Dapat Restu Indonesia, Kapasitas Proyek PLTS Raksasa Australia Digenjot 40%

Jum'at, 24 September 2021 - 15:25 WIB
loading...
Dapat Restu Indonesia,...
Pencitraan komputer atas proyek PLTS raksasa Sun Cable di wilayah Northern Northern Territory Australia. Foto/ABC News
A A A
JAKARTA - Rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya ( PLTS ) terbesar dunia di Northern Territory (NT) Australia ditingkatkan kapasitasnya hingga 40% setelah Sun Cable - pengembang proyek tersebut, mendapat persetujuan untuk membentangkan kabel bawah laut dari Australia ke Singapura, melintasi Indonesia.

Sun Cable mengumumkan pada Kamis (23/9/2021) lalu bahwa pihaknya telah menerima persetujuan dari pemerintah Indonesia untuk memasang kabel bawah laut melalui perairan teritorialnya ke Singapura.



Perusahaan tersebut menyatakan bahwa ladang tenaga surya yang akan dibangun di dekat kota jalan raya NT Elliott itu akan memasok 17 hingga 20 gigawatt (GW), naik dari rencana sebelumnya 14 GW. Sementara, biaya proyek itu diperkirakan meningkat dari 22 miliar dolar Australia (AUD) menjadi AUD30 miliar atau sekitar Rp309 triliun (dengan kurs Rp10.300 per AUD).

Menteri Kepala NT Michael Gunner mengatakan, proyek itu akan menyuntikkan AUD8 miliar atau sekitar Rp82,4 trilun ke ekonomi Australia, yang sebagian besar akan dihabiskan di kawasan Northern Territory.

"Sun Cable telah mendirikan kantor di Northern Territory dan telah mempekerjakan lebih dari selusin perusahaan Darwin untuk pekerjaan awal," katanya seperti dilansir ABC News, Jumat (24/9/2021).

CEO Sun Cable David Griffin mengatakan kepada ABC Darwin bahwa kenaikan biaya itu mencerminkan kapasitas yang lebih besar dari sistem penyimpanan dan tenaga surya Powerlink Australia-Asia. "Ini peningkatan yang signifikan, tetapi kami melakukannya karena itu meningkatkan pengembalian proyek," jelasnya.

Griffin mengatakan bahwa pengembangan pembangunan itu tidak akan membutuhkan lebih banyak lahan dari 12.000 hektare yang telah diidentifikasi di dekat Elliott, sekitar 636 kilometer selatan Darwin.

"Teknologi - baik penyimpanan tenaga surya dan baterai - terus berkembang pesat dan dengan itu, menjadi lebih efisien (dan) lebih padat energi sehingga Anda membutuhkan lebih sedikit lahan per megawatt," jelasnya.

Powerlink Australia-Asia diharapkan dapat menyalurkan listrik terbarukan ke baterai surya di Darwin, sebelum dikirim melalui kabel bawah laut sejauh 4.200 km ke Singapura. Jika berjalan sesuai rencana, proyek ini akan memasok hingga 15% kebutuhan listrik Singapura mulai 2028.

Pasokan listrik berbasis pembangkit terbarukan itu juga akan menghasilkan pengurangan emisi karbon total yang diperkirakan mencapai 8,6 juta ton CO2e per tahun.

Griffin menegaskan, persetujuan Indonesia atas izin survei bawah laut untuk memasang kabel melalui perairannya telah membawa proyek ini selangkah lebih dekat ke keberhasilan. "Indonesia adalah komponen penting dari kesuksesan proyek di masa depan," kata Griffin.



Dia menjelaskan, sebagian besar jalur kabel bawah laut perusahaan akan melewati perairan Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Karena itu, imbuh dia, wajar jika Indonesia sangat mempertimbangkan di mana struktur ini dipasang di perairannya, sehingga bisa disesuaikan dengan rencana nasional yang dimiliki negara ini.

Sebagai imbalannya, Griffin menyatakan bahwa Sun Cable akan menginvestasikan sekitar USD2,5 miliar atau sekira AUD3,44 miliar (sekitar Rp35 triliun) di Indonesia berupa pengadaan peralatan melalui barang-barang seperti trafo, switchgear, dan kabel darat.

"Dan yang terpenting - mengingat kami sedang mengembangkan baterai terbesar di dunia - ini adalah kesempatan untuk secara efektif menjamin pembentukan kemampuan manufaktur baterai stasioner baru di Indonesia," tambahnya.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1551 seconds (0.1#10.140)