Intip Penghasilan 5 Perempuan Paling Berpengaruh, Setahun Ada yang Dapat Rp187 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fortune telah mengeluarkan daftar 100 perempuan paling berpengaruh di dunia. Lewat daftar yang diberi judul Most Powerful Women International dijejer nama-nama perempuan yang dianggap berhasil memimpin perusahaannya.
Lima perempuan yang ada di urutan teratas dari daftar itu adalah Emma Walmsley (CEO Glaxo Smith Kline), Jessica Tan (CEO Ping An Group), Ana Botin (CEO Banco Santander), Shemara R Wikramanayake (CEO Macquarie Group Ltd), dan Catherine MacGregor (CEO Engie).
Sebagai perempuan-perempuan berprestasi, mereka tentu saja memiliki gaji dan kompensasi yang menarik sehingga bisa menambah pundi-pundi kekayaannya. Ana Botin misalnya.
Meski cuma berada di urutan ketiga dalam daftar Fortune tadi, kekayaan wanita kelahiran Spanyol tahun 1960 ini mencapai USD800 juta dolar atau sekitar Rp11,3 triliun. Botin sendiri tahun lalu menerima gaji dan bonus sebesar USD11,6 juta atau sekitar Rp164,7 miliar.
Begitu pula yang diterima Jessica Tan. Memang tak ada data gamblang yang menyebut jumlah gaji Jessica di perusahaan teknologi keuangan (fintech) asal China itu. Namun comparably.com mengungkap besaran estimasi bonus dan gaji para eksekutif Ping An.
Rata-rata kompensasi yang diterima para eksekutif Ping An adalah USD235.906 per tahun atau sekitar Rp3,3 miliar. Namun, petinggi Ping An bisa mendapat kompensasi paling besar senilai USD700 ribu atau Rp9,9 miliar per tahun.
Bagaiamana dengan Emma Walmsley, perempuan yang menduduki posisi numero uno dari daftar Most Powerful Women International. Emma tercatat sebagai seorang eksekutif di Glaxo dengan bayaran tertinggi.
Tidak ada eksekutif di GlaxoSmithKline Plc yang dibayar lebih dibanding Emma. Total kompensasi Emma di GlaxoSmithKline Plc mencapai 8.369.000 poundsterling atau Rp162,4 miliar per tahun.
Sementara, Shemara R Wikramanayake di tahun 2019 membetot perhatian publik Australia dengan menasbhikan diri sebagai perempuan pertama yang menduduki puncak daftar CEO dengan bayaran terbaik di Australia. Mengutip theceomagazine.com, gaji Shemara di Macquarie mencapai A$18 juta atau sekitar Rp187 miliar per tahun.
Berada di posisi kelima, Catherine MacGregor juga punya penghasilan yang menawan. Pada 2020 ketika Catherine masih berkiprah di TechnipFMC plc, perusahaan penyedia teknologi untuk industri energi, Execpay.org melaporkan total kompensasi yang diterima Catherine mencapai USD3 juta atau sekitar Rp42,6 miliar.
Lantas berapa penghasilan Catherine setelah bergabung dengan Engie di awal tahun ini? Comparably.com mencatat, rata-rata kompensasi eksekutif Engie adalah USD237 ribu per tahun. Namun di Engie, eksekutif dengan kompensasi paling banyak menghasilkan USD700.000 atau Rp9,94 miliar per tahun.
Apakah gaji Catherine menurun? Rasanya tak mungkin, bagaimana pun Engie lebih besar dibanding perusahaan tempat Catherine bekerja sebelumnya. Engie, perusahaan migas yang berbasis di Paris, Perancis, memiliki catatan penjualan sebesar USD63,6 miliar atau empat kali lebih besar dibanding pencapaian TechnipFMC plc.
Lihat Juga: 3 Penyebab Harga Beras Indonesia Termahal di ASEAN, tapi Penghasilan Petani Paling Kecil
Lima perempuan yang ada di urutan teratas dari daftar itu adalah Emma Walmsley (CEO Glaxo Smith Kline), Jessica Tan (CEO Ping An Group), Ana Botin (CEO Banco Santander), Shemara R Wikramanayake (CEO Macquarie Group Ltd), dan Catherine MacGregor (CEO Engie).
Sebagai perempuan-perempuan berprestasi, mereka tentu saja memiliki gaji dan kompensasi yang menarik sehingga bisa menambah pundi-pundi kekayaannya. Ana Botin misalnya.
Meski cuma berada di urutan ketiga dalam daftar Fortune tadi, kekayaan wanita kelahiran Spanyol tahun 1960 ini mencapai USD800 juta dolar atau sekitar Rp11,3 triliun. Botin sendiri tahun lalu menerima gaji dan bonus sebesar USD11,6 juta atau sekitar Rp164,7 miliar.
Begitu pula yang diterima Jessica Tan. Memang tak ada data gamblang yang menyebut jumlah gaji Jessica di perusahaan teknologi keuangan (fintech) asal China itu. Namun comparably.com mengungkap besaran estimasi bonus dan gaji para eksekutif Ping An.
Rata-rata kompensasi yang diterima para eksekutif Ping An adalah USD235.906 per tahun atau sekitar Rp3,3 miliar. Namun, petinggi Ping An bisa mendapat kompensasi paling besar senilai USD700 ribu atau Rp9,9 miliar per tahun.
Bagaiamana dengan Emma Walmsley, perempuan yang menduduki posisi numero uno dari daftar Most Powerful Women International. Emma tercatat sebagai seorang eksekutif di Glaxo dengan bayaran tertinggi.
Tidak ada eksekutif di GlaxoSmithKline Plc yang dibayar lebih dibanding Emma. Total kompensasi Emma di GlaxoSmithKline Plc mencapai 8.369.000 poundsterling atau Rp162,4 miliar per tahun.
Sementara, Shemara R Wikramanayake di tahun 2019 membetot perhatian publik Australia dengan menasbhikan diri sebagai perempuan pertama yang menduduki puncak daftar CEO dengan bayaran terbaik di Australia. Mengutip theceomagazine.com, gaji Shemara di Macquarie mencapai A$18 juta atau sekitar Rp187 miliar per tahun.
Berada di posisi kelima, Catherine MacGregor juga punya penghasilan yang menawan. Pada 2020 ketika Catherine masih berkiprah di TechnipFMC plc, perusahaan penyedia teknologi untuk industri energi, Execpay.org melaporkan total kompensasi yang diterima Catherine mencapai USD3 juta atau sekitar Rp42,6 miliar.
Lantas berapa penghasilan Catherine setelah bergabung dengan Engie di awal tahun ini? Comparably.com mencatat, rata-rata kompensasi eksekutif Engie adalah USD237 ribu per tahun. Namun di Engie, eksekutif dengan kompensasi paling banyak menghasilkan USD700.000 atau Rp9,94 miliar per tahun.
Apakah gaji Catherine menurun? Rasanya tak mungkin, bagaimana pun Engie lebih besar dibanding perusahaan tempat Catherine bekerja sebelumnya. Engie, perusahaan migas yang berbasis di Paris, Perancis, memiliki catatan penjualan sebesar USD63,6 miliar atau empat kali lebih besar dibanding pencapaian TechnipFMC plc.
Lihat Juga: 3 Penyebab Harga Beras Indonesia Termahal di ASEAN, tapi Penghasilan Petani Paling Kecil
(uka)