DBS Ajak Masyarakat Optimalkan Peluang di Era Ekonomi Digital

Senin, 23 Agustus 2021 - 19:45 WIB
loading...
DBS Ajak Masyarakat Optimalkan Peluang di Era Ekonomi Digital
Webinar DBS eTalk Series bertajuk Navigating the Opportunities in New Economy bersama para pakar. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Mega tren ekonomi digital dan teknologi akan terus berkembang sebagai new economy setidaknya hingga tahun 2030. Hal ini terlihat dari outlook ekonomi global, perkembangan pasar modal, serta kenaikan industri ekonomi digital dan e-commerce.

Mengutip data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat pada 2030. E-commerce akan memiliki peran yang sangat besar, mencapai 34%. Selain itu, business-to-business (B2B) juga akan tumbuh sebesar 13% dan health-tech sebesar 8%.

Menyadari perubahan masif tersebut, memasuki tahun ketiga kehadirannya di Indonesia, private banking DBS Treasures Private Client menghadirkan webinar DBS eTalk Series bertajuk “Navigating the Opportunities in New Economy” bersama para pakar ekonomi pada Jumat (20/8).

Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Managing Partner Indies Capital Partners, Pandu Sjahrir menyampaikan, pandemi mendorong adaptasi tren konsumsi digital lebih cepat lima tahun dari yang diperkirakan pada industri edukasi, logistik, e-commerce, health-tech, asuransi, dan transaksi investasi.

Melengkapi para pelaku usaha ritel tradisional, keberadaan e-commerce kini mulai mengambil porsi yang cukup besar, hingga 10% dari total pasar ritel yang mencapai USD300 miliar.

Menurut Pandu, beberapa perusahaan yang terkait ekonomi digital seperti e-commerce sedang menjalani proses penawaran umum perdana (IPO), sehingga semakin meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. Hal ini selaras dengan berkembangnya angka investor di pasar modal Indonesia.

Menurut data BEI dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), angka Year-on-Year (YoY) investor pasar modal nasional tercatat meningkat 93% menjadi 5,82 juta hingga periode Juli 2021.

Head of Investment and Advisory Bank DBS Indonesia, Djoko Soelistyo menjelaskan, salah satu indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan-perusahaan dengan inovasi teknologi yang menjadi bagian dari new economy, adalah dari performa NYSE R&D Innovation Index sejak tahun 2000 yang telah bertumbuh sebesar 449%, jauh di atas performa Nasdaq Index.



Menurut dia, perubahan lanskap di era new economy ini sudah disikapi sejak awal oleh DBS Treasures Private Client untuk memanfaatkan peluang baru yang mulai bermunculan.

“Kami merancang dan merekonstruksi strategi wealth preservation nasabah sesuai dengan perkembangan pasar untuk mengelola kekayaan secara maksimal," ucapnya, dikutip Senin (23/8/2021).

Dalam kaitannya dengan sektor new economy, lanjut Djoko, curated wealth solutions yang ditawarkan DBS mencakup layanan eksklusif private banking yang tidak tersedia di semua bank, berupa pengelolaan dana nasabah individual di portofolio global serta reksa dana di market dalam dan luar negeri.

"Kemudahan dalam mengoptimalkan dinamika peluang investasi tangguh secara 24/7 dapat dengan mudah didapatkan melalui aplikasi digibank by DBS. Kini nasabah dapat menikmati fleksibilitas strategi reksa dana hingga yang berbasis efek syariah luar negeri, peluang obligasi dalam IDR dan USD, serta transaksi lebih dari 20 mata uang asing dengan nilai tukar real-time,” paparnya.



Lebih lanjut, Djoko menambahkan, di era pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi dan mobilitas masyarakat, maka segala hal harus serbadigital termasuk dalam layanan perbankan.

"Semua produk kami bisa diakses, mulai dari mencari produk dan transaksinya, semua bisa dilakukan melalui aplikasi digibank yang memiliki keamanan yang sesuai standar dari regulator," tandasnya.

Sementara itu, Direktur Shopee Indonesia, Christin Djuarto mengatakan, dunia bisnis dan pasar ke depan akan terus berkembang. Dengan perubahan lanskap dan banyaknya kompetitor justru memacu Shopee untuk berinovasi agar menjadi lebih baik dan pasarnya berkembang lebih besar lagi. "Apalagi di Indonesia ini masih banyak masyarakat yang belum bisa berbelanja daring, jadi ruang untuk penetrasinya masih besar," tuturnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1568 seconds (0.1#10.140)