Betah di Klub Saham Gocapan, Fundamental Grup Bakrie Mengkhawatirkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pergerakan saham Grup Bakrie cenderung stagnan ditengah tren pemulihan ekonomi dan perbaikan harga komodoitas. Misalnya, saham Bakrieland (ELTY) hampir berbulan-bulan di harga 50 perak. Sementara saham Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) cenderung melemah meski tren komoditas membaik, belum lagi ekuitas juga negatif. Saham lain, seperti Bakrie Brother, Bakrie Telecom, juga Bumi resources hampir mirip, bergerak volatile.
Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) memperingatkan potensi delisting atas saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), karena sudah disuspensi selama dua tahun. Peringatan potensi delisting tersebut mengingat suspend saham BTEL yang telah mencapai lebih dari 24 bulan atau dua tahun. Saham Bakrie Telecom telah disuspensi selama 24 bulan pada tanggal 27 Mei 2021 sehingga berdasarkan ketentuan III.3.1.2 Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Bakrie Telecom telah memenuhi kriteria penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia," ungkap BEI belum lama ini.
Pengamat Ekonomi Ucok Pulungan berpendapat, dengan kondisi fundamental yang cenderung berat di Grup Bakrie, bahkan harga sahamnya cenderung stagnan, investor perlu berhati-hati. Kata dia, tekanan harga komoditas, ditambah laporan keuangan yang buruk, serta besarnya utang yang harus dibayar tentu para investor harus berhati-hati. "Investor tentunya harus berhati-hati, karena kondisinya gak menunjukan trend naik. Bagaimana pun nanti penanam saham yang menanggung," kata Ucok, Kamis (10/6/2021).
Investor, kata Ucok, sebaiknya menunggu saat yang tepat, dan benar-benar melihat perkembangan emiten di Grup Bakrie, juga emiten lain. Karena trend gelobal menujukan pemulihan ekonomi belum sepenuhnya stabil. Dia pun menyarankan agar investor beralih ke saham-saham sektor konsumer dan infrastruktur yang kecenderungannya naik belakangan ini. "Pada komoditas internasional, sektor konsumer dan infrastruktur cenderung defensif terhadap ekonomi global," beber dia.
Analis Pasar Modal, Lucky Bayu Purnomo, menambahkan, Group Bakrie memang saat ini terus melakukan upaya penyelamatan. Namun tetap saja perlu kehati-hatian. Sejauh ini Lucky melihat perusaham-perusahan Gorup Bakrie masih melakukan upaya-upaya penyelamatan seperti melakukan restrukturisasi internal, untuk melakukan optimalisasi asset yang dinilai masih memiliki peluang produktifitas.
Untuk itu, kata dia, Group Bakrie harus merencanakan aksi korporasi agar mendorong minat dan apresiasi investor terhadap harga saham perusahaan dan nilai perusahaan. "Action plan harus terus bergerak. Nah, yang perlu ditekankan kepada investor adalah bila perusahaan Group Bakrie tidak melakukan apa-apa, bila perusahaan melakukan sesuatu upaya penyelamatan tidak perlu khawatir," kata dia.
Seperti upaya Group Bakrie yang melakukan restrukturisasi eksternal sebagai upaya untuk mempertahankan reputasi perusahaan dan group, untuk memberikan maksud sebagai perusahaan berkelanjutan sustainable company. "Kalau gak ngapa-ngapain boleh deh, investor takut, ini kan ada upaya," kata dia. Sebagai catatan, Bursa Efek Indonesia (BEI) memperingatkan potensi delisting atas saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Peringatan potensi delisting ini mengingat suspend saham BTEL yang telah mencapai lebih dari 24 bulan atau dua tahun.
Saham Bakrie Telecom telah disuspensi selama 24 bulan pada tanggal 27 Mei 2021 sehingga berdasarkan ketentuan III.3.1.2 Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Bakrie Telecom telah memenuhi kriteria penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia," ungkap BEI dalam pengumuman bursa pada 27 Mei lalu.
Bursa meminta kepada publik untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk informasi yang disampaikan oleh emiten serta pengumuman bursa. Suspend yang sudah mencapai 24 bulan sekaligus keraguan atas kelangsungan usaha merupakan syarat penghapusan saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) memperingatkan potensi delisting atas saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), karena sudah disuspensi selama dua tahun. Peringatan potensi delisting tersebut mengingat suspend saham BTEL yang telah mencapai lebih dari 24 bulan atau dua tahun. Saham Bakrie Telecom telah disuspensi selama 24 bulan pada tanggal 27 Mei 2021 sehingga berdasarkan ketentuan III.3.1.2 Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Bakrie Telecom telah memenuhi kriteria penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia," ungkap BEI belum lama ini.
Pengamat Ekonomi Ucok Pulungan berpendapat, dengan kondisi fundamental yang cenderung berat di Grup Bakrie, bahkan harga sahamnya cenderung stagnan, investor perlu berhati-hati. Kata dia, tekanan harga komoditas, ditambah laporan keuangan yang buruk, serta besarnya utang yang harus dibayar tentu para investor harus berhati-hati. "Investor tentunya harus berhati-hati, karena kondisinya gak menunjukan trend naik. Bagaimana pun nanti penanam saham yang menanggung," kata Ucok, Kamis (10/6/2021).
Investor, kata Ucok, sebaiknya menunggu saat yang tepat, dan benar-benar melihat perkembangan emiten di Grup Bakrie, juga emiten lain. Karena trend gelobal menujukan pemulihan ekonomi belum sepenuhnya stabil. Dia pun menyarankan agar investor beralih ke saham-saham sektor konsumer dan infrastruktur yang kecenderungannya naik belakangan ini. "Pada komoditas internasional, sektor konsumer dan infrastruktur cenderung defensif terhadap ekonomi global," beber dia.
Analis Pasar Modal, Lucky Bayu Purnomo, menambahkan, Group Bakrie memang saat ini terus melakukan upaya penyelamatan. Namun tetap saja perlu kehati-hatian. Sejauh ini Lucky melihat perusaham-perusahan Gorup Bakrie masih melakukan upaya-upaya penyelamatan seperti melakukan restrukturisasi internal, untuk melakukan optimalisasi asset yang dinilai masih memiliki peluang produktifitas.
Untuk itu, kata dia, Group Bakrie harus merencanakan aksi korporasi agar mendorong minat dan apresiasi investor terhadap harga saham perusahaan dan nilai perusahaan. "Action plan harus terus bergerak. Nah, yang perlu ditekankan kepada investor adalah bila perusahaan Group Bakrie tidak melakukan apa-apa, bila perusahaan melakukan sesuatu upaya penyelamatan tidak perlu khawatir," kata dia.
Seperti upaya Group Bakrie yang melakukan restrukturisasi eksternal sebagai upaya untuk mempertahankan reputasi perusahaan dan group, untuk memberikan maksud sebagai perusahaan berkelanjutan sustainable company. "Kalau gak ngapa-ngapain boleh deh, investor takut, ini kan ada upaya," kata dia. Sebagai catatan, Bursa Efek Indonesia (BEI) memperingatkan potensi delisting atas saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Peringatan potensi delisting ini mengingat suspend saham BTEL yang telah mencapai lebih dari 24 bulan atau dua tahun.
Saham Bakrie Telecom telah disuspensi selama 24 bulan pada tanggal 27 Mei 2021 sehingga berdasarkan ketentuan III.3.1.2 Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Bakrie Telecom telah memenuhi kriteria penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia," ungkap BEI dalam pengumuman bursa pada 27 Mei lalu.
Bursa meminta kepada publik untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk informasi yang disampaikan oleh emiten serta pengumuman bursa. Suspend yang sudah mencapai 24 bulan sekaligus keraguan atas kelangsungan usaha merupakan syarat penghapusan saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia.
(nng)