Dihantam Krisis Listrik, Ekspor China Tetap Melesat di Luar Dugaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekspor China meningkat diluar dugaan pada September 2021 kendati dihantam krisis listrik . Berdasarkan data Bea Cukai setempat, ekspor mengalami pertumbuhan 28,1% menjadi USD305,74 miliar di atas ekspektasi ekonom yang hanya 21,5%.
Ekspor meningkat akibat terjadinya permintaan menjelang libur panjang akhir tahun. Namun di sisi impor melambat hanya 17,6% di bawah perkiraan ekonomi 20,9%.
China mencatat surplus perdagangan sebesar USD66,8 miliar pada September 2021. Peningkatan ekspor membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah melemahnya permintaan dalam negeri.
"Angka perdagangan tersebut menunjukkan bahwa permintaan global terhadap barang China terus menguat kendati ekonomi domestik mengalami perlambatan," kata Kepala Ekonom Barclays Plc untuk wilayah China Jian Chang seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/10/2021).
Juru Bicara Bea Cukai China Li Kui Wen mengatakan perdagangan di Kuartal IV 2021 kemungkinan melambat karena dirundung berbagai permasalahn logistik akibat jalur lalu lintas ekspor mengalami ketidakseimbangan supply and demand. "Kami terus melihat situasi ini dengan cermat," kata Li.
Penurunan kinerja perdagangan juga disebakan krisis listrik. Imbas krisis listrik berkepanjangan mengganggu kinerja ekspor lantaran banyak pabrik di sejumlah provinsi terpaksa tutup tidak beroperasi.
Di sisi kinerja impor juga melemah karena sedang fokus impor batu bara dan gas untuk menghentikan krisis listrik. Belum lagi permintaan domestik melemah didorong inflasi akibat krisis energi.
"Penurunan impor mengkhawatirkan. China perlu segera mengatasi kekurangan energi listrik," kata Kepala Ekonom Wilayah China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd Raymond Yeung.
Ekonom Senior China di Capital Economics Ltd. Julian Evans-Pritchard mengatakan bahwa pertumbuhan eskpor China tidak bisa mengimbangi perlambatan ekonomi domestik. Ekonomi domestik diproyeksikan turun lebih jauh ke depan di tengah perlambatan konstruksi properti dan penurunan harga komoditas.
Ekspor meningkat akibat terjadinya permintaan menjelang libur panjang akhir tahun. Namun di sisi impor melambat hanya 17,6% di bawah perkiraan ekonomi 20,9%.
China mencatat surplus perdagangan sebesar USD66,8 miliar pada September 2021. Peningkatan ekspor membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah melemahnya permintaan dalam negeri.
"Angka perdagangan tersebut menunjukkan bahwa permintaan global terhadap barang China terus menguat kendati ekonomi domestik mengalami perlambatan," kata Kepala Ekonom Barclays Plc untuk wilayah China Jian Chang seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/10/2021).
Juru Bicara Bea Cukai China Li Kui Wen mengatakan perdagangan di Kuartal IV 2021 kemungkinan melambat karena dirundung berbagai permasalahn logistik akibat jalur lalu lintas ekspor mengalami ketidakseimbangan supply and demand. "Kami terus melihat situasi ini dengan cermat," kata Li.
Penurunan kinerja perdagangan juga disebakan krisis listrik. Imbas krisis listrik berkepanjangan mengganggu kinerja ekspor lantaran banyak pabrik di sejumlah provinsi terpaksa tutup tidak beroperasi.
Di sisi kinerja impor juga melemah karena sedang fokus impor batu bara dan gas untuk menghentikan krisis listrik. Belum lagi permintaan domestik melemah didorong inflasi akibat krisis energi.
"Penurunan impor mengkhawatirkan. China perlu segera mengatasi kekurangan energi listrik," kata Kepala Ekonom Wilayah China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd Raymond Yeung.
Ekonom Senior China di Capital Economics Ltd. Julian Evans-Pritchard mengatakan bahwa pertumbuhan eskpor China tidak bisa mengimbangi perlambatan ekonomi domestik. Ekonomi domestik diproyeksikan turun lebih jauh ke depan di tengah perlambatan konstruksi properti dan penurunan harga komoditas.
(nng)