Survei Membuktikan, Bunga KPR Masih Dianggap Tinggi

Selasa, 05 Oktober 2021 - 19:59 WIB
loading...
Survei Membuktikan, Bunga KPR Masih Dianggap Tinggi
Tingginya bunga KPR masih menjadi hambatan bagi industri properti. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Di tengah berbagai kemudahan yang telah diberikan oleh pemerintah melalui pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN), pelaku industri properti menemukan satu hambatan yang dianggap semakin menonjol saat ini, yaitu tingginya suku bunga kredit pemilikan rumah ( KPR ).

Masyarakat menganggap suku bunga KPR saat ini berada pada level yang tinggi. Anggapan itu terungkap dari survei yang dilakukan oleh Rumah.com bersama Intuit Research, Singapura. Survei ini melibatkan 1.031 responden dari seluruh Indonesia.



Survei itu menyebutkan masyarakat yang menganggap bunga KPR tinggi angkanya naik menjadi 60%, dari sebelumnya 59%. Sebanyak 88% responden kemudian berharap agar pemerintah mengambil langkah untuk membantu menurunkan suku bunga KPR.

"Masih tingginya tingkat suku bunga KPR juga mengakibatkan tingginya besaran angsuran yang harus dibayar tiap bulan sehingga menjadi hambatan yang dihadapi ketika mengambil KPR," kata Marine Novita, Country Manager Rumah.com, di Jakarta Selasa (5/10/2021).

Temuan utama selanjutnya adalah pencarian properti oleh konsumen semakin merata keluar Jakarta. Kebijakan perusahaan untuk menerapkan bekerja dari rumah (work from home/WFH) membuat masyarakat sadar bahwa jarak antara kantor dan rumah kini tak lagi menjadi beban.

Lebih dari separuh atau sekitar 55% responden mengaku terpikir untuk mencari hunian di luar wilayah Jabodetabek jika bisa terus menjalani sistem kerja WFH atau remote working. Angka itu naik dibanding semester sebelumnya yang tercatat 53%.

Wilayah-wilayah yang akan dipertimbangkan jika para pencari rumah bisa tinggal di luar Jabodetabek adalah Jawa Barat dinyatakan oleh 46% responden, Bali 22%, Yogyakarta 21, dan Jawa Tengah 16%.

Selain itu, pola pencarian properti yang tercatat di Rumah.com juga mulai menyebar keluar DKI Jakarta. Persentase pencarian properti di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Depok berkurang 3-5% dibanding kuartal sebelumnya. Sebaliknya, pencarian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bogor mengalami peningkatan 3-5% pada periode yang sama.

"Perubahan tren ini mungkin terkait dengan situasi pandemi Covid-19 dan WFH, selain karena pembangunan infrastruktur di wilayah penyokong Jakarta, serta penurunan dan stagnasi harga di kota atau kabupaten," jelas Marine.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1081 seconds (0.1#10.140)