Akhirnya 'Tax the Rich' Bikin Geger 3 Indeks Bursa Amerika
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bursa Amerika Serikat atau Wall Street dengan tiga indeks acuannya dibuka jatuh pada Selasa malam (14/9/2021). Kejatuhan itu imbas ketidakpastian kebijakan kenaikan pajak perusahaan yang sebelumnya dikampanyekan para petinggi Demokrat dengan semboyan "Tax the Rich".
Menilik Market Watch hingga pukul 21:12 WIB (14/9), Dow Jones Industrial Average anjlok 110,28 poin (0,32%) ke level 34.759,35. Selanjutnya S&P 500 melemah 9,54 poin (0,21%) di 4.459,19. Terakhir, Nasdaq Composite terkoreksi tipis 4,14 poin (0,03%) di level 15.101,35, dilansir Reuters, Selasa (14/9/2021).
Kinerja sejumlah sektor energi dan keuangan terpantau merosot, meski sempat naik pada penutupan sebelumnya. Sedangkan emiten teknologi bluechips masih stagnan dan relatif melambat.
Sementara saham-saham perusahaan China yang terdaftar di Wall Street terlihat mengalami koreksi menyusul adanya kekhawatiran atas aturan ketat pemerintah Negeri Tirai Bambu.
Saat ini, bursa AS masih menanti langkah Joe Biden untuk mengesahkan paket anggaran senilai USD3,5 triliun yang mencakup usulan kenaikan tarif pajak perusahaan sebesar 26,5% dari sebelumnya 21%. Skema yang sedang dibahas di tingkat Kongres ini sempat alot di meja diskusi internal Demokrat, mengingat proposal Biden untuk kenaikan pajak korporasi adalah sebesar 28%.
Untuk individu berpenghasilan di atas USD400.000 atau pasangan dengan pendapatan di atas USD450.000 bakal dikenai pajak maksimal hingga 39,6%.
Di samping urusan pajak, sentimen lain yang menggerakkan bursa datang dari kekhawatiran pasar merespons pertumbuhan ekonomi yang melambat sejalan dengan peningkatan kasus Covid-19.
Kemudian, data dari Departemen Tenaga Kerja AS mencatat laju harga konsumen melambat dalam enam bulan terakhir, yang menandai tingkat inflasi dimunginkan telah mencapai puncaknya. Pertumbuhan harga konsumen yang melambat dapat menunda langkah Federal Reserve (the Fed) memulai kebijakan tapering.
Perselisihan di antara anggota Federal Reserve (the Fed) soal kapan dimulainya tapering turut membuat investor ragu-ragu terhadap adanya perubahan kebijakan.
Menilik Market Watch hingga pukul 21:12 WIB (14/9), Dow Jones Industrial Average anjlok 110,28 poin (0,32%) ke level 34.759,35. Selanjutnya S&P 500 melemah 9,54 poin (0,21%) di 4.459,19. Terakhir, Nasdaq Composite terkoreksi tipis 4,14 poin (0,03%) di level 15.101,35, dilansir Reuters, Selasa (14/9/2021).
Kinerja sejumlah sektor energi dan keuangan terpantau merosot, meski sempat naik pada penutupan sebelumnya. Sedangkan emiten teknologi bluechips masih stagnan dan relatif melambat.
Sementara saham-saham perusahaan China yang terdaftar di Wall Street terlihat mengalami koreksi menyusul adanya kekhawatiran atas aturan ketat pemerintah Negeri Tirai Bambu.
Saat ini, bursa AS masih menanti langkah Joe Biden untuk mengesahkan paket anggaran senilai USD3,5 triliun yang mencakup usulan kenaikan tarif pajak perusahaan sebesar 26,5% dari sebelumnya 21%. Skema yang sedang dibahas di tingkat Kongres ini sempat alot di meja diskusi internal Demokrat, mengingat proposal Biden untuk kenaikan pajak korporasi adalah sebesar 28%.
Untuk individu berpenghasilan di atas USD400.000 atau pasangan dengan pendapatan di atas USD450.000 bakal dikenai pajak maksimal hingga 39,6%.
Di samping urusan pajak, sentimen lain yang menggerakkan bursa datang dari kekhawatiran pasar merespons pertumbuhan ekonomi yang melambat sejalan dengan peningkatan kasus Covid-19.
Kemudian, data dari Departemen Tenaga Kerja AS mencatat laju harga konsumen melambat dalam enam bulan terakhir, yang menandai tingkat inflasi dimunginkan telah mencapai puncaknya. Pertumbuhan harga konsumen yang melambat dapat menunda langkah Federal Reserve (the Fed) memulai kebijakan tapering.
Perselisihan di antara anggota Federal Reserve (the Fed) soal kapan dimulainya tapering turut membuat investor ragu-ragu terhadap adanya perubahan kebijakan.