Seberapa Seram La Nina Jelang Akhir Tahun, Begini Antisipasi Sektor Transportasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyiapkan antisipasi menghadapi fenomena La Nina yang diprediksi BMKG terjadi akhir tahun hingga awal 2022 akibat curah hujan tinggi.
"Kami telah menyusun rencana antispasi menghadapi fenomena La Nina dan curah hujan yang tinggi serta penanganan bencana baik di moda transportasi darat, laut, udara, dan kereta api," ujar Budi melalui keterangan resmi, Sabtu (30/10/2021).
Dia mengatakan rencana aksi yang disiapkan di masing-masing moda transportasi , antara lain menyiapkan sarana dan prasarana transportasi untuk pelaksanaan evakuasi jika terjadi kecelakaan dan dukungan sarana untuk distribusi obat-obatan dan mobilitas tenaga medis menuju lokasi bencana. Rencana aksi tersebut telah disiapkan mulai dari jangka pendek, yakni kesiapan Standard Operation Procedure (SOP) di masing-masing moda, serta pelatihan dan simulasi kontijensi bencana. Secara jangka panjang, yaitu pengkajian pembentukan satker khusus penanggulangan bencana.
Adapun kajian dilakukan dari berbagai aspek, yaitu mulai dari aspek legal, kelembagaan, pendanaan, mekanisme pelaksanaan, serta kajian terkait kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim pada infrastruktur transportasi. "Menghadapi perubahan iklim, perlu upaya bersama untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim. Sehingga, konsekuensi dan potensi kerusakan yang timbul akibat perubahan iklim bisa diatasi," kata dia.
Pihaknya terus bersinergi dengan BMKG dan pemangku kepentingan lainnya yakni Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), KemenPUPR, Pemerintah Daerah dan unsur terkait lainnya, dalam menghadapi dan melakukan penanganan bencana.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan Desember 2021–Februari 2022 mendatang patut diwaspadai lantaran diprediksi curah hujan akan meningkat lebih dari 70 persen. Sementara, Januari 2022 diperdikasi curah hujan akan meningkat di sebagian besar wilayah Indonesia. "Peningkatan curah hujan bulanan yang semakin tinggi, dapat mencapai lebih dari 70 persen bahkan ada yang lebih dari 100 persen. Jadi ini perlu kewaspadaan kita semua di sekitar Januari dan Februari," ungkapnya.
"Kami telah menyusun rencana antispasi menghadapi fenomena La Nina dan curah hujan yang tinggi serta penanganan bencana baik di moda transportasi darat, laut, udara, dan kereta api," ujar Budi melalui keterangan resmi, Sabtu (30/10/2021).
Dia mengatakan rencana aksi yang disiapkan di masing-masing moda transportasi , antara lain menyiapkan sarana dan prasarana transportasi untuk pelaksanaan evakuasi jika terjadi kecelakaan dan dukungan sarana untuk distribusi obat-obatan dan mobilitas tenaga medis menuju lokasi bencana. Rencana aksi tersebut telah disiapkan mulai dari jangka pendek, yakni kesiapan Standard Operation Procedure (SOP) di masing-masing moda, serta pelatihan dan simulasi kontijensi bencana. Secara jangka panjang, yaitu pengkajian pembentukan satker khusus penanggulangan bencana.
Adapun kajian dilakukan dari berbagai aspek, yaitu mulai dari aspek legal, kelembagaan, pendanaan, mekanisme pelaksanaan, serta kajian terkait kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim pada infrastruktur transportasi. "Menghadapi perubahan iklim, perlu upaya bersama untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim. Sehingga, konsekuensi dan potensi kerusakan yang timbul akibat perubahan iklim bisa diatasi," kata dia.
Pihaknya terus bersinergi dengan BMKG dan pemangku kepentingan lainnya yakni Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), KemenPUPR, Pemerintah Daerah dan unsur terkait lainnya, dalam menghadapi dan melakukan penanganan bencana.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan Desember 2021–Februari 2022 mendatang patut diwaspadai lantaran diprediksi curah hujan akan meningkat lebih dari 70 persen. Sementara, Januari 2022 diperdikasi curah hujan akan meningkat di sebagian besar wilayah Indonesia. "Peningkatan curah hujan bulanan yang semakin tinggi, dapat mencapai lebih dari 70 persen bahkan ada yang lebih dari 100 persen. Jadi ini perlu kewaspadaan kita semua di sekitar Januari dan Februari," ungkapnya.
(nng)