Marwan Jafar: New Normal Harus Jadi Momentum Pacu Industrialisasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah segera memberlakukan kebijakan pola kehidupan baru ( new normal ). Namun untuk membangkitkan kembali dunia industri di era new normal tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
"Meski di sirkuit yang berkelok-kelok, naik-turun, tikungan tajam, licin dan cuaca yang belum bersahabat, industrialisasi harus berjalan dalam rangka menapaki tatanan era baru di arena persaingan global," kata Legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jafar kepada SINDOnews, Kamis (4/6/2020).
Untuk itu, mantan menteri Desa, PDTT ini mengusulkan langkah-langkah strategis menggenjot industrialisasi bidang-bidang. Pertama, perlunya memacu kebijakan akselerasi industri ruralisasi berskala menengah dan besar, baik di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan serta sektor agrobisnis lainnya. (Baca juga: Ada Empat Industri Tetap Tumbuh Saat Pandemi Covid-19, Apa Itu? )
"Dan, sudah berkali-kali, sektor ruralisasi ini saya sampaikan atau usulkan, baik melalui forum virtual maupun media massa. Program ruralisasi itu punya nilai strategis dan berkelanjutan untuk saat ini dan dimasa yang akan datang. Termasuk tahan banting terhadap bencana, terutama bencana nonalam, seperti pandemi Covid-19 yang sekarang mewabah secara global," tuturnya.
Oleh karena itu, kata Marwan, sudah selayaknya dan seharusnya program ruralisasi, terutama yang berskala menengah dan besar menjadi program andalan dan unggulan pemerintah, mengingat potensi sumber daya kita luar biasa besar. Termasuk untuk menekan impor, dan mendorong ekspor secara maksimal. "Sebab itulah evalusi dan merubah RPJMN kita dengan memasukkan program ruralisasi, sangatlah penting dan strategis," katanya. (Baca juga: Ekonomi Terkikis Corona, Defisit APBN Kian Lebar ke Level 6,34% )
Ia mencontohkan, kinerja industri sawit di Kalimantan yang tetap tahan banting, tak terganggu pandemi Covid-19 dengan harga pembelian TBS di tingkat petani juga masih di kisaran angka Rp1.200-Rp1.300 per kg. "Industri sawit masih dibutuhkan dunia. Eropa masih menggunakan bahan baku minyak sawit untuk membuat sanitizer," urainya.
Pengembangan sektor perikanan perlu terus didorong ke orientasi industri yang dapat meningkatkan kebutuhan ekspor. Laporan media, kata Marwan, total ekspor produk perikanan Indonesia pada lima tahun terakhir tercatat mencapai USD3,60 miliar, dimana Amerika Serikat merupakan tujuan ekspor terbesar produk perikanan Indonesia mencapai USD1,44 miliar. (Lihat grafis: BREAKING : PSBB DKI Jakarta Diperpanjang Dengan Fase Transisi )
Demikian pula sektor agribisnis nasional, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan agribisnis pada kuartal II 2018 mencapai 4,76% melonjak dari 3,23% pada kuartal yang sama di 2017.
"Industri ruralisasi di sektor-sektor andalan tersebut tidak bisa ditawar lagi. Ini menjadi payung sirkuit yang diharapkan tahan banting, siap memacu kendaraan menyusuri arena balap yang berkelok-kelok mencapai titik finis. Ke depan, kita harapkan dapat ekapor, bukan hanya berupa bahan baku, namun berupa hasil produksi,” tegasnya. (Lihat video: Penumpukan Penumpang Saat Jam Pulang Kerja di Stasiun Gondangdia )
Selanjutnya, perlu pengembangan industri ritel karena sepanjang catatan sebelum pandemi Covid-19, sektor ini mengalami tren yang positif. Data Kementerian Perdagangan periode 2018-2019 menunjukkan, pertumbuhan industri ritel modern, khususnya konsumsi barang kebutuhan sehari–hari atau fast moving consumer goods (FCMG) terlihat menggembirakan, yakni sebesar 6,6%. Format minimarket tumbuh 12,1%, format supermarket dan hypermarket -6,8%.
"Meski di sirkuit yang berkelok-kelok, naik-turun, tikungan tajam, licin dan cuaca yang belum bersahabat, industrialisasi harus berjalan dalam rangka menapaki tatanan era baru di arena persaingan global," kata Legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jafar kepada SINDOnews, Kamis (4/6/2020).
Untuk itu, mantan menteri Desa, PDTT ini mengusulkan langkah-langkah strategis menggenjot industrialisasi bidang-bidang. Pertama, perlunya memacu kebijakan akselerasi industri ruralisasi berskala menengah dan besar, baik di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan serta sektor agrobisnis lainnya. (Baca juga: Ada Empat Industri Tetap Tumbuh Saat Pandemi Covid-19, Apa Itu? )
"Dan, sudah berkali-kali, sektor ruralisasi ini saya sampaikan atau usulkan, baik melalui forum virtual maupun media massa. Program ruralisasi itu punya nilai strategis dan berkelanjutan untuk saat ini dan dimasa yang akan datang. Termasuk tahan banting terhadap bencana, terutama bencana nonalam, seperti pandemi Covid-19 yang sekarang mewabah secara global," tuturnya.
Oleh karena itu, kata Marwan, sudah selayaknya dan seharusnya program ruralisasi, terutama yang berskala menengah dan besar menjadi program andalan dan unggulan pemerintah, mengingat potensi sumber daya kita luar biasa besar. Termasuk untuk menekan impor, dan mendorong ekspor secara maksimal. "Sebab itulah evalusi dan merubah RPJMN kita dengan memasukkan program ruralisasi, sangatlah penting dan strategis," katanya. (Baca juga: Ekonomi Terkikis Corona, Defisit APBN Kian Lebar ke Level 6,34% )
Ia mencontohkan, kinerja industri sawit di Kalimantan yang tetap tahan banting, tak terganggu pandemi Covid-19 dengan harga pembelian TBS di tingkat petani juga masih di kisaran angka Rp1.200-Rp1.300 per kg. "Industri sawit masih dibutuhkan dunia. Eropa masih menggunakan bahan baku minyak sawit untuk membuat sanitizer," urainya.
Pengembangan sektor perikanan perlu terus didorong ke orientasi industri yang dapat meningkatkan kebutuhan ekspor. Laporan media, kata Marwan, total ekspor produk perikanan Indonesia pada lima tahun terakhir tercatat mencapai USD3,60 miliar, dimana Amerika Serikat merupakan tujuan ekspor terbesar produk perikanan Indonesia mencapai USD1,44 miliar. (Lihat grafis: BREAKING : PSBB DKI Jakarta Diperpanjang Dengan Fase Transisi )
Demikian pula sektor agribisnis nasional, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan agribisnis pada kuartal II 2018 mencapai 4,76% melonjak dari 3,23% pada kuartal yang sama di 2017.
"Industri ruralisasi di sektor-sektor andalan tersebut tidak bisa ditawar lagi. Ini menjadi payung sirkuit yang diharapkan tahan banting, siap memacu kendaraan menyusuri arena balap yang berkelok-kelok mencapai titik finis. Ke depan, kita harapkan dapat ekapor, bukan hanya berupa bahan baku, namun berupa hasil produksi,” tegasnya. (Lihat video: Penumpukan Penumpang Saat Jam Pulang Kerja di Stasiun Gondangdia )
Selanjutnya, perlu pengembangan industri ritel karena sepanjang catatan sebelum pandemi Covid-19, sektor ini mengalami tren yang positif. Data Kementerian Perdagangan periode 2018-2019 menunjukkan, pertumbuhan industri ritel modern, khususnya konsumsi barang kebutuhan sehari–hari atau fast moving consumer goods (FCMG) terlihat menggembirakan, yakni sebesar 6,6%. Format minimarket tumbuh 12,1%, format supermarket dan hypermarket -6,8%.