Gapki Pastikan Tak Ada PHK di Industri Sawit Selama Pandemi

Jum'at, 29 Oktober 2021 - 19:39 WIB
loading...
Gapki Pastikan Tak Ada...
Gapki mencatat bahwa tidak ada kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada industri sawit selama pandemi Covid-19. Foto/Dok SINDOnews/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat bahwa tidak ada kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada industri sawit selama pandemi Covid-19. Bahkan, operasional industri sawit berjalan normal di tengah pandemi Covid-19, baik dari sisi perkebunan, petani, maupun pabrik.

"Ada sekitar 16 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang ada di sektor kelapa sawit termasuk petani. Sepanjang pandemi Covid-19 tidak ada PHK dan industri sawit bisa tetap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan penyumbang devisa ekspor terbesar," ujar Ketua Bidang Komunikasi Gapki Tofan Mahdi dalam Kongres ke VI IJTI, Jumat (29/10/2021).



Dia mengungkapkan, permintaan terhadap komoditas minyak sawit juga sangat tinggi selama pandemi sehingga harga minyak sawit terus naik dan bertahan dalam level yang sangat tinggi dalam waktu yang cukup lama.

"Gapki memperkirakan kontribusi dari devisa ekspor minyak sawit bisa mencapai USD30 miliar. Memang ini karena harganya sangat tinggi, produksinya juga berjalan normal," ungkapnya.

Terkait pernyataan presiden Joko Widodo yang menginginkan Indonesia menghentikan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) agar diolah menjadi produk turunan, Gapki mencatat bahwa sekitar 61% dari total ekspor sawit sudah dalam bentuk olahan.



Pada tahun 2020, dari total ekspor sawit Indonesia sebesar 34 juta ton, hanya sekitar 7,71 juta ton yang diekspor dalam bentuk CPO. "Saat ini pun sudah mengekspor produk sawit dalam bentuk olahan. Tetapi memang masih setengah jadi, belum jadi produk akhir yang itu ada mereknya. Ini adalah tantangan buat kita bersama," kata Tofan.

Menurut dia, jika ingin mengekspor produk sawit dalam bentuk hilir seperti sabun, sampo, maka perlu persiapan yang lebih matang mengingat produk-produk tersebut harus bersaing dengan pemain global yang sudah bertahan puluhan tahun.

"Jika Indonesia ingin mengembangkan minyak sawit ini menjadi satu produk jadi seperti produk sabun, sampo yang ada mereknya, tentu ini kita perlu waktu yang lebih panjang karena kita akan bermain dalam lapangan yang berbeda. Kita harus bersaing dengan manufaktur global yang sudah sangat menguasai customer product," tuturnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1407 seconds (0.1#10.140)