Tingkatkan Daya Saing dan Kesejahteraan UMKM Perempuan, Digitalisasi Kuncinya
loading...
A
A
A
Pada sesi pelatihan pertama, Trias Puspita Hayati, Business Operation Manager Sirclo menyampaikan potensi e-commerce di Indonesia. Ia memaparkan bahwa dukungan infrastruktur untuk bidang informasi teknologi di Tanah Air sudah bagus, hal ini didukung dengan pengeluaran pemerintah di bidang informasi, komunikasi dan teknologi yang mencapai 1 miliar dollar Amerika pada tahun 2020.
Dengan infrastruktur semacam itu, diprediksi pada tahun 2025 tingkat adopsi smartphone di Indonesia akan mencapai 90 persen, yang juga akan berdampak positif pada tingkat penetrasi internet. “Ini potensi pasar yang luar biasa bagi pemilik bisnis. Bayangkan saja jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta dan 77 persen mengakses internet melalui handphone,” kata Trias.
Lebih lanjut menurutnya, uang yang dibelanjakan masyarakat untuk e-commerce kini juga semakin merata karena kemudahan akses internet hingga ke pelosok daerah.
Meski peluang pasar masih terbuka luas bagi pelaku UMKM, tidak bisa dipungkiri masih ada banyak tantangan bagi pelaku UMKM untuk masuk ke ranah digital. Antara lain, pelaku UMKM akan bersaing dengan pelapak online dan brand ternama yang telah lebih dulu merambah digital.
Selain perlu mengejar ketertinggalan, pelaku UMKM juga perlu menyiasati keterbatasan modal maupun operasional, belum lagi tantangan akses dan infrastruktur internet yang belum terlalu merata.
Sesi kedua mencoba menjawab tantangan tersebut. Fiki Satari, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), berbagi tips agar UMKM dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tidak kalah saing dengan merek asing dengan memanfaatkan pemasaran digital. Fiki juga memaparkan cara efektif memasarkan dengan bujet minimal serta dukungan yang ditawarkan oleh Kemenkop UKM.
Menurut Fiki, pemasaran digital selain efektif biaya juga dapat menjangkau audiens yang luas, “memasarkan produk dengan jangkauan nasional akan sangat memakan biaya dengan cara tradisional, namun teknologi digital memungkinkan ini dan memberi kesempatan UMKM untuk menjangkau pasar-pasar baru,” jelas Fiki.
Tentunya akses ke pendanaan tetap menjadi elemen penting bagi UMKM, baik untuk pemasaran, pengembangan produk, maupun memperluas operasional. Oleh karena itu, sesi pelatihan ketiga menghadirkan CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik yang memperkenalkan alternatif-alternatif pendanaan bagi UMKM serta tips mengelola pendanaan.
“Pinjaman mikro menjadi salah satu solusi, terlebih bagi UMKM yang kesulitan untuk mendapatkan dana dari bank. Namun pelaku UMKM tetap harus mengenali instrumen pinjaman yang dipakai dan mengutamakan perencanaan serta pengelolaan keuangan yang matang untuk menghindari kredit macet,” kata Hendoko.
Wakil Ketua Umum Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Sofi Suryasnia, memaparkan, bagaimana peserta bisa mendapatkan akses pembiayaan agar usaha mereka naik kelas, salah satunya adalah melalui bank. “Pemilik usaha harus mengerti bagaimana cara memenuhi syarat agar kredit bisa diterima bank,” kata Sofi.
Dengan infrastruktur semacam itu, diprediksi pada tahun 2025 tingkat adopsi smartphone di Indonesia akan mencapai 90 persen, yang juga akan berdampak positif pada tingkat penetrasi internet. “Ini potensi pasar yang luar biasa bagi pemilik bisnis. Bayangkan saja jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta dan 77 persen mengakses internet melalui handphone,” kata Trias.
Lebih lanjut menurutnya, uang yang dibelanjakan masyarakat untuk e-commerce kini juga semakin merata karena kemudahan akses internet hingga ke pelosok daerah.
Meski peluang pasar masih terbuka luas bagi pelaku UMKM, tidak bisa dipungkiri masih ada banyak tantangan bagi pelaku UMKM untuk masuk ke ranah digital. Antara lain, pelaku UMKM akan bersaing dengan pelapak online dan brand ternama yang telah lebih dulu merambah digital.
Selain perlu mengejar ketertinggalan, pelaku UMKM juga perlu menyiasati keterbatasan modal maupun operasional, belum lagi tantangan akses dan infrastruktur internet yang belum terlalu merata.
Sesi kedua mencoba menjawab tantangan tersebut. Fiki Satari, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), berbagi tips agar UMKM dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tidak kalah saing dengan merek asing dengan memanfaatkan pemasaran digital. Fiki juga memaparkan cara efektif memasarkan dengan bujet minimal serta dukungan yang ditawarkan oleh Kemenkop UKM.
Menurut Fiki, pemasaran digital selain efektif biaya juga dapat menjangkau audiens yang luas, “memasarkan produk dengan jangkauan nasional akan sangat memakan biaya dengan cara tradisional, namun teknologi digital memungkinkan ini dan memberi kesempatan UMKM untuk menjangkau pasar-pasar baru,” jelas Fiki.
Tentunya akses ke pendanaan tetap menjadi elemen penting bagi UMKM, baik untuk pemasaran, pengembangan produk, maupun memperluas operasional. Oleh karena itu, sesi pelatihan ketiga menghadirkan CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik yang memperkenalkan alternatif-alternatif pendanaan bagi UMKM serta tips mengelola pendanaan.
“Pinjaman mikro menjadi salah satu solusi, terlebih bagi UMKM yang kesulitan untuk mendapatkan dana dari bank. Namun pelaku UMKM tetap harus mengenali instrumen pinjaman yang dipakai dan mengutamakan perencanaan serta pengelolaan keuangan yang matang untuk menghindari kredit macet,” kata Hendoko.
Wakil Ketua Umum Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Sofi Suryasnia, memaparkan, bagaimana peserta bisa mendapatkan akses pembiayaan agar usaha mereka naik kelas, salah satunya adalah melalui bank. “Pemilik usaha harus mengerti bagaimana cara memenuhi syarat agar kredit bisa diterima bank,” kata Sofi.