Modal Hanya Rp100 Ribu, UMKM Makanan Kemasan Ini Tetap Eksis Saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Usaha mikro, kecil, dan menengah ( UMKM ) makanan dalam kemasan terus eksis dan mencetak keuntungan, meski di tengah Pandemi Covid-19. Hal ini diamini Filsa Budi Ambia, pengusaha UMKM pemilik usaha makanan dalam kemasan peyek kepiting ‘Kampoeng Timoer’ dari Balikpapan.
Meskipun pandemi melanda, usaha peyek kepitingnya bisa tetap eksis dan memberikan keuntungan. Filsa mengatakan, banyak subsektor kuliner yang masih sangat bisa di explore.
Salah satunya adalah usaha makanan dalam kemasan. Dengan modal kecil, seorang pengusaha kuliner makanan dalam kemasan bisa meraup omzet hingga ratusan kali lipat karena makanan dalam kemasan lebih tahan lama sehingga bisa dijual diseluruh Indonesia.
Hal ini telah dibuktikan oleh Filsa yang memulai usaha peyek kepiting “Kampoeng Timoer” hanya dengan modal Rp 100 ribu. Filsa yang juga pernah meraih penghargaan sebagai Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri 2014 dan Marketeers of The Year 2017 ini membagikan tips nya untuk pengusaha UMKM kuliner agar produknya tetap bertahan di tengah pandemi.
“Bagi pelaku UMKM kuliner yang mengalami kendala selama pandemi, tips nya adalah lakukan inovasi,” ujarnya.
Inovasi yang dimaksud tidak harus membutuhkan dana yang besar, bahkan bisa dilakukan hanya dengan mengamati apa yang kira-kira dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat sebagai makanan yang menarik untuk dibeli.
“Pelaku UMKM kuliner saat ini harus pintar-pintar menemukan kebutuhan pasar yang sesuai dengan kondisi. Misal, jika saat ini masyarakat sangat peduli dengan kesehatan, maka pelaku UMKM bisa menciptakan makanan yang enak namun juga memiliki kandungan bahan dengan nilai gizi yang baik,” ujar Filsa yang pada 2016 lalu juga menjadi juara pertama dalam ajang Adikarya Pangan Nusantara karena inovasinya mengembangkan snack dari kepiting yang banyak ditemui di Balikpapan.
Inovasi lain yang bisa dipertimbangkan adalah membuat makanan dalam kemasan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan desain yang menarik. Filsa yang juga merupakan packaging expert ini menjelaskan, bahwa kemasan produk merupakan salah satu alat pemasaran produk itu sendiri.
“Seseorang akan tertarik membeli produk kuliner jika kemasannya menarik, apalagi di era digital di mana pembeli lebih banyak melihat produk melalui e-commerce atau aplikasi ojek online,” ujarnya.
Meskipun pandemi melanda, usaha peyek kepitingnya bisa tetap eksis dan memberikan keuntungan. Filsa mengatakan, banyak subsektor kuliner yang masih sangat bisa di explore.
Salah satunya adalah usaha makanan dalam kemasan. Dengan modal kecil, seorang pengusaha kuliner makanan dalam kemasan bisa meraup omzet hingga ratusan kali lipat karena makanan dalam kemasan lebih tahan lama sehingga bisa dijual diseluruh Indonesia.
Hal ini telah dibuktikan oleh Filsa yang memulai usaha peyek kepiting “Kampoeng Timoer” hanya dengan modal Rp 100 ribu. Filsa yang juga pernah meraih penghargaan sebagai Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri 2014 dan Marketeers of The Year 2017 ini membagikan tips nya untuk pengusaha UMKM kuliner agar produknya tetap bertahan di tengah pandemi.
“Bagi pelaku UMKM kuliner yang mengalami kendala selama pandemi, tips nya adalah lakukan inovasi,” ujarnya.
Inovasi yang dimaksud tidak harus membutuhkan dana yang besar, bahkan bisa dilakukan hanya dengan mengamati apa yang kira-kira dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat sebagai makanan yang menarik untuk dibeli.
“Pelaku UMKM kuliner saat ini harus pintar-pintar menemukan kebutuhan pasar yang sesuai dengan kondisi. Misal, jika saat ini masyarakat sangat peduli dengan kesehatan, maka pelaku UMKM bisa menciptakan makanan yang enak namun juga memiliki kandungan bahan dengan nilai gizi yang baik,” ujar Filsa yang pada 2016 lalu juga menjadi juara pertama dalam ajang Adikarya Pangan Nusantara karena inovasinya mengembangkan snack dari kepiting yang banyak ditemui di Balikpapan.
Inovasi lain yang bisa dipertimbangkan adalah membuat makanan dalam kemasan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan desain yang menarik. Filsa yang juga merupakan packaging expert ini menjelaskan, bahwa kemasan produk merupakan salah satu alat pemasaran produk itu sendiri.
“Seseorang akan tertarik membeli produk kuliner jika kemasannya menarik, apalagi di era digital di mana pembeli lebih banyak melihat produk melalui e-commerce atau aplikasi ojek online,” ujarnya.