Vaksinasi Menjadi Game Changer Pemulihan Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Program vaksinasi nasional menjadi salah satu game changer yang paling penting untuk pemulihan ekonomi di masa depan. Fokus pemerintah saat ini adalah pengamanan pasokan dan peningkatan target vaksinasi.
Pemerintah terus mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Covid-19. Hal ini sebagai langkah antisipasi kemungkinan lonjakan kasus maupun munculnya varian baru.
Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan apapun varian virusnya, sebagai ikhtiar proteksi kesehatan dari setiap individu, masyarakat diharapkan tetap disiplin mengenakan masker serta tentu adalah menyukseskan dan mengikuti vaksinasi.
(Baca juga:Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah)
Vaksin, ditegaskan Nadia akan melindungi masyarakat dari gejala berat bahkan risiko kematian hingga 95%. “Penularan virus, apa pun variannya, tidak melihat populasi tertentu sehingga setiap orang bisa tertular. Di dalamnya, termasuk kelompok rentan seperti lansia, anak, dan orang dengan komorbid yang harus diperhatikan,” ujar Nadia dalam Dialog Virtual Semangat Selasa Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Selasa (14/9/2021).
Nadia mengungkapkan bahwa varian virus di Indonesia saat ini, 98% adalah virus Delta. Namun begitu tidak tertutup kemungkinan masuknya varian virus baru dari negara lain seperti Mu atau Lamda.
“Masyarakat jangan euforia. Cakupan vaksinasi kita belum cukup. Jadi kita harus tetap saling mengingatkan dan disiplin protokol kesehatan. Dalam hal ini, pemerintah juga menggunakan aplikasi PeduliLindungi dalam memantau dan memastikan masyarakat aman saat melakukan kegiatan di ruang publik,” tambah Nadia.
(Baca juga:1 Juta Orang di Kota Tangerang Sudah Divaksin Lewat Program Vaksinasi Tingkat RW)
Hal senada disampaikan Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, dr. Alexander Ginting. Virus Covid-19 sebagaimana virus pada umumnya, memiliki sifat alamiah untuk bermutasi, berevolusi, dan bereplikasi.
Sepanjang terjadi penularan, maka virus akan menemukan inang baru untuk berkembang dan bermutasi, sehingga kemungkinan lahirnya varian baru akan tetap ada. Karena itu, upaya pengendalian pandemi seperti disiplin protokol kesehatan, penguatan testing, tracing, treatment (3T) serta vaksinasi, harus tetap dilaksanakan.
“Intinya tidak boleh lengah. Apapun varian virusnya, kita harus tetap vaksin, sebab vaksin memberikan proteksi dari gejala berat maupun kematian. Kemudian, meskipun sudah divaksin, kita masih bisa terinfeksi virus. Karenanya, harus tetap waspada mencegah penularan,” kata Alexander.
(Baca juga:Milesmotoproject dan Kemenkes Kolaborasi Gelar Vaksinasi Covid-19)
Upaya pengendalian Covid-19, menurutnya, bukan hanya menjadi tugas pemerintah melainkan tanggung jawab setiap pihak. Ia menyebutkan, sebagai upaya perluasan cakupan vaksinasi, misalnya, Posko Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di desa dan kelurahan diharapkan dapat melakukan sistem “jemput bola” mendatangi dan memberikan kemudahan akses bagi kelompok khusus.
“Vaksinasi bukan hanya hak mereka yang sehat sensorik dan motorik. Justru harus menjangkau kelompok rentan, misalnya para lansia yang memiliki angka mortalitas tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, setiap daerah sebaiknya memiliki strategi, mekanisme dan pendekatan berbeda dalam rangka akselerasi vaksin, tergantung kondisi alam, juga karakteristik dan pola hidup warga. Karena itu, pelaksanaan vaksinasi di daerah sangat membutuhkan kerja sama dari pemimpin daerah juga keterlibatan operasional dari Dinas Kesehatan setempat.
(Baca juga:Hadir di Daerah Terpencil, Sentra Vaksinasi MNC Peduli Sasar Warga Nanggung Bogor)
Terkait manfaat vaksinasi, saat yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe menambahkan, bahwa vaksin juga memiliki andil dalam menekan angka penularan. “Orang yang sudah divaksin, replikasi virus di dalam tubuhnya lebih sedikit. Karena itu, kemampuannya dalam menularkan virus akan lebih rendah,” jelas Dirga.
Dokter yang aktif mengajak masyarakat melakukan vaksinasi ini mengatakan, masyarakat tidak perlu tergesa-gesa mengejar vaksin booster, karena memperluas dan memperbanyak cakupan vaksin lebih penting daripada kekebalan yang terpusat pada satu orang. “Yang mengendalikan pandemi adalah kekebalan komunitas, bukan individu,” tegasnya.
Andil masyarakat dalam pengendalian pandemi, tidak hanya melalui penerapan protokol kesehatan, vaksinasi, serta partisipasi 3T. Pelaku Vaksinasi Massal Guntur Triyoga menegaskan, setiap orang juga dapat menjadi agen penyebaran informasi yang benar tentang Covid-19, dengan memanfaatkan kreativitas dan kelebihan masing-masing.
Kendati semakin banyak masyarakat yang berpikiran terbuka, edukasi tentang vaksin Covid-19 harus terus digencarkan secara masif. “Kita melakukan pendekatan serta memberikan pengertian. Setelah masyarakat mau divaksin dan paham, mereka akan mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut divaksin. Efek domino ini yang kita harapkan,” ujar Guntur.
Pemerintah terus mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Covid-19. Hal ini sebagai langkah antisipasi kemungkinan lonjakan kasus maupun munculnya varian baru.
Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan apapun varian virusnya, sebagai ikhtiar proteksi kesehatan dari setiap individu, masyarakat diharapkan tetap disiplin mengenakan masker serta tentu adalah menyukseskan dan mengikuti vaksinasi.
(Baca juga:Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah)
Vaksin, ditegaskan Nadia akan melindungi masyarakat dari gejala berat bahkan risiko kematian hingga 95%. “Penularan virus, apa pun variannya, tidak melihat populasi tertentu sehingga setiap orang bisa tertular. Di dalamnya, termasuk kelompok rentan seperti lansia, anak, dan orang dengan komorbid yang harus diperhatikan,” ujar Nadia dalam Dialog Virtual Semangat Selasa Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Selasa (14/9/2021).
Nadia mengungkapkan bahwa varian virus di Indonesia saat ini, 98% adalah virus Delta. Namun begitu tidak tertutup kemungkinan masuknya varian virus baru dari negara lain seperti Mu atau Lamda.
“Masyarakat jangan euforia. Cakupan vaksinasi kita belum cukup. Jadi kita harus tetap saling mengingatkan dan disiplin protokol kesehatan. Dalam hal ini, pemerintah juga menggunakan aplikasi PeduliLindungi dalam memantau dan memastikan masyarakat aman saat melakukan kegiatan di ruang publik,” tambah Nadia.
(Baca juga:1 Juta Orang di Kota Tangerang Sudah Divaksin Lewat Program Vaksinasi Tingkat RW)
Hal senada disampaikan Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, dr. Alexander Ginting. Virus Covid-19 sebagaimana virus pada umumnya, memiliki sifat alamiah untuk bermutasi, berevolusi, dan bereplikasi.
Sepanjang terjadi penularan, maka virus akan menemukan inang baru untuk berkembang dan bermutasi, sehingga kemungkinan lahirnya varian baru akan tetap ada. Karena itu, upaya pengendalian pandemi seperti disiplin protokol kesehatan, penguatan testing, tracing, treatment (3T) serta vaksinasi, harus tetap dilaksanakan.
“Intinya tidak boleh lengah. Apapun varian virusnya, kita harus tetap vaksin, sebab vaksin memberikan proteksi dari gejala berat maupun kematian. Kemudian, meskipun sudah divaksin, kita masih bisa terinfeksi virus. Karenanya, harus tetap waspada mencegah penularan,” kata Alexander.
(Baca juga:Milesmotoproject dan Kemenkes Kolaborasi Gelar Vaksinasi Covid-19)
Upaya pengendalian Covid-19, menurutnya, bukan hanya menjadi tugas pemerintah melainkan tanggung jawab setiap pihak. Ia menyebutkan, sebagai upaya perluasan cakupan vaksinasi, misalnya, Posko Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di desa dan kelurahan diharapkan dapat melakukan sistem “jemput bola” mendatangi dan memberikan kemudahan akses bagi kelompok khusus.
“Vaksinasi bukan hanya hak mereka yang sehat sensorik dan motorik. Justru harus menjangkau kelompok rentan, misalnya para lansia yang memiliki angka mortalitas tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, setiap daerah sebaiknya memiliki strategi, mekanisme dan pendekatan berbeda dalam rangka akselerasi vaksin, tergantung kondisi alam, juga karakteristik dan pola hidup warga. Karena itu, pelaksanaan vaksinasi di daerah sangat membutuhkan kerja sama dari pemimpin daerah juga keterlibatan operasional dari Dinas Kesehatan setempat.
(Baca juga:Hadir di Daerah Terpencil, Sentra Vaksinasi MNC Peduli Sasar Warga Nanggung Bogor)
Terkait manfaat vaksinasi, saat yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe menambahkan, bahwa vaksin juga memiliki andil dalam menekan angka penularan. “Orang yang sudah divaksin, replikasi virus di dalam tubuhnya lebih sedikit. Karena itu, kemampuannya dalam menularkan virus akan lebih rendah,” jelas Dirga.
Dokter yang aktif mengajak masyarakat melakukan vaksinasi ini mengatakan, masyarakat tidak perlu tergesa-gesa mengejar vaksin booster, karena memperluas dan memperbanyak cakupan vaksin lebih penting daripada kekebalan yang terpusat pada satu orang. “Yang mengendalikan pandemi adalah kekebalan komunitas, bukan individu,” tegasnya.
Andil masyarakat dalam pengendalian pandemi, tidak hanya melalui penerapan protokol kesehatan, vaksinasi, serta partisipasi 3T. Pelaku Vaksinasi Massal Guntur Triyoga menegaskan, setiap orang juga dapat menjadi agen penyebaran informasi yang benar tentang Covid-19, dengan memanfaatkan kreativitas dan kelebihan masing-masing.
Kendati semakin banyak masyarakat yang berpikiran terbuka, edukasi tentang vaksin Covid-19 harus terus digencarkan secara masif. “Kita melakukan pendekatan serta memberikan pengertian. Setelah masyarakat mau divaksin dan paham, mereka akan mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut divaksin. Efek domino ini yang kita harapkan,” ujar Guntur.
(dar)