IPO GoTo Diyakini Bisa Jadi Momentum Penguatan Pasar Modal Indonesia

Kamis, 10 Juni 2021 - 19:23 WIB
loading...
IPO GoTo Diyakini Bisa...
Skala perusahaan kolaborasi Gojek dan Tokopedia yakni GoTo tersebut adalah Decacorn, sehingga perlu menjadi perhatian bagi BEI dan termasuk kemampuan penyerapan pasar. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Banyaknya perusahaan teknologi yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) dinilai positif bagi perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui IPO perusahaan teknologi di Indonesia dapat mengakses sumber permodalan sekaligus berbagi kepemilikan saham kepada investor domestik, baik ritel maupun institusi.

Inisiator dan Ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc), Mirza Adityaswara mengatakan, sejak dua tahun terakhir sampai dengan saat ini terjadi fenomena dimana pasar modal negara maju digerakkan oleh saham teknologi. Hal serupa diyakini berpotensi terjadi di Indonesia sejalan dengan tingginya minat investor global untuk menyasar pasar Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang memiliki market besar.

"Karena itu, IPO perusahaan teknologi nasional memiliki arti strategis bagi arah ekonomi digital nasional termasuk membuka akses yang lebih luas dan likuid bagi investor global maupun nasional untuk menanamkan modal di perusahaan teknologi nasional,” ungkapnya saat Press Briefing secara virtual.



Mirza yang sebelumnya menjabat Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) melihat Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini terus berinisitif mendorong perusahaan digital Indonesia go public. Hal tersebut merupakan langkah positif sambil terus melakukan inovasi terutama dari sisi regulasi supaya perusahaan teknologi berskala Unicorn bahkan Decacorn sahamnya bisa tercatat di Papan Utama Bursa saat melakukan IPO di BEI.

Steering Committee IFSoc, Rudiantara menambahkan, salah satu yang sedang ramai dibahas tentang perusahaan teknologi Indonesia yang akan IPO adalah GoTo. Skala perusahaan kolaborasi Gojek dan Tokopedia tersebut adalah Decacorn, sehingga perlu menjadi perhatian bagi BEI dan termasuk kemampuan penyerapan pasar.

Rudiantara mengatakan, bila GoTO masuk ke pasar modal, maka valuasinya akan mencapai USD 20 miliar sampai dengan USD 30 miliar. Seandainya saham yang dilepas kepada publik melalui IPO tersebut sebesar 10% saja dari valuasi maka nilainya mencapai USD 2 miliar - USD 3 miliar atau setara sekitar Rp 28 triliun.

”Dengan angka sebesar itu akan sulit hanya IPO di Indonesia. Perlu dual listing supaya bisa terserap,” pikirnya.

Rudiantara yang merupakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) periode 2014 – 2019 itu menyatakan, dukungannya agar perusahaan Fintech dan perusahaan teknologi Indonesia bisa segera melakukan IPO di pasar modal Indonesia.

Meskipun, menurutnya, ada beberapa isu perusahaan teknologi yang masih memiliki bottom line yang belum mencatatkan laba dan tidak memiliki tangible assets bernilai besar, namun memiliki pertumbuhan bisnis yang sangat tinggi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2250 seconds (0.1#10.140)