Goldman Sachs: Varian Delta Jadi Pukulan Keras bagi Ekonomi Asia Tenggara

Jum'at, 16 Juli 2021 - 12:53 WIB
loading...
Goldman Sachs: Varian...
Perekonomian sejumlah negara di Asia Tenggara dinilai bisa terpukul signifikan akibat merebaknya infeksi varian delta Covid-19 saat ini. Foto/Ilustrasi
A A A
SINGAPURA - Infeksi Covid-19 melonjak di beberapa negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara . Hal itu menyebabkan bank investasi dan jasa keuangan multinasional Goldman Sachs memangkas perkiraan pertumbuhan 2021 untuk sebagian besar negara di kawasan tersebut.

"Penyebaran varian delta yang lebih menular telah mendorong kasus Covid harian ke rekor tertinggi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi itu juga menyebabkan pembatasan yang lebih ketat di Indonesia dan Thailand, dan perpanjangan pembatasan di Malaysia," tulis ekonom Goldman dalam catatannya seperti dari dikutip CNBC, Jumat (16/7/2021).



Sementara di Filipina, penyebaran virus corona dinilai membuat pelonggaran langkah-langkah penjarakan sosial menjadi lebih tidak mungkin dilaksanakan pada tahun ini.

Dengan perkembangan tersebut, Goldman Sachs merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi dari 5% menjadi 3,4%. Selanjutnya, Malaysia diturunkan dari 6,2% menjadi 4,9%; Filipina dari 5,8% menjadi 4,4%; Singapura dari 7,1% menjadi 6,8%; dan Thailand dari 2,1% menjadi hanya 1,4%.

Goldman Sachs memangkas perkiraan pertumbuhannya lebih dari 100 basis poin untuk Indonesia, Malaysia dan Filipina. Sementara Singapura dan Thailand terpangkas lebih kecil.

"Lonjakan virus yang terbaru dan pembatasan yang lebih ketat kemungkinan akan lebih membebani secara signifikan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2021 daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata para ekonom lembaga tersebut.

Singapura, yang memperketat langkah-langkah jarak sosial pada awal Mei, mulai melakukan pelonggaran pembatasan bulan lalu. Ekonom Goldman memperkirakan bahwa Malaysia akan menjadi yang berikutnya untuk mengikuti pelonggaran pada kuartal keempat. Sementara ekonomi Asia Tenggara lainnya diperkirakan baru dapat melakukan pelonggaran pada paruh pertama tahun 2022.



Lebih lanjut, lembaga keuangan itu menilai pertumbuhan global yang lebih kuat akan sangat menguntungkan perekonomian yang berorientasi perdagangan seperti Singapura dan Malaysia. Malaysia, yang merupakan eksportir komoditas, kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dari harga komoditas yang lebih tinggi saat ini.

Sementara itu, negara-negara yang memiliki ketergantungan yang lebih besar untuk sektor pariwisata, seperti Indonesia dan Thailand, kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1691 seconds (0.1#10.140)