Susul China, Kini Giliran India Terancam Krisis Listrik
loading...
A
A
A
CHENNAI - Setelah Inggris, Eropa dan China kini giliran India mengalami kelangkaan batu bara seiring melonjaknya permintaan energi dari sektor industri. Sinyal krisis energi listrik tersebut dipicu harga batu bara global yang menyentuh rekor tertinggi.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (2/10/2021) kenaikan harga bahan bakar pembangkit dipicu peningkatan permintaan di sektor industri di tengah tengah pengetatan pasokan batu bara. India berebut dengan China sebagai konsumen batubara terbesar di dunia yang kini berupaya meningkatkan impor di tengah krisis listrik.
Perusahaan listrik di India pun berebut untuk mengamankan pasokan batu bara karena persediaan mencapai titik terendah. Bahkan, lebih dari separuh dari 135 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hanya memiliki stok tak lebih dari tiga hari.
Kenaikan harga minyak, gas, batu bara dan listrik memberi tekanan inflasi di seluruh dunia dan memperlambat pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19. Lembaga pemeringkat S&P CRISIL dalam laporannya menyatakan berebut pasokan impor batu bara diperkirakan akan terus berlanjut tidak hanya untuk pembangkit tapi juga sektor non-listrik.
Impor batu bara tidak terelakan karena satu-satunya pilihan untuk memenuhi permintaan bahan bakar pembangkit. Salah satu unit lembaga pemeringkat internasional ini memproyeksikan harga batu bara di Asia akan terus meningkat. Selain itu mereka juga memprediksi kelangkaan batu bara di India baru akan mulai membaik Maret tahun depan.
Harga batubara dari eksportir utama telah mencapai titik tertinggi dengan harga Newcastle Australia naik sekitar 50% mencapai USD207,70 per ton dan harga ekspor Indonesia naik 30% dalam tiga bulan terakhir. Berdasarkan perhitungan Reuters, patokan harga batu bara Indonesia bulan September tujuh kali lebih tinggi dari bahan bakar dengan kualitas serupa yang dijual oleh perusahaan batu bara India ke perusahaan listrik.
"Di pelelangan spot di India melakukan pembunuhan. Mereka menjual dengan harga premium 50-100% lebih tinggi," kata seorang pejabat senior yang bertanggung jawab atas pengadaan batu bara di sebuah operator utilitas besar India.
Lonjakan Permintaan Energi Industri Pembangkit listrik India juga bergulat dengan lonjakan permintaan dari industri karena aktivitas ekonomi pulih dari gelombang terbaru pandemi Covid-19. Konsumsi listrik di pusat-pusat industri termasuk Maharashtra, Gujarat dan Tamil Nadu tumbuh antara 13,9% dan 21% dalam tiga bulan yang berakhir September.
Ketiga negara bagian tersebut menyumbang hampir sepertiga dari konsumsi listrik tahunan India, dengan konsumsi listrik terbesar dari industri dan perkantoran. Selama dua kuartal terakhir sektor perumahan dan pertanian menjadi pendorong utama konsumsi listrik setelah gelombang pertama virus corona.
Baca Juga: Sepak Terjang Adik Kim Jong-un yang Akan Jadi Wanita Paling Berbahaya di Dunia
Meskipun memiliki cadangan terbesar keempat, India adalah importir batu bara terbesar kedua di dunia. Utilitas mencapai sekitar tiga perempat dari keseluruhan konsumsinya, dengan Coal India menyumbang lebih dari 80% dari produksi. "Tahun ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dalam permintaan industri," kata Managing Director Regulator Listrik Gujarat Shahmeena Husain.
Meskipun belum ada pemadaman listrik skala besar di India, defisit telah meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Adapun Konsumsi domestik meningkat sekitar 10% dalam dua tahun terakhir karena berkegiatan dirumah yang didominasi oleh pendingin ruangan.
Namun kali ini industri sudah mulai menggeliat menyusul pembukaan aktivitas setelah mengalami gelombang kedua Covid-19. "Pasca pembukaan aktivitas pabrik kini industri kembali menjadi raja," ungkap seorang pejabat senior pemerintah Tamil Nadu.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (2/10/2021) kenaikan harga bahan bakar pembangkit dipicu peningkatan permintaan di sektor industri di tengah tengah pengetatan pasokan batu bara. India berebut dengan China sebagai konsumen batubara terbesar di dunia yang kini berupaya meningkatkan impor di tengah krisis listrik.
Perusahaan listrik di India pun berebut untuk mengamankan pasokan batu bara karena persediaan mencapai titik terendah. Bahkan, lebih dari separuh dari 135 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hanya memiliki stok tak lebih dari tiga hari.
Kenaikan harga minyak, gas, batu bara dan listrik memberi tekanan inflasi di seluruh dunia dan memperlambat pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19. Lembaga pemeringkat S&P CRISIL dalam laporannya menyatakan berebut pasokan impor batu bara diperkirakan akan terus berlanjut tidak hanya untuk pembangkit tapi juga sektor non-listrik.
Impor batu bara tidak terelakan karena satu-satunya pilihan untuk memenuhi permintaan bahan bakar pembangkit. Salah satu unit lembaga pemeringkat internasional ini memproyeksikan harga batu bara di Asia akan terus meningkat. Selain itu mereka juga memprediksi kelangkaan batu bara di India baru akan mulai membaik Maret tahun depan.
Harga batubara dari eksportir utama telah mencapai titik tertinggi dengan harga Newcastle Australia naik sekitar 50% mencapai USD207,70 per ton dan harga ekspor Indonesia naik 30% dalam tiga bulan terakhir. Berdasarkan perhitungan Reuters, patokan harga batu bara Indonesia bulan September tujuh kali lebih tinggi dari bahan bakar dengan kualitas serupa yang dijual oleh perusahaan batu bara India ke perusahaan listrik.
"Di pelelangan spot di India melakukan pembunuhan. Mereka menjual dengan harga premium 50-100% lebih tinggi," kata seorang pejabat senior yang bertanggung jawab atas pengadaan batu bara di sebuah operator utilitas besar India.
Lonjakan Permintaan Energi Industri Pembangkit listrik India juga bergulat dengan lonjakan permintaan dari industri karena aktivitas ekonomi pulih dari gelombang terbaru pandemi Covid-19. Konsumsi listrik di pusat-pusat industri termasuk Maharashtra, Gujarat dan Tamil Nadu tumbuh antara 13,9% dan 21% dalam tiga bulan yang berakhir September.
Ketiga negara bagian tersebut menyumbang hampir sepertiga dari konsumsi listrik tahunan India, dengan konsumsi listrik terbesar dari industri dan perkantoran. Selama dua kuartal terakhir sektor perumahan dan pertanian menjadi pendorong utama konsumsi listrik setelah gelombang pertama virus corona.
Baca Juga: Sepak Terjang Adik Kim Jong-un yang Akan Jadi Wanita Paling Berbahaya di Dunia
Meskipun memiliki cadangan terbesar keempat, India adalah importir batu bara terbesar kedua di dunia. Utilitas mencapai sekitar tiga perempat dari keseluruhan konsumsinya, dengan Coal India menyumbang lebih dari 80% dari produksi. "Tahun ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dalam permintaan industri," kata Managing Director Regulator Listrik Gujarat Shahmeena Husain.
Meskipun belum ada pemadaman listrik skala besar di India, defisit telah meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Adapun Konsumsi domestik meningkat sekitar 10% dalam dua tahun terakhir karena berkegiatan dirumah yang didominasi oleh pendingin ruangan.
Namun kali ini industri sudah mulai menggeliat menyusul pembukaan aktivitas setelah mengalami gelombang kedua Covid-19. "Pasca pembukaan aktivitas pabrik kini industri kembali menjadi raja," ungkap seorang pejabat senior pemerintah Tamil Nadu.
(nng)