Membuka Jalan Produk UMKM ke Pasar Eropa lewat Ngborol Bareng Kang Dubes
loading...
A
A
A
Diharapkan dengan kerjasama tersebut dapat membantu para pelaku UMKM untuk mendistribusikan barangnya secara nasional. Melalui kerja sama-kerja sama tersebut, Kang Azoo menilai hal ini merupakan perkembangan yang cukup besar dan patut dibanggakan mengingat usia PBA yang baru menginjak satu tahun.
Hal tersebut dinyatakannya sebagai sebuah dorongan untuk meningkatkan komitmen dalam meningkatkan UMKM. “Semoga hal ini tetap bisa dipertahankan, membangun komitmen,” ucapnya, menutup sambutan yang ia berikan.
Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa, Andri Hadi menilai bahwa PBA telah menerapkan posisi yang sangat baik dalam konteks untuk mengembangkan dan memberdayakan para pelaku UMKM.
“Salut, Kang, untuk inisiatif ini dan segmen-segmen yang betul-betul menjadi salah satu alternatif pilihan untuk bisa mengembangkan perekonomian,” tegas Kang Andri.
Kang Andri, sapaan akrab Andri Hadi juga menambahkan, bahwa produk UMKM Indonesia memang memiliki potensi yang besar sekali khususnya apabila masuk ke pasar Eropa. Saat ini, produk ekspor UMKM Indonesia ke Belgia dan Belanda USD 131 juta ke Belgia, USD 150 juta ke Belanda dan beberapa ke Luxembourg Uni Eropa memilik pasar yang sangat besar, terdiri dari 27 negara dengan pasaran kurang lebih 510 juta orang.
Peluang yang sangat besar itu, nyatanya masih memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM Indonesia. Salah satu tantangannya adalah, market di negara Belgia dan Eropa dinilai sangat mendukung pola hidup ramah lingkungan, sehingga green produce dan green energy sangat diminati.
Oleh karenanya mereka sering menolak produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Seperti misalnya, produk ekspor yang menggunakan bahan dasar palm oil sering diindikasikan sebagai produk yang tidak ramah lingkungan.
"Hal ini menjadi stigma, seolah-olah produk dari Indonesia yang menggunakan palm oil tidak ramah lingkungan,” paparnya.
Terlepas dari semua itu, Kang Andri juga menekankan, terhadap para pelaku UKM yang ingin melakukan ekspor ke Eropa agar memperhatikan sustainability produknya. Hal ini sangat berpengaruh karena hal tersebut merupakan standar yang ditetapkan agar produk tersebut dapat dipasarkan.
Dewi Tenty menyampaikan, apa yang dilakukan oleh PBA sudah mengarah kepada produk ramah lingkungan dengan prinsip zero waste, seperti produk Lupba, suatu merek kolektif yang diusung oleh anggota UMKM PBA.
Hal tersebut dinyatakannya sebagai sebuah dorongan untuk meningkatkan komitmen dalam meningkatkan UMKM. “Semoga hal ini tetap bisa dipertahankan, membangun komitmen,” ucapnya, menutup sambutan yang ia berikan.
Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa, Andri Hadi menilai bahwa PBA telah menerapkan posisi yang sangat baik dalam konteks untuk mengembangkan dan memberdayakan para pelaku UMKM.
“Salut, Kang, untuk inisiatif ini dan segmen-segmen yang betul-betul menjadi salah satu alternatif pilihan untuk bisa mengembangkan perekonomian,” tegas Kang Andri.
Kang Andri, sapaan akrab Andri Hadi juga menambahkan, bahwa produk UMKM Indonesia memang memiliki potensi yang besar sekali khususnya apabila masuk ke pasar Eropa. Saat ini, produk ekspor UMKM Indonesia ke Belgia dan Belanda USD 131 juta ke Belgia, USD 150 juta ke Belanda dan beberapa ke Luxembourg Uni Eropa memilik pasar yang sangat besar, terdiri dari 27 negara dengan pasaran kurang lebih 510 juta orang.
Peluang yang sangat besar itu, nyatanya masih memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM Indonesia. Salah satu tantangannya adalah, market di negara Belgia dan Eropa dinilai sangat mendukung pola hidup ramah lingkungan, sehingga green produce dan green energy sangat diminati.
Oleh karenanya mereka sering menolak produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Seperti misalnya, produk ekspor yang menggunakan bahan dasar palm oil sering diindikasikan sebagai produk yang tidak ramah lingkungan.
"Hal ini menjadi stigma, seolah-olah produk dari Indonesia yang menggunakan palm oil tidak ramah lingkungan,” paparnya.
Terlepas dari semua itu, Kang Andri juga menekankan, terhadap para pelaku UKM yang ingin melakukan ekspor ke Eropa agar memperhatikan sustainability produknya. Hal ini sangat berpengaruh karena hal tersebut merupakan standar yang ditetapkan agar produk tersebut dapat dipasarkan.
Dewi Tenty menyampaikan, apa yang dilakukan oleh PBA sudah mengarah kepada produk ramah lingkungan dengan prinsip zero waste, seperti produk Lupba, suatu merek kolektif yang diusung oleh anggota UMKM PBA.