Ternyata, Singkong Jadi Camilan Premium di Eropa dan Amerika
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perubahan tatanan kehidupan global yang ditandai dengan semakin berkembangnya kreativitas dan inovasi, menumbuhkan persaingan yang semakin ketat.
Untuk itu pemerintah terus berupaya mendorong penguatan industri kecil dan menengah ( IKM ), terutama makanan dan minuman ( mamin ) agar mampu meningkatkan produk berdaya saing.
Langkah nyata yang dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yakni menginisiasi suatu program akselerasi bisnis melalui program Indonesia Food Innovation (IFI).
Pada acara Awarding IFI hari ini, Kamis (28/10/2021), telah hadir sebanyak 40 IKM mamin inovatif yang siap maju untuk dapat naik kelas menjadi industri berdaya saing tinggi. Dari 40 IKM, terdapat salah satu IKM yang menarik perhatian. Pasalnya, IKM ini mampu mengembangkan produk olahan bahan baku lokal menjadi produk yang berkualitas baik.
Produk tersebut adalah singkong. Salah satu umbi-umbian khas Indonesia ini mampu tembus pasar global karena diolah dalam bentuk singkong beku yang dapat dijadikan camilan premium di banyak negara Eropa dan Amerika.
"Pada kesempatan ini, saya sangat berbahagia karena peserta program IFI telah berhasil untuk untuk mengembangkan produk olahan berbahan baku singkong," ujar Plt. Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita secara virtual.
Seperti ketahui bahwa pasar global menginginkan produk singkong berkualitas baik. Seperti singkong berwarna putih, rasa enak, tidak pahit, sianida rendah serta fresh pada saat diterima.
Namun, ada pula hambatan komoditi singkong, yaitu umur simpan yang rendah. Tetapi hal tersebut bukan menjadi persoalan lagi. Sebab, kata Reni, peserta IFI 2021 sudah berinovasi dengan implementasi teknologi guna mengoptimalkan kesegaran singkong dan memperpanjang umur simpannya. Dengan itu, singkong hasil dalam negeri dapat memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor.
"Ekspor singkong beku dari Indonesia cukup menggembirakan. Dapat dilihat pada tahun 2020 untuk produk singkong beku, Indonesia telah mengekspor 16.529 ton dengan nilai USD9,7 juta yang mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai USD4,1 juta atau meningkat sebesar 135% (yoy)," bebernya.
Lebih lanjut Reni mengungkapkan, terdapat produk lain yang dikembangkan IKM Tanah Air dari olahan singkong dan mampu tembus pasar internasional. Produk tersebut di antaranya keripik singkong, pati ubi kayu, dan mocaf.
Tepung mocaf sendiri, kata Reni, direkomendasikan sebagai alternatif tepung terigu. Berdasarkan karakteristiknya, tepung mocaf juga sesuai bagi konsumen yang mencari makanan bebas gluten.
Dengan demikian, ia berharap IKM Indonesia dapat terus berinovasi, kreatif, serta mampu menangkap peluang agar dapat menguasai pasar global.
"Kami sangat mendukung berbagai inovasi produk pangan oleh IKM yang dapat mengoptimalkan pemberdayaan bahan baku lokal dan memiliki kebaruan manfaat untuk menghadapi tantangan pasar global," tukasnya.
Untuk itu pemerintah terus berupaya mendorong penguatan industri kecil dan menengah ( IKM ), terutama makanan dan minuman ( mamin ) agar mampu meningkatkan produk berdaya saing.
Langkah nyata yang dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yakni menginisiasi suatu program akselerasi bisnis melalui program Indonesia Food Innovation (IFI).
Pada acara Awarding IFI hari ini, Kamis (28/10/2021), telah hadir sebanyak 40 IKM mamin inovatif yang siap maju untuk dapat naik kelas menjadi industri berdaya saing tinggi. Dari 40 IKM, terdapat salah satu IKM yang menarik perhatian. Pasalnya, IKM ini mampu mengembangkan produk olahan bahan baku lokal menjadi produk yang berkualitas baik.
Produk tersebut adalah singkong. Salah satu umbi-umbian khas Indonesia ini mampu tembus pasar global karena diolah dalam bentuk singkong beku yang dapat dijadikan camilan premium di banyak negara Eropa dan Amerika.
"Pada kesempatan ini, saya sangat berbahagia karena peserta program IFI telah berhasil untuk untuk mengembangkan produk olahan berbahan baku singkong," ujar Plt. Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita secara virtual.
Seperti ketahui bahwa pasar global menginginkan produk singkong berkualitas baik. Seperti singkong berwarna putih, rasa enak, tidak pahit, sianida rendah serta fresh pada saat diterima.
Namun, ada pula hambatan komoditi singkong, yaitu umur simpan yang rendah. Tetapi hal tersebut bukan menjadi persoalan lagi. Sebab, kata Reni, peserta IFI 2021 sudah berinovasi dengan implementasi teknologi guna mengoptimalkan kesegaran singkong dan memperpanjang umur simpannya. Dengan itu, singkong hasil dalam negeri dapat memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor.
"Ekspor singkong beku dari Indonesia cukup menggembirakan. Dapat dilihat pada tahun 2020 untuk produk singkong beku, Indonesia telah mengekspor 16.529 ton dengan nilai USD9,7 juta yang mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai USD4,1 juta atau meningkat sebesar 135% (yoy)," bebernya.
Lebih lanjut Reni mengungkapkan, terdapat produk lain yang dikembangkan IKM Tanah Air dari olahan singkong dan mampu tembus pasar internasional. Produk tersebut di antaranya keripik singkong, pati ubi kayu, dan mocaf.
Tepung mocaf sendiri, kata Reni, direkomendasikan sebagai alternatif tepung terigu. Berdasarkan karakteristiknya, tepung mocaf juga sesuai bagi konsumen yang mencari makanan bebas gluten.
Dengan demikian, ia berharap IKM Indonesia dapat terus berinovasi, kreatif, serta mampu menangkap peluang agar dapat menguasai pasar global.
"Kami sangat mendukung berbagai inovasi produk pangan oleh IKM yang dapat mengoptimalkan pemberdayaan bahan baku lokal dan memiliki kebaruan manfaat untuk menghadapi tantangan pasar global," tukasnya.
(uka)