Sinyal Positif dari Fenomena IPO Sejumlah Startup
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan-perusahaan rintisan (startup) satu per satu melantai di bursa efek. Meski penuh tantangan, aksi korporasi melalui pasar modal ini menjadi salah satu alternatif bagi perusahaan-perusahaan baru yang ingin lebih berkembang.
Selama ini, pendanaan startup lazim mengandalkan investasi dari angle investor dan venture capital , di samping kantong pribadi. Harapannya, dengan menjadi emiten di pasar modal bisa memperluas akses pasar dan mendapatkan kesempatan untuk ekspansi seluas-luasnya.
Aksi korporasi berupa penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang mulari dilirik para pelaku usaha memang tidak mudah. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi sesuai regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun demikian, hal itu bukan berarti mustahil. Buktinya sudah ada sejumlah startup yang melantai di bursa.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai, potensi startup untuk melakukan penggalangan dana di pasar modal cukup besar. Menurutnya, sektor perdagangan berbasis internet, ride hailing, travel, edutech, fintech hingga healthtech berpeluang besar untuk IPO seiring dengan kian cepatnya transformasi digital.
Dia menambahkan, langkah IPO yang diambil oleh sejumlah rintisan mampu mengakselerasi potensi besar bagi perusahaan tersebut untuk dapat mewujudkan nilai mereka dalam waktu dekat. Baik dari segi nilai tambahan bisnis maupun valuasinya. Sedangkan keputusan IPO tidak terbatas untuk sekadar mencari dana, tetapi untuk meraih aspek bisnis lainnya seperti memberikan tingkat kepercayaan lebih ke platform, vendor, konsumen, dan rekan bisnis lainnya.
Edward melihat, tren perusahaan rintisan menjalankan exit strategy pada satu sampai dua tahun ke depan masih akan ramai dilakukan. Exit strategy ini dilakukan sebagai pendekatan yang direncanakan dengan target mengakhiri investasi dengan cara yang berfokus memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian, seperti IPO, merger, dan akuisisi.
Baca juga: Kunci Startup Bertahan di Masa Pandemi: Kolaborasi
Berdasarkan laporan Ernst & Young (EY), perusahaan teknologi mendominasi IPO secara global selama semester I/2021. Jumlahnya secara global meningkat 140% secara year on year (yoy) menjadi 1.070.
Dari jumlah tesebut, sebanyak 27% di antaranya atau sekitar 284 perusahaan merupakan perusahaan teknologi. Adapun dari sisi nilainya, IPO global mencatatkan kenaikan 215% secara yoy atau sebesar USD222 miliar.
Selama ini, pendanaan startup lazim mengandalkan investasi dari angle investor dan venture capital , di samping kantong pribadi. Harapannya, dengan menjadi emiten di pasar modal bisa memperluas akses pasar dan mendapatkan kesempatan untuk ekspansi seluas-luasnya.
Aksi korporasi berupa penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang mulari dilirik para pelaku usaha memang tidak mudah. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi sesuai regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun demikian, hal itu bukan berarti mustahil. Buktinya sudah ada sejumlah startup yang melantai di bursa.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai, potensi startup untuk melakukan penggalangan dana di pasar modal cukup besar. Menurutnya, sektor perdagangan berbasis internet, ride hailing, travel, edutech, fintech hingga healthtech berpeluang besar untuk IPO seiring dengan kian cepatnya transformasi digital.
Dia menambahkan, langkah IPO yang diambil oleh sejumlah rintisan mampu mengakselerasi potensi besar bagi perusahaan tersebut untuk dapat mewujudkan nilai mereka dalam waktu dekat. Baik dari segi nilai tambahan bisnis maupun valuasinya. Sedangkan keputusan IPO tidak terbatas untuk sekadar mencari dana, tetapi untuk meraih aspek bisnis lainnya seperti memberikan tingkat kepercayaan lebih ke platform, vendor, konsumen, dan rekan bisnis lainnya.
Edward melihat, tren perusahaan rintisan menjalankan exit strategy pada satu sampai dua tahun ke depan masih akan ramai dilakukan. Exit strategy ini dilakukan sebagai pendekatan yang direncanakan dengan target mengakhiri investasi dengan cara yang berfokus memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian, seperti IPO, merger, dan akuisisi.
Baca juga: Kunci Startup Bertahan di Masa Pandemi: Kolaborasi
Berdasarkan laporan Ernst & Young (EY), perusahaan teknologi mendominasi IPO secara global selama semester I/2021. Jumlahnya secara global meningkat 140% secara year on year (yoy) menjadi 1.070.
Dari jumlah tesebut, sebanyak 27% di antaranya atau sekitar 284 perusahaan merupakan perusahaan teknologi. Adapun dari sisi nilainya, IPO global mencatatkan kenaikan 215% secara yoy atau sebesar USD222 miliar.