Kenang Kuliah di UI, Sri Mulyani: Hidup Pas-pasan, Lugu hingga Naik Bemo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengenang masa-masa kuliah di Fakultas Ekonomi bisnis Universitas Indonesia melalui akun Instagram pribadinya @smindrawati.
Dalam unggahan akun pribadinya menyampaikan kisah perjalanan hidup sebagai mahasiswi tahun 1981. Bulan Agustus Tahun 1981, pertama kali menapak kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
"Sebagai anak daerah yang lugu dan bahasa medhok, buta peta jalan Jakarta, naik Bemo dan mikrolet belum tahu harus turun dimana. Belum ada handphone dan Google map saat itu, namun selalu saja ada yang mau membantu,” kata Sri melalui akun pribadinya dikutip, Minggu (22/8/2021).
Baca Juga: Sri Mulyani: Hadapi Pandemi Bukan dengan Mengeluh, Membenci dan Memaki
Ia juga mengenang masa-masa zaman orientasi di masa kuliah di kampusnya drngan menceritakan pengalaman pribadinya. Minggu pertama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus Salemba (Ospek) digojlok dari jam 6 pagi hingga larut malam.
"Semua tugas senior, musykil dikerjakan. Setiap hari ada saja hukuman, jalan jongkok (squat jump), minum levertran yang amis (namun saya suka), masuk selokan, masuk kamar mayat, dst..dst penderitaan sangat panjang serasa tiada berakhir. Lomba olah raga volley, malam seni, majalah dinding, api unggun finale merekatkan pertemanan," tuturnya.
Di samping itu, Sri meemaparkan perjalanan 5 tahun kuliah di Salemba UI, belajar dari teknokrat senior: Prof Soemitro Djojohadikoesoemo, Prof Emil Salim, Prof Soemarlin, Prof Sadli. Ikut aktivitas Senat Mahasiswa Pekan Industri Rakyat (Kanira), Main Teater dua pementasan. Mengajar anak-anak TK sekitar kampus Salemba, ikut kompetisi Fakultas Ekonomi antara Kampus.
"Lima tahun kuliah, bermain, beraktivitas, belajar menjadi manusia dewasa. Hidup pas-pasan, banyak hal bisa menjadi alasan untuk mengeluh, turun semangat, galau, marah, atau menyerah. Namun kita selalu bisa memilih menjadi manusia positif, berteman tanpa memilih, kompak bersama, berusaha menjadi lebih baik dan terus maju kedepan," ungkapnya.
Terakhir, dalam akun media sosial menyampaikan petuah semangat dari orang tua dengan selalu berpesan perspektif melihat hidup.
"Jadi orang yang sabar, bersyukur, ikhlas dan jangan lupa sholat Itu bekal nasihat orang tua saat melepas saya di stasiun Tawang Semarang menuju Jakarta, untuk mulai mentas hidup. 40 tahun lalu, apakah waktu panjang atau singkat, tergantung perspektif melihat hidup," tutupnya.
Dalam unggahan akun pribadinya menyampaikan kisah perjalanan hidup sebagai mahasiswi tahun 1981. Bulan Agustus Tahun 1981, pertama kali menapak kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
"Sebagai anak daerah yang lugu dan bahasa medhok, buta peta jalan Jakarta, naik Bemo dan mikrolet belum tahu harus turun dimana. Belum ada handphone dan Google map saat itu, namun selalu saja ada yang mau membantu,” kata Sri melalui akun pribadinya dikutip, Minggu (22/8/2021).
Baca Juga: Sri Mulyani: Hadapi Pandemi Bukan dengan Mengeluh, Membenci dan Memaki
Ia juga mengenang masa-masa zaman orientasi di masa kuliah di kampusnya drngan menceritakan pengalaman pribadinya. Minggu pertama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus Salemba (Ospek) digojlok dari jam 6 pagi hingga larut malam.
"Semua tugas senior, musykil dikerjakan. Setiap hari ada saja hukuman, jalan jongkok (squat jump), minum levertran yang amis (namun saya suka), masuk selokan, masuk kamar mayat, dst..dst penderitaan sangat panjang serasa tiada berakhir. Lomba olah raga volley, malam seni, majalah dinding, api unggun finale merekatkan pertemanan," tuturnya.
Di samping itu, Sri meemaparkan perjalanan 5 tahun kuliah di Salemba UI, belajar dari teknokrat senior: Prof Soemitro Djojohadikoesoemo, Prof Emil Salim, Prof Soemarlin, Prof Sadli. Ikut aktivitas Senat Mahasiswa Pekan Industri Rakyat (Kanira), Main Teater dua pementasan. Mengajar anak-anak TK sekitar kampus Salemba, ikut kompetisi Fakultas Ekonomi antara Kampus.
"Lima tahun kuliah, bermain, beraktivitas, belajar menjadi manusia dewasa. Hidup pas-pasan, banyak hal bisa menjadi alasan untuk mengeluh, turun semangat, galau, marah, atau menyerah. Namun kita selalu bisa memilih menjadi manusia positif, berteman tanpa memilih, kompak bersama, berusaha menjadi lebih baik dan terus maju kedepan," ungkapnya.
Terakhir, dalam akun media sosial menyampaikan petuah semangat dari orang tua dengan selalu berpesan perspektif melihat hidup.
"Jadi orang yang sabar, bersyukur, ikhlas dan jangan lupa sholat Itu bekal nasihat orang tua saat melepas saya di stasiun Tawang Semarang menuju Jakarta, untuk mulai mentas hidup. 40 tahun lalu, apakah waktu panjang atau singkat, tergantung perspektif melihat hidup," tutupnya.
(nng)