Potensi Besar Ekonomi Kreatif

Senin, 07 Juni 2021 - 06:12 WIB
loading...
Potensi Besar Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif berpotensi besar menopang perekonomian nasional. FOTO/KORAN SINDO
A A A
JAKARTA - Ekonomi kreatif secara perlahan menjadi tulang punggung perekonomian. Potensinya kian membesar karena sektor inilah yang terbukti bertahan dalam menghadapi segala dinamika, termasuk kala pandemi Covid-19 melanda dunia.

Perhatian serius terhadap ekonomi kreatif bukan main-main. Seperti diungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno beberapa kesempatan. Berdasarkan data Focus Economy Outlook 2020, ekonomi kreatif menyumbang sebesar Rp1.100 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang tahun 2020.

Begitupun pelaku sektor usaha di sektor ini juga terus membesar, yakni mencapai sebanyak delapan juta pelaku. Bahkan Indonesia kini didaulat sebagai negara terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.



Karena itulah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Ideafest 2020 mendorong masyarakat untuk membangun komunitas kreatif yang tangguh. Dia menegaskan, kreatif adalah industri masa depan yang berperan besar dalam membangun ekonomi nasional. Selain paling kebal terhadap pandemui, industri tersebut menjadi sektor yang tidak terbatas, karena didasari imajinasi dan kreativitas.

Industri kreatif pun kian mendapat momen karena Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Resolusi Umum PBB Nomor 74/198 telah menetapkan tahun 2021 sebagai tahun internasiona ekonomi kreatif. Hebatnya, Indonesia memprakarsai resolusi PBB mengenai kemajuan ekonomi kreatif dunia tersebut.

"Jika melihat pada kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB, setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Sebagai urutan ketiga dunia, Indonesia memiliki potensi untuk terus meningkatkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian kita," ujar Sandiaga Uno, dalam keterangan tertulis awal 2021 lalu.



Dia memaparkan, industri digital kian berkembang, khususnya Digital Startup dengan sejumlah produk kreatif di dalamnya. Menurut dia, hingga kini, tercatat ada sebanyak delapan juta usaha ekonomi kreatif di Indonesia. Jumlah inilah yang menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Sandi juga membeberkan, berdasarkan data, tiga dari 17 sub sektor ekonomi kreatif dibanggakannya menjadi penyumbang terbesar struktur PDB dan ekspor seperti fashion, kuliner dan kriya. Kuliner yang menduduki peringkatn pertama menyumbang perolehan terbesar, yakni sebesar 41%, sedangkan fashion berkontribusi sebesar 17% dan kriya sebesar 14,9%.

Adapun peringkat tiga teratas untuk produk wisata dan ekonomi kreatif yang sekarang menjadi primadona wisatawan antara lain, nature (wisata alam), active lifestyle (aktifitas keseharian) dan kuliner.

Selain itu, dari 17 sub sektor ekonomi kreatif, banyak yang justru jadi juara di tengah pandemi. Indonesia pun, menurut Sandi, sudah menjadi jawara e-commerce di Asia Tenggara.

Sebab, sebanyak 52 persen transaksi e-commerce di kawasan Asean sepanjang tahun 2020 berasal dari Indonesia dengan nilai transaksi lebih dari Rp 172 triliun atau US$ 12,2 miliar. "Produk kreatif kita sangat berpeluang untuk mendunia," kata Sandiaga.

Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Guntur Subagja Mahardika, dalam Webinar World Indonesian Millennials Forum, yang diselenggarakan Eksyapreneur dan International Millenial Project di Jakarta, Jumat (28/5/2021) juga menegaskan keseriusan pemerintah terhadap ekonomi kreatif.

Menutur dia, di tengah pandemi Covid-19 dibutuhkan inovasi dan kreativitas untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dengan mengoptimalkan potensi kemandirian nasional dan kearifan lokal.

“Ekonomi kreatif dapat menjadi motor penggerak percepatan pemulihan ekonomi nasional, selain sektor pertanian,” ujar Guntur.

Dia menjelaskan, potensi ekonomi kreatif Indonesia sangat besar dengan beragam jenis produknya, mulai industri kreatif, industri budaya, kuliner dan makanan, maupun produk berbasis teknologi digital. Ada tiga jenis ekonomi kreatif yang menjadi unggulan saat ini, yaitu: industri kuliner, fesyen (fashion), dan kriya (kerajinan).

“Selain tiga hal tersebut ada dua lagi yang dapat menjadi uggulan, yaitu aplikasi startup berbasis teknologi digital dan industri konten (content provider),” ujar Guntur Subagja yang juga Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik Global - Universitas Indonesia.

Kelima jenis ekonomi kreatif ini dapat memberikan dampak ekonomi dan dampak sosial yang tinggi. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja, dapat menjadi solusi bagi angkatan kerja baru maupun korban PHK akibat pandemi. Bidang-bidang tersebut juga diminati milenial.

Guntur mengutip data yang dirilis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Opus Creative Economy Outlook (2019) mengungkapkan sektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar Rp1.105 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi ini menjadikan Indonesia menjadi peringkat ketiga ekonomi kreatif dunia, setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Ekonomi kreatif juga menyerap 17 juta tenaga kerja.

“Indonesia memiliki potensi besar dalam ekonomi kreatif, saya mengajak milenial belajar dari Korea Selatan yang sukses mengemas seni dan budaya menjadi industri kreatif yang menembus pasar global,” kata Guntur Subagja.

Melihat potensi yang sangat besar ini, Guntur menyebutkan saatnya Indonesia mengembangkan ekonomi utama (core economy) yang fokus pada sektor pertanian dan perikanan serta sektor ekonomi kreatif.

“Pertanian, khususnya pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional, tanpa harus mengimpor,” ujar Guntur yang juga Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani).

Guntur mengungkapkan, tantangan dan dampak pandemi Covid-19 cukup berat. UMKM banyak yang tutup, kemiskinan meningkat dan pengangguran bertambah. Karena itu perlu inovasi dan kreativitas mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang potensial.

Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs), Kawendra Lukistian, melihat perlunya upaya keras untuk terus membangkitkan ekonomi kreatif. Hal tersebut tersebut terutama terkait masih terbatasnya literasi ekonomi kreatif Tanah Air.

"Kita ini harus bangga dengan perkembangan ekonomi kreatif di Tanah Air, tapi sekaligus harus sedih juga karena pengamatan kami di Gekrafs beberapa tahun ini, faktanya masih banyak para pelaku ekraf yang tidak sadar berada di lingkup ekonomi kreatif," ujarnya saat diskusi virtual ECT expo 2021 yang diselenggarakan oleh MES beberapa waktu lalu.

Untuk itu dia berharap Kemenparekraf atau Baparekraf tidak hanya sekadar menyiapkan program yang sifatnya bisa dioptimalkan dalam bentuk kegiatan pelaku ekraf dan infrastruktur ekraf.

"Melainkan perlu menyiapkan juga landasan berpikir secara maksimal untuk para pelaku ekraf dengan pengoptimalan Literasi ekonomi kreatif tersebut," kata Kawendra.

Dia pun meyakini bahwa literasi ekonomi kreatif adalah kunci keberhasilan sektor ekonomi kreatif Indonesia. Pasalnya, dengan optimalnya literasi ekonomi kreatif, maka para pelakunya semakin semangat, semakin percaya diri, semakin berani mengeksplor potensi sumur kreativitas yang tak akan pernah habis tersebut, dan mimpi besar kita untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban ekonomi kreatif dunia bisa terwujud.

’’Dengan literasi ekraf yang maksimal, ke depannya akan bermunculan sub-sektor sub-sektor baru di sektor ekonomi kreatif,’’ tandasnya.

Adapun Koordinator Business Matchmaking Kementerian Komunikasi dan Informatika, Luat Sihombing mengungkapkan di era digital sekarang ini masyarakat diberi kesempatan luas untuk menjadi wirausahawan baru.

"Marketplace bisa diibaratkan seperti sebuah pasar di mana orang yang membutuhkan barang tertentu pastinya akan langsung masuk dan mencarinya di platform marketplace terpercaya. Kesempatan untuk mendapatkan pangsa pasar pembeli pun lebih luas jika UMKM masuk marketplace," ungkapnya saat menjadi pembicara pada Webinar Literasi Digital Nasional 2021.

Dukungan Pemerintah
Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian mengakui pandemi memukul sektor industri kreatif, termasuk pariwista. Namun di sisi lain dia melihat, kehadiran teknologi dan model e-commerce telah banyak memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi. ‘’Selain itu pemerintah juga turut memberi dukungan berupa subsidi ongkos kirim bagi mereka yang berada di platform e-commerce,’’ ujar dia.

Dia menuturkan, banyak fasilitas yang diberikan kepada para pelaku usaha kreatif konvensional dari Kemenkop UKM, Perindustrian, Kemenko Perekonomian yang mengeluarkan kartu prakerja juga mendorong masyarakat menjadi entrepreneur. Kemenpora juga ada program yang mendorong kreasi dan inovasi wirausaha melalui perguruan tinggi.

Hetifah menyebut, Kemenparekraf juga meluncurkan Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) berupa peralatan, modal tetap atau kerja, sewa atau beli software dan hardware, sewa ruang kerja dan pembayaran jasa

untuk usaha kreatif yang sedang berkembang. "DPR sangat mendukung program dari Kemenparekraf dan akan kami awasi agar tepat sasaran. Bantuan seperti memang wajib dikawal, sembako saja bisa dikorupsi apalagi ini yang tidak terlihat wujudnya," tutur politisi partai Golkar ini.

Hetifah berharap BIP dapat bermanfaat merata ke banyak jenis usaha kreatif. Sebab, tidak terlalu banyak yang digelontorkan karena anggaran terbaru Kemenparekraf tahun mendatang di potong Rp1 Triliun yang dicanangkan untuk tahun 2022. "Tapi ada hibah Rp3,7 Triliun untuk membantu usaha di destinasi tertentu yang terdampak pandemi, seperi tempat wisata yang menghidupi ratusan orang perajin oleh-oleh. Hibah ini lebih meluas sampai ke pengusaha travel wisata. Diharapkan pelaku usaha yang terlibat dapat hidup lagi," tambahnya.

Hetifah lantas menuturkan, industri kreatif memang berbeda dari industri biasa. Ada sentuhan nilai yang berada di dalamnya. Membuat produk biasa namun karena dikemas lebih menarik membuat nilai jual lebih tinggi.

‘’Dibutuhkan terobosan untuk hal tersebut yang digunakan sebagai peluang usaha baru seperti makanan yang dibentuk seperti parcel. Pandemi membuat silaturahmi hanya diwakilkan oleh bingkisan pelaku usaha kreatif harus jeli melihat kebutuhan ini,’’ kata dia.

Di era digital yang kian meluas ini, sudah seharusnya UMKM naik kelas dengan masuk platform e-commerce. Diketahui sepanjang tahun 2020 data Google mengungkap trending urutan pertama yang dari mesin pencatu adalah cara daftar UMKM, lalu diurutan kedua bagaimana menjadi YouTuber pemula, dan ada di urutan ketiga yaitu cara menjadi reseller.

Sementara itu, berdasarkan survei di Amerika lebih dari 50% orang yang membeli saat ini mencari barang tidak lagi di google, tapi langsung di marketplace. Penduduk di sana diketahui sudah sangat terbiasa dengan ruang digital dan para pedagang UMKM pun merasa harus mencari ceruk pasar juga di marketplace.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1626 seconds (0.1#10.140)