dan labanya naik. BP Migas pun kemudian bisa mengawal industri hulu migas dengan baik, terbukti banyak proyek yang berhasil dilahirkan, misalnya Tangguh Train 1 sampai 3, juga pengembangan Lapangan Cepu yang kini memasok 30% produksi nasional,” paparnya.

Diakui Purnomo, ketika dirinya menjabat Menteri ESDM, upaya mengawal kelahiran BP Migas bukan perkara sederhana karena terjadi banyak pihak yang berkepentingan. Proses tarik-tarikan kepentingan terlihat masih terjadi ketika lembaga itu sudah lahir, terbukti empat kali lembaga itu menghadapi judicial review yaitu di tahun 2003, 2004, 2007 dan 2012.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1235 seconds (0.1#10.140)