Tragisnya Elizabeth Holmes: Mantan Perempuan Termuda Terkaya di Dunia, Kini Jadi Pesakitan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Persidangan kasus Elizabeth Holmes, pendiri Theranos (sebuah perusahaan perawatan kesehatan ), yang diduga melakukan penipuan kepada sejumlah investor memasuki babak baru. Betsy Devos, mantan Menteri Pendidikan AS , menyatakan bahwa dirinya diberi informasi palsu sebelum menginvestasikan dana sebesar USD100 juta atau sekitar Rp1,42 triliun (kurs Rp14.200).
Theranos sendiri sudah dibubarkan pada 2018 gara-gara dugaan kasus pengujian darah yang "sakti". Maksudnya, hanya dengan menguji beberapa tetes dari darah yang diambil dari tusukan jari, segala jenis penyakit bisa diketahui.
Seperti dilansir BBC, Kamis (28/10/2021), kesaksian Devos tadi disampaikan dalam persidangan Holmes atas dakwaan berbohong kepada investor dan pasien tentang teknologi pengujian darah yang dimiliki Theranos.
Devos adalah salah satu dari beberapa orang terkenal yang diduga ditipu oleh perusahaan Holmes. Selain Devos, Henry Kissinger sampai Rupert Murdoch juga disebut-sebut ikut berinvestasi di Thernos.
Seperti diketahui, Betsy Devos berasal dari salah satu keluarga terkaya di Amerika. Ayahnya merupakan pendiri Prince Corp, penyuplai suku cadang mobil di Michigan. Saudaranya, Erik Prince, merupakan pendiri perusahaan keamanan Academi. Suami Devos merupakan ahli waris dan mantan CEO Amway, yang menjual perlengkapan rumah tangga dan barang-barang pribadi.
Sementara itu, Lisa Peterson, perwakilan dari kantor investasi keluarga DeVos, mengatakan kepada pengadilan San Jose (Selasa 26/10/2021) bahwa dia telah diminta untuk mengeksplorasi investasi potensial di Theranos pada tahun 2014.
Dia mengatakan bahwa perusahaan itu telah memberinya informasi terperinci, termasuk teknolgi tes darahnya yang digunakan oleh militer AS dan perusahaan farmasi besar.
Theranos juga diduga mengatakan bahwa perangkatnya dapat melakukan 300 tes darah sebelum harus diganti. Thernos disebut melakukan semua pengujian itu pada mesin labnya sendiri, bukan peralatan pihak ketiga.
Lisa Peterson juga mengatakan kepada pengadilan bahwa keluarga Devos awalnya hanya bermaksud untuk menginvestasikan USD50 juta di Theranos. Tetapi mereka kemudian menggandakan investasinya setelah bertemu dengan Holmes, yang meyakinkan mereka bahwa teknologi itu adalah "game changer for healthcare".
Theranos sendiri sudah dibubarkan pada 2018 gara-gara dugaan kasus pengujian darah yang "sakti". Maksudnya, hanya dengan menguji beberapa tetes dari darah yang diambil dari tusukan jari, segala jenis penyakit bisa diketahui.
Seperti dilansir BBC, Kamis (28/10/2021), kesaksian Devos tadi disampaikan dalam persidangan Holmes atas dakwaan berbohong kepada investor dan pasien tentang teknologi pengujian darah yang dimiliki Theranos.
Devos adalah salah satu dari beberapa orang terkenal yang diduga ditipu oleh perusahaan Holmes. Selain Devos, Henry Kissinger sampai Rupert Murdoch juga disebut-sebut ikut berinvestasi di Thernos.
Seperti diketahui, Betsy Devos berasal dari salah satu keluarga terkaya di Amerika. Ayahnya merupakan pendiri Prince Corp, penyuplai suku cadang mobil di Michigan. Saudaranya, Erik Prince, merupakan pendiri perusahaan keamanan Academi. Suami Devos merupakan ahli waris dan mantan CEO Amway, yang menjual perlengkapan rumah tangga dan barang-barang pribadi.
Sementara itu, Lisa Peterson, perwakilan dari kantor investasi keluarga DeVos, mengatakan kepada pengadilan San Jose (Selasa 26/10/2021) bahwa dia telah diminta untuk mengeksplorasi investasi potensial di Theranos pada tahun 2014.
Dia mengatakan bahwa perusahaan itu telah memberinya informasi terperinci, termasuk teknolgi tes darahnya yang digunakan oleh militer AS dan perusahaan farmasi besar.
Theranos juga diduga mengatakan bahwa perangkatnya dapat melakukan 300 tes darah sebelum harus diganti. Thernos disebut melakukan semua pengujian itu pada mesin labnya sendiri, bukan peralatan pihak ketiga.
Lisa Peterson juga mengatakan kepada pengadilan bahwa keluarga Devos awalnya hanya bermaksud untuk menginvestasikan USD50 juta di Theranos. Tetapi mereka kemudian menggandakan investasinya setelah bertemu dengan Holmes, yang meyakinkan mereka bahwa teknologi itu adalah "game changer for healthcare".