Peritel Ingin ‘Gas-Rem’ Diatur Secara Bijak

Selasa, 22 Juni 2021 - 06:21 WIB
loading...
A A A
Padahal, tutur dia, indikator kepercayaan konsumen mulai pulih yang terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) per Mei 2021 sebesar 104,4 atau berada diatas level 100.

"Sementara indeks penjualan riil per April 2021 juga menunjukkan perbaikan karena naik 17,3% dibanding bulan sebelumnya," ujar Bhima kepada KORAN SINDO, di Jakarta, Senin (21/6) sore.

Dia membeberkan, data mobilitas Google pun mengindikasikan pulihnya mobilitas masyarakat ke pusat perbelanjaan retail dan rekreasi karena hanya turun menjadi -3% pada periode 17 Juni 2021 dibanding baseline. Akan tetapi, ujar dia, jika ada lonjakan kasus dan kembali diberlakukan pengetatan mobilitas masyarakat dikhawatirkan sektor ritel belum siap mengantisipasi.

“Khawatir ritel yang mulai bergeliat terpaksa harus lakukan efisiensi lagi. Tidak menutup kemungkinan menutup gerai yang merugi, PHK karyawan hingga mengajukan penundaan pembayaran utang," ungkapnya.

Bhima berpandangan, guna menghadapi gelombang kedua pandemi dan PPKM Mikro yang kesekian kali maka yang harus dilakukan sektor ritel sebaiknya segera mengantisipasi dengan pindah core business ke ritel bidang kesehatan dan kosmetik. Penjualan obat misalnya diperkirakan kembali naik dan kosmetik adalah subsektor ritel yang penjualannya tetap positif meski ada pandemi. Karenanya, pengusaha harus pintar-pintar putar core business dari grocery ke segmen lain.

"Model penjualan O2O (offline to online) juga jadi pilihan yakni menambah pemasaran secara online, atau pengantaran langsung ke konsumen. Segmen menengah atas paling peka soal isu kesehatan, jadi selama PSBB ketat mereka akan beli barang lewat kurir delivery," tegasnya.

Dia menggariskan, Celios memperkirakan proyeksi indeks penjualan riil pada bulan Juni diperkirakan kembali melambat dengan pertumbuhan rendah yakni 5-7% dibanding bulan sebelumnya. Pasalnya, masyarakat antisipasi pembelian barang di toko rietl fisik. Pada Juli, ujar Bhima, apabila terdapat kebijakan lockdown maka bisa kembali negatif -10% sampai -15% dibanding bulan sebelum terjadinya lockdown.

"Pengusaha harus bersiap hadapi kontraksi seperti periode Januari 2021 dimana kasus positif menembus 14.000 saat itu," bebernya.

Bhima melanjutkan, kampanye dan kegiatan hari belanja online nasional (harbolnas) bisa diperbanyak frekuensinya untuk menarik minat beli masyarakat di masa pandemi agar sektor ritel tetap berkibar. Harbolnas itu disertai dengan berbagai macam promo sehingga masyarakat masih bisa mengandalkan belanja retail online. Berikutnya, model retail harus diperkecil dari grocery store yang biaya operasionalnya mahal di mal menjadi minimarket yang dekat dari pemukiman penduduk.

"Model bisnis minimarket diperkirakan akan bertahan bahkan ekspansi karena barang yang dijual relatif sama dengan pasar swalayan di mal, sementara konsumen diuntungkan dengan jarak yang dekat serta biaya parkir yang lebih murah misalnya. Jarak akan jadi faktor kunci perubahan prilaku konsumen terhadap pembelian barang di toko ritel," ucap Bhima.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1181 seconds (0.1#10.140)