Soal Mobil Listrik, Pesan Jokowi: Indonesia Jangan Sampai Ketinggalan!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini mengadakan rapat menindaklanjuti soal pengembangan industri kendaraan listrik di dalam negeri. Jokowi bersama sejumlah menteri melakukan pertemuan khusus di Istana Bogor, Jumat (17/9/2021).
Pertemuan tersebut dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Baca Juga: 7 Negara Siap Investasi Baterai Listrik di Indonesia, China Sudah Teken
Persiapan teknis soal mengembangkan industri kendaraan listrik tersebut meliputi persiapan tambang, smelter, recycle baterai, mobil, motor, hingga insentif fiskal dan non fiskal. Erick menyebut, salah satu poin yang dikaji adalah perlu tidaknya parkir kendaraan listrik mendapat insentif pemerintah.
"Kita membahas mulai tambangnya, smelter-nya, baterainya, mobilnya, motornya, recycle baterainya, track-nya, sampai insentif fiskal dan non fiskal. Kalau non fiskal itu sampai parkirnya dapat insentif tidak?," ujar Erick dalam acara Peluncuran e-materai dan surat elektronik Peruri.
Erick menyebut sudah saatnya Indonesia melakukan reposisi dan bangkit dari persaingan global. Mengutip arahan Kepala Negara, Erick mengingatkan, Indonesia jangan sampai kehilangan kesempatan berikutnya. Karena itu, pembangunan industri baterai kendaraan listrik akan dimaksimalkan pemerintah agar mampu berkompetisi di pasar global.
"Kalau memang pada saat Covid ini yang tepat bagi Indonesia mereposisi, harus bangkit daripada persaingan global. Salah satunya, di industri baterai listrik ini, apalagi kita terbesar produsen nikel," katanya.
"Yang Pak Presiden sampaikan sudah sejak lama boomingnya kita lewat, booming perkayuan kita lewat, yang ini kita tak mau lewat lagi," lanjut dia.
Pertemuan tersebut dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Baca Juga: 7 Negara Siap Investasi Baterai Listrik di Indonesia, China Sudah Teken
Persiapan teknis soal mengembangkan industri kendaraan listrik tersebut meliputi persiapan tambang, smelter, recycle baterai, mobil, motor, hingga insentif fiskal dan non fiskal. Erick menyebut, salah satu poin yang dikaji adalah perlu tidaknya parkir kendaraan listrik mendapat insentif pemerintah.
"Kita membahas mulai tambangnya, smelter-nya, baterainya, mobilnya, motornya, recycle baterainya, track-nya, sampai insentif fiskal dan non fiskal. Kalau non fiskal itu sampai parkirnya dapat insentif tidak?," ujar Erick dalam acara Peluncuran e-materai dan surat elektronik Peruri.
Erick menyebut sudah saatnya Indonesia melakukan reposisi dan bangkit dari persaingan global. Mengutip arahan Kepala Negara, Erick mengingatkan, Indonesia jangan sampai kehilangan kesempatan berikutnya. Karena itu, pembangunan industri baterai kendaraan listrik akan dimaksimalkan pemerintah agar mampu berkompetisi di pasar global.
"Kalau memang pada saat Covid ini yang tepat bagi Indonesia mereposisi, harus bangkit daripada persaingan global. Salah satunya, di industri baterai listrik ini, apalagi kita terbesar produsen nikel," katanya.
"Yang Pak Presiden sampaikan sudah sejak lama boomingnya kita lewat, booming perkayuan kita lewat, yang ini kita tak mau lewat lagi," lanjut dia.
(nng)