Xi Jinping Bikin Geger: Stop Bangun PLTU di Luar Negeri, Berdampak ke RI?
loading...
A
A
A
Sejatinya, langkah China mengubah haluannya dari pembangkit listrik batu bara sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu. Xi pernah mengeluarkan pernyataan terkait konsumsi batu bara dan pembangkit listrik berpolusi.
April lalu Presiden Xi Jinping mengatakan akan mulai mengurangi konsumsi batu bara pada 2026, dan sepenuhnya berhenti pada 2050. Pernyataan itu langsung ditindaklanjuti oleh Industrial and Commercial Bank of Cina (ICBC), salah satu bank terbesar di China yang selama ini menjadi penyokong utama investasi energi batu bara.
Berbicara pada Pertemuan Musim Semi Forum Keuangan Internasional di Beijing pada 29 Mei, Kepala Ekonom ICBC Zhou Yueqiu mengatakan banknya akan membuat peta jalan dan garis waktu untuk penarikan bertahap pembiayaan batu bara.
Pernyataan Xi Jinping tentu saja menimbulkan reaksi "menggembirakan" sejumlah pihak. Salah satunya Alok Sharma, Ketua Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26 yang akan diadakan di Skotlandia bulan depan.
"Saya menyambut baik komitmen Presiden Xi untuk berhenti membangun proyek batu bara baru di luar negeri (yang menjadi) topik utama diskusi saya selama kunjungan ke China," kata Alok Sharma lewat akun Twitter-nya.
Keputusan Xi Jinping juga akan mengubah peta investasi global terkait pengurangan emisi karbon. Janji China itu dapat mengurangi investasi sebesar USD50 miliar untuk memangkas emisi karbon di masa depan.
Tak pelak, janji Xi Jinping itu akan berdampak pada harga batu bara secara jangka panjang. Shirley Zhang, analis utama Wood Mackenzie, mengatakan keputusan China itu dapat memengaruhi permintaan dan pasokan di seaborne market dan menekan harga jangka panjang.
Bahkan dampaknya terhadap Indonesia bisa lebih spesifik lagi. Menurut Zhang, proyek yang tidak berkomitmen secara finansial dan sangat bergantung pada investasi asing akan terdampak secara khusus.
"Asumsi kami atas 29 GW proyek batu bara generik di Indonesia setelah 2025 dapat berisiko karena janji China itu, sehingga memaksa lebih banyak pasokan batu bara Indonesia ke pasar ekspor," kata Zhang dikutip dari Woodmac.com.
Janji Xi Jinping jelas menjadi sentimen buruk atas harga batu bara dunia. Pasalnya, di dalam negeri sendiri China juga mengurangi rencana pembangunan pembangkit listrik batu baranya.
April lalu Presiden Xi Jinping mengatakan akan mulai mengurangi konsumsi batu bara pada 2026, dan sepenuhnya berhenti pada 2050. Pernyataan itu langsung ditindaklanjuti oleh Industrial and Commercial Bank of Cina (ICBC), salah satu bank terbesar di China yang selama ini menjadi penyokong utama investasi energi batu bara.
Berbicara pada Pertemuan Musim Semi Forum Keuangan Internasional di Beijing pada 29 Mei, Kepala Ekonom ICBC Zhou Yueqiu mengatakan banknya akan membuat peta jalan dan garis waktu untuk penarikan bertahap pembiayaan batu bara.
Pernyataan Xi Jinping tentu saja menimbulkan reaksi "menggembirakan" sejumlah pihak. Salah satunya Alok Sharma, Ketua Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26 yang akan diadakan di Skotlandia bulan depan.
"Saya menyambut baik komitmen Presiden Xi untuk berhenti membangun proyek batu bara baru di luar negeri (yang menjadi) topik utama diskusi saya selama kunjungan ke China," kata Alok Sharma lewat akun Twitter-nya.
Keputusan Xi Jinping juga akan mengubah peta investasi global terkait pengurangan emisi karbon. Janji China itu dapat mengurangi investasi sebesar USD50 miliar untuk memangkas emisi karbon di masa depan.
Tak pelak, janji Xi Jinping itu akan berdampak pada harga batu bara secara jangka panjang. Shirley Zhang, analis utama Wood Mackenzie, mengatakan keputusan China itu dapat memengaruhi permintaan dan pasokan di seaborne market dan menekan harga jangka panjang.
Bahkan dampaknya terhadap Indonesia bisa lebih spesifik lagi. Menurut Zhang, proyek yang tidak berkomitmen secara finansial dan sangat bergantung pada investasi asing akan terdampak secara khusus.
"Asumsi kami atas 29 GW proyek batu bara generik di Indonesia setelah 2025 dapat berisiko karena janji China itu, sehingga memaksa lebih banyak pasokan batu bara Indonesia ke pasar ekspor," kata Zhang dikutip dari Woodmac.com.
Janji Xi Jinping jelas menjadi sentimen buruk atas harga batu bara dunia. Pasalnya, di dalam negeri sendiri China juga mengurangi rencana pembangunan pembangkit listrik batu baranya.