Jokowi: Defisit Anggaran Dibiayai dari Sumber yang Aman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai langkah luar biasa menyikapi kondisi saat ini. Hal itu termasuk dengan melakukan perubahan pada alokasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) .
"Refocusing dan realokasi anggaran di seluruh jenjang pemerintahan dan memberi ruang relaksasi defisit APBN dapat diperlebar di atas 3% selama 3 tahun," jelasnya saat menerima hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) tahun 2020 di Istana Negara, Jumat (25/6/2021).
Presiden mengatakan bahwa pelebaran defisit harus dilakukan karena pendapatan mengalami penurunan di saat pandemi ini. Di sisi lain, kebutuhan belanja justru meningkat.
"Pelebaran defisit harus kita lakukan mengingat kebutuhan belanja negara makin meningkat untuk penanganan kesehatan dan perekonomian pada saat pendapatan negara mengalami penurunan," jelasnya.
Terkait dengan itu, Jokowi memastikan bahwa defisit anggaran dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman. Selain itu, tegas dia, hal itu dilakukan secara hati-hati dan terukur.
"Defisit anggaran dibiayai dengan memanfaatkan sumber sumber pembiayaan yang aman. Dilaksanakan secara responsif mendukung kebijakan counter cyclical. Dan akselerasi pemulihan sosial ekonomi dikelola secara hati-hati, kredibel dan terukur," tuturnya.
Seperti diketahui, sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan kekhawatirannya akan tren penambahan utang pemerintah dan biaya bunga telah melampaui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan penerimaan negara yang juga tertekan, dikhawatirkan pemerintah tidak mampu membayar utang dan bunganya.
Jokowi menambahkan, dengan berbagai kebijakan keuangan yang telah dikeluarkan di masa pandemi, ekonomi Indonesia dapat terjaga. Meskipun, dia mengakui, pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat mengalami kontraksi pada kuartal II tahun lalu.
"Dengan berbagai respons kebijakan tersebut, alhamdulillah kita mampu menangani peningkatan belanja kesehatan dan sekaligus menjaga ekonomi Indonesia dari berbagai tekanan. Meskipun kita sempat mengalami kontraksi yang dalam di kuartal II/2020 yaitu -5,32%. Tapi di kuartal berikutnya kita melewati rock bottom ekonomi Indonesia tumbuh membaik. Sampai kuartal I 2021, kita berada di -0,74%," pungkasnya.
"Refocusing dan realokasi anggaran di seluruh jenjang pemerintahan dan memberi ruang relaksasi defisit APBN dapat diperlebar di atas 3% selama 3 tahun," jelasnya saat menerima hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) tahun 2020 di Istana Negara, Jumat (25/6/2021).
Presiden mengatakan bahwa pelebaran defisit harus dilakukan karena pendapatan mengalami penurunan di saat pandemi ini. Di sisi lain, kebutuhan belanja justru meningkat.
"Pelebaran defisit harus kita lakukan mengingat kebutuhan belanja negara makin meningkat untuk penanganan kesehatan dan perekonomian pada saat pendapatan negara mengalami penurunan," jelasnya.
Terkait dengan itu, Jokowi memastikan bahwa defisit anggaran dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman. Selain itu, tegas dia, hal itu dilakukan secara hati-hati dan terukur.
"Defisit anggaran dibiayai dengan memanfaatkan sumber sumber pembiayaan yang aman. Dilaksanakan secara responsif mendukung kebijakan counter cyclical. Dan akselerasi pemulihan sosial ekonomi dikelola secara hati-hati, kredibel dan terukur," tuturnya.
Seperti diketahui, sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan kekhawatirannya akan tren penambahan utang pemerintah dan biaya bunga telah melampaui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan penerimaan negara yang juga tertekan, dikhawatirkan pemerintah tidak mampu membayar utang dan bunganya.
Jokowi menambahkan, dengan berbagai kebijakan keuangan yang telah dikeluarkan di masa pandemi, ekonomi Indonesia dapat terjaga. Meskipun, dia mengakui, pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat mengalami kontraksi pada kuartal II tahun lalu.
"Dengan berbagai respons kebijakan tersebut, alhamdulillah kita mampu menangani peningkatan belanja kesehatan dan sekaligus menjaga ekonomi Indonesia dari berbagai tekanan. Meskipun kita sempat mengalami kontraksi yang dalam di kuartal II/2020 yaitu -5,32%. Tapi di kuartal berikutnya kita melewati rock bottom ekonomi Indonesia tumbuh membaik. Sampai kuartal I 2021, kita berada di -0,74%," pungkasnya.
(fai)