Pandemi Covid-19 Paksa 'Generasi Kolonial' Jadi Melek Digital

Kamis, 29 Juli 2021 - 22:55 WIB
loading...
Pandemi Covid-19 Paksa Generasi Kolonial Jadi Melek Digital
Foto/ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Masyarakat kini dituntut tanggap teknologi di tengah pandemi Covid-19 . Pasalnya, dengan keterbatasan mobilitas serta menghindari kontak langsung dengan sesama menjadikan segala sesuatu dilakukan secara digital .

Direktur Utama PT Taspen (persero) A.N.S. Kosasih mengatakan, pandemi Covid-19 telah memaksa orang bahkan "generasi kolonial" alias para orang tua untuk melek digital. Menurutnya, saat PT Taspen melakukan investasi teknologi banyak pihak yang memprotes lantaran konsumen PT Taspen didominasi orang tua atau lanjut usia yang gagap teknologi (gaptek).

"Tapi memang perubahan ini bukan karena CEO-nya hebat tapi karena Covid-19 yang membuat kita harus berubah dan mempermudah mengalihkannya ke teknologi digital. Tadi ada begitu banyak keberatan dari para pensiunan dari peserta kita, sekarang mereka minta kalau bisa digital saja daripada kontak fisik meski menyenangkan tapi akibatnya fatal," ujarnya di Jakarta, Kamis (29/7/2021).

Baca juga:Satgas Minta Ketidakpatuhan Prokes Harus Disikapi dengan Tegas

Oleh sebab itu, pihaknya mengubah cara berbisnis dan proses klaim PT Taspen dengan teknologi untuk para konsumennya seperti aplikasi mobile PT Taspen.

"Kalau kita buka Taspen Mobile kita bikin autentifikasinya itu facial dan voice recognition. Jadi biar enggak salah terima, tidak terjadi penipuan, dan disalahgunakan kita pakai itu facial recognition. Dan ini tidak bisa ditipu karena facial recognition bentuknya bukan video tapi live dan mereka diminta melakukan gerakan sesuai instruksi dari aplikasi misalnya tersenyum, gerakkan mata. Kalau salah uangnya tidak terkirim," terang dia.

Dengan situasi yang memaksa orang bisa melakukan segala sesuatu secara digital, tak dipungkiri kini banyak kaum separuh baya sudah melek teknologi. Hal itu tecermin dengan melakukan transaksi berbasis teknologi.

"Jadi banyak pensiunan yang tadinya gaptek sekarang mulai bisa melakukan transaksi berbasis teknologi. Kalau dia tidak bisa mereka minta ke anak atau cucunya. Apakah masih ada yang tidak bisa teknologi? Ada tapi jumlahnya kurang dari 2%," tambah Kosasih.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Direktur IT PT Adira Dinamika Multi Finance Dodi Yuliarso mengungkapkan, potensi pertumbuhan industri cloud computing memang sangatlah besar. Terbukti, perusahaan cloud computing global telah masuk dan memasarkan produknya di Indonesia, seperti Alibaba Cloud, Google Cloud, Amazon dan Microsoft Azure.

Baca juga:Kevin Sanjaya Minta Maaf Usai Tersingkir dari Olimpiade Tokyo 2020

"Indonesia sebetulnya potensi pertumbuhan cloudnya sangat tinggi, memang kita terbentur regulasi sehingga adopsinya masih belum tumbuh signifikan tapi akan tumbuh cepat. Cloud companynya juga waktu itu belum banyak tapi sekarang sudah banyak, ini akan menarik dua tahun ke depan," ucapnya.

Lebih lanjut, dia memberikan sedikit tips memilih perusahaan cloud di masa pandemi saat ini. Pertama, pilih perusahaan yang aspek securitynya sudah teruji dan mumpuni. Kemudian, pilih perusahaan yang benar-benar memiliki jam terbang tinggi di industri cloud computing.

"Untuk memilih salah satu perusahaan cloud adalah dari aspek security karena di masa pandemi ini cybercrime semakin meningkat jadi kita harus sangat-sangat selektif memilih company cloud tersebut. Plus juga company cloudnya harus benar-benar yang punya pengalaman, expert dan teknologi yang mumpuni," tandasnya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1725 seconds (0.1#10.140)