Duta Petani Andalan Bandung Barat Dukung Program Ekspor Kementan
loading...
A
A
A
Salah satunya adalah Ulus Pirnawan yang memilih produk hortikultura khususnya baby buncis yang biasa dimasak sebagai olahan tumis dan sayur. Ulus memilih tanam buncis karena nilai jualnya tinggi dan potensi pasar luar negeri cukup luas, khususnya ke Singapura.
Kendati demikian, Ulus tidak mengabaikan kebutuhan Toko Tani Indonesia (TTI) dan masyarakat di sekitar Lembang. “Kami tetap menanam dan panen sayur-mayur seperti buncis, selada, cabai, tomat, timun, sawi, bayam jepang, brokoli dan lainnya. Saat ini produksi kami meningkat sekitar 30%, karena permintaan meningkat,” kata Ulus.
Selaku DPA dan Ketua Gapoktan Wargi Panggupay, Ulus berkomitmen membantu masyarakat dan petani untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, termasuk produksi tahu yang dipasarkan dengan harga terjangkau.
Kendati begitu, Ulus tidak menampik adanya penurunan jumlah ekspor baby buncis dan buncis super, dari rata-rata dua ton menjadi satu ton akibat kebijakan di negara tujuan seperti Malaysia. Sementara ekspor ke Singapura terkendala jadwal pengiriman dari pihak ekspedisi yang semula dua kali menjadi satu kali sehari.
“Saat ini kami ekspor satu hingga 1, 5 ton baby buncis dan buncis super ke Singapura per hari dengan omset Rp4,2 juta untuk sekali kirim. Selain itu juga ekspor selada air dan pokcay, sedangkan omset per bulan mencapai Rp400 juta,” katanya.
Ulus mengakui sejumlah pengusaha muda di Jawa Barat mendukung program Kementan melalui Gerakan Tiga Kali Ekspor (GratiEks).
Kendati demikian, Ulus tidak mengabaikan kebutuhan Toko Tani Indonesia (TTI) dan masyarakat di sekitar Lembang. “Kami tetap menanam dan panen sayur-mayur seperti buncis, selada, cabai, tomat, timun, sawi, bayam jepang, brokoli dan lainnya. Saat ini produksi kami meningkat sekitar 30%, karena permintaan meningkat,” kata Ulus.
Selaku DPA dan Ketua Gapoktan Wargi Panggupay, Ulus berkomitmen membantu masyarakat dan petani untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, termasuk produksi tahu yang dipasarkan dengan harga terjangkau.
Kendati begitu, Ulus tidak menampik adanya penurunan jumlah ekspor baby buncis dan buncis super, dari rata-rata dua ton menjadi satu ton akibat kebijakan di negara tujuan seperti Malaysia. Sementara ekspor ke Singapura terkendala jadwal pengiriman dari pihak ekspedisi yang semula dua kali menjadi satu kali sehari.
“Saat ini kami ekspor satu hingga 1, 5 ton baby buncis dan buncis super ke Singapura per hari dengan omset Rp4,2 juta untuk sekali kirim. Selain itu juga ekspor selada air dan pokcay, sedangkan omset per bulan mencapai Rp400 juta,” katanya.
Ulus mengakui sejumlah pengusaha muda di Jawa Barat mendukung program Kementan melalui Gerakan Tiga Kali Ekspor (GratiEks).
(dar)