Fintech asal Singapura Brick, Jajaki Bisnis Open Finance di RI

Jum'at, 20 Agustus 2021 - 19:42 WIB
loading...
Fintech asal Singapura Brick, Jajaki Bisnis Open Finance di RI
Foto Ilustrasi/Istimewa
A A A
JAKARTA - Perusahaan finansial teknologi (fintech) asal Singapura, Brick, tengah mengajukan permohonan izin kepada Bank Indonesia (BI) untuk bisa menggarap bisnis dan layanan Open Finance di Tanah Air.

CEO Brick, Gavin Tan, menjelaskan bahwa solusi Open Finance memungkinkan para pengguna atau konsumen dari berbagai perusahaan teknologi seperti e-commerce, perusahaan telekomunikasi maupun gerbang pembayaran (payment gateway) untuk dapat menghubungkan akun digital mereka ke beragam aplikasi guna mengakses berbagai layanan keuangan dari bank, fintech dan perusahaan teknologi lain, dengan hanya melalui satu lini coding.


“Dalam keadaan pandemi saat ini, kami yakin bahwa akses kepada layanan keuangan yang merata dan adil bagi masyarakat Indonesia menjadi urgensi tersendiri. Karenanya Brick membangun dan menyediakan layanan infrastruktur API (Application Programming Interface) bagi perusahaan teknologi dan lembaga jasa keuangan untuk memenuhi kebutuhan konsumen mereka akan layanan jasa keuangan secara mudah, terjangkau dan aman bagi mitra kami, tanpa mereka perlu membangun API dari awal untuk banyak sekali kebutuhan yang berbeda untuk tujuan tersebut,” kata Gavin dalam keterangan resminya, Jumat (20/8/2021).

Dengan mengusung konsep ‘Digital Economy API’, layanan Financial API Brick dapat memfasilitasi perusahaan teknologi dan para lembaga jasa keuangan di Indonesia untuk berkolaborasi guna melayani konsumennya satu sama lain, khususnya untuk dapat mengakses layanan jasa keuangan yang sesuai pilihan dan kebutuhannya masing-masing.

“Kami ingin berkontribusi dalam mengakselerasi inklusi keuangan Indonesia yang bermanfaat bagi pemulihan ekonomi nasional baik saat ini maupun setelah era pandemi. Inovasi dan teknologi memainkan peranan penting untuk membantu masyarakat Indonesia mengatasi kesulitan finansial, khususnya di daerah-daerah terpencil, untuk dapat turut memperoleh akses kepada jasa keuangan dengan transparansi, keamanan dan manajemen resiko yang baik. Brick ingin mendukung kinerja perusahaan teknologi dan jasa keuangan dalam melayani masing-masing nasabah atau konsumennya dengan lebih efisien dan efektif melalui solusi Open Finance kami,” jelasnya.

Di akhir tahun ini Brick berencana untuk segera mengajukan permohonan izin terkait Open Finance yang berada dalam pengaturan dan pengawasan Bank Indonesia dan karenanya saat ini Brick belum bekerjasama dengan para bank hingga diperolehnya izin tersebut untuk memastikan kepatuhan hukum dari layanan perusahaan. Sebagai langkah awal, Brick menjadi Open Finance platform pertama yang berhasil memperoleh sertifikasi ISO 27001 dan selanjutnya Brick berniat untuk berkonsultasi dengan BI untuk mempelajari perizinan yang tepat bagi kegiatan usahanya.

“Saat ini kami masih dalam tahap perkenalan dan sosialisasi layanan kami dengan beberapa bank dan perusahaan fintech lending untuk mempelajari dan memahami pain points dan kebutuhan pokok masing-masing lembaga jasa keuangan perihal teknologi Open Finance dan Financial API di industri jasa keuangan khususnya terkait infrastruktur, perlindungan dan tata kelola data termasuk manajemen resiko. Belum ada implementasi apapun terkait layanan Open Finance kami. Disamping itu, kami masih terus mengembangkan proses bisnis dan model bisnis kami untuk menyesuaikan dengan aturan, arahan dan kebijakan BI yang tentunya adalah yang terbaik bagi kami. Kami sepenuhnya percaya pada BI sebagai pemimpin kami di industri ini,” tambah Gavin.

Bersamaan dengan proses perizinan yang sedang dipersiapkan dan diprioritaskan, Brick menyampaikan niatan dan komitmennya untuk mendukung dan membantu Bank Indonesia dalam penyusunan peraturan dan kebijakan yang nantinya dapat bermanfaat bagi sektor usaha Open Finance atau Open Banking, dan yang terpenting tentunya demi melindungi penduduk Indonesia terkait cybersecurity, data privacy dan protection dalam konteks kepatuhan terhadap penegakan kedaulatan data di Indonesia. Gavin meyakini bahwa kolaborasi atau gotong royong sebagai DNA bangsa Indonesia adalah kunci kesuksesan untuk bersama membangun dan menjaga industri Open Finance ini.


Bersama dengan pelaku usaha fintech Open Finance lain dan Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), pihaknya berharap dapat diberi kesempatan untuk mendukung BI untuk secara kolaboratif mengembangkan industri Open Finance dengan berdiskusi dan memberi masukan yang kiranya dapat menjadi pertimbangan guna membantu pemerintah dalam merumuskan peraturan dan kerangka hukum terkait Open Finance yang ideal.

“Kami ingin turut terlibat aktif dalam proses benchmarking dan kajian hukum untuk membandingkan antara lain standar manajemen resiko, data governance, data protection dan cybersecurity dalam bidang usaha Open Finance di negara lain untuk menjadi pertimbangan BI. Kapanpun kami siap membantu BI karena ini merupakan tanggung jawab kami sebagai pelaku usaha yang memprioritaskan kepatuhan hukum melebihi profit dan pertumbuhan perusahaan,” ucap Gavin.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2523 seconds (0.1#10.140)