IHSG Melemah, Saatnya Memantau Saham-saham Big Caps
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan ( IHSG ) berada di zona merah atau ditutup melemah 6,7 poin (0,11%) di level 6.088,1 pada perdagangan Senin kemarin, (13/9/2021). Setidaknya, ada dua sentimen negatif yang menjadi penyebab.
Pertama, menurut Reza Priyambada, analis Asosiasi Analis Efek Indonesia, pelemahan indeks merupakan imbas dari penutupan bursa saham global sejak Jumat (10/9) lalu. Selanjutnya, rencana pemerintah untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap sembako, jasa pendidikan, dan kesehatan turut menjadi sentimen negatif dalam negeri.
"Pelemahan IHSG imbas dari penutupan bursa saham global di Jumat kemarin yang mengalami penurunan hingga sentimen dari dalam negeri karena ada rencana pemerintah untuk menaikan PPN," tuturnya saat dihubungi MNC Portal, Senin (13/9).
Reza memandang dua hal utama tersebut memicu investor untuk tidak masuk ke pasar dalam jangka waktu sementara. "(Ini) membuat pelaku pasar cenderung stay away dari pasar," ungkapnya.
Analisa Reza dibuktikan dengan transaksi pada Senin kemarin yang sebesar Rp9,2 triliun, turun dari pekan lalu yang biasanya berada di angka Rp11-12 triliunan. Di sisi lain, pelemahan indeks pada awal pekan yang meninggalkan level 6.100an terbilang masih wajar.
"Koreksi hari ini (Senin) di 6.088 masih berada di atas level support 6.043. Artinya ini masih koreksi wajar, karena aksi profit taking," kata Senior Research Analyst Infovesta Kapital, Praska Putrantyo, dalam 2nd Session Closing, Senin (13/9).
Praska melihat pergerakan IHSG masih fluktuatif mengingat aksi jual investor asing yang menembus Rp140,78 miliar. Kepada investor, Praska merekomendasikan untuk mencermati sejumlah emiten big caps dari sektor perbankan, pertambangan, hingga properti-real estat dengan strategi buy on weakness.
Seperti diketahui, valuasi sepekan menunjukan indeks melemah 0,63% dan masih memerah dalam sebulan (0,84%). Namun, pergerakan IHSG secara year to date masih bertengger di range positif (1,82%).
Pertama, menurut Reza Priyambada, analis Asosiasi Analis Efek Indonesia, pelemahan indeks merupakan imbas dari penutupan bursa saham global sejak Jumat (10/9) lalu. Selanjutnya, rencana pemerintah untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap sembako, jasa pendidikan, dan kesehatan turut menjadi sentimen negatif dalam negeri.
Baca Juga
"Pelemahan IHSG imbas dari penutupan bursa saham global di Jumat kemarin yang mengalami penurunan hingga sentimen dari dalam negeri karena ada rencana pemerintah untuk menaikan PPN," tuturnya saat dihubungi MNC Portal, Senin (13/9).
Reza memandang dua hal utama tersebut memicu investor untuk tidak masuk ke pasar dalam jangka waktu sementara. "(Ini) membuat pelaku pasar cenderung stay away dari pasar," ungkapnya.
Analisa Reza dibuktikan dengan transaksi pada Senin kemarin yang sebesar Rp9,2 triliun, turun dari pekan lalu yang biasanya berada di angka Rp11-12 triliunan. Di sisi lain, pelemahan indeks pada awal pekan yang meninggalkan level 6.100an terbilang masih wajar.
"Koreksi hari ini (Senin) di 6.088 masih berada di atas level support 6.043. Artinya ini masih koreksi wajar, karena aksi profit taking," kata Senior Research Analyst Infovesta Kapital, Praska Putrantyo, dalam 2nd Session Closing, Senin (13/9).
Praska melihat pergerakan IHSG masih fluktuatif mengingat aksi jual investor asing yang menembus Rp140,78 miliar. Kepada investor, Praska merekomendasikan untuk mencermati sejumlah emiten big caps dari sektor perbankan, pertambangan, hingga properti-real estat dengan strategi buy on weakness.
Seperti diketahui, valuasi sepekan menunjukan indeks melemah 0,63% dan masih memerah dalam sebulan (0,84%). Namun, pergerakan IHSG secara year to date masih bertengger di range positif (1,82%).
(uka)