Marwan Jafar: New Normal Harus Jadi Momentum Pacu Industrialisasi

Kamis, 04 Juni 2020 - 17:56 WIB
loading...
A A A
Ketiga, memacu sektor industri kreatif. Sektor ini memerlukan pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu. Karenanya, harus kita dorong dua hal sekaligus, yakni untuk menciptakan kesejahteraan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu pelaku.

Sektor lain juga perlu mendapat perhatian serius. Misalnya pembuatan perencanaan kota, urban design, landscape architecture, dan detail arsitektur taman, desain interior, sektor periklanan yang berbasis teknologi seperti sektor industri permainan, industri musik, layanan komputer dan perangkat lunak, dan lainnya. "Semuanya berbasis high technology digital yang sangat potensial untuk dikembangkan di new normal dan pasca-pandemi kelak," tegasnya.

Keempat, perlu pengembangan industri manufaktur dan melanjutkan peringkat terbaik basis industri manufaktur terbesar se-ASEAN. Data yang terekspos media menunjukkan, kontribusi industri manufaktur kita mencapai 20,27% pada perekonomian skala nasional. "Kita apresiasi dan dorong meningkatkan kontribusinya di tengah era new normal dan pasca Covid-19 nanti,” tegas anggota Komisi VI DPR FPKB ini.

Bagi Marwan, pemerintah juga perlu terus melakukan transformasi dan pengembangan perekonomian industri non migas. Tujuannya menggeser peran commodity based menuju manufacture based yang berefek berantai pada ekonomi nasional.

"Negara harus terus meningkatkan daya beli masyarakat agar proses produksi juga meningkat sesuai dengan permintaan," kata koordinator The Independent Cummunity for Peace and Hummanity itu.

Kelima, perlu penyiapan Indonesia sebagai negara tujuan relokasi industri. Peluang emas ini harus dimanfaatkan oleh negara kita dengan berbagai pertimbangan, antara lain Indonesia merupakan pasar yang potensial dan besar bagi dunia.

"Investor luar negeri juga menganggap Indonesia sebagai negara dengan potensi pertumbuhan pasar yang besar. Para investor dari berbagai negara, baik Asia seperti Jepang, China. Juga Asia Tenggara, seperti Thailand, Singapura, Benua Amerika dan Eropa serta Timur Tengah tentu harus diyakinkan, Indonesia merupakan pasar yang begitu besar," tegasnya.

Tentunya untuk menjadi negara tujuan, Indonesia sendiri harus berani bersaing dengan negara-negara lain seperti India, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Selain itu, Indonesia juga memiliki nilai kompetitif sebagai negara tujuan. Yakni harga lahan yang relatif murah dan menjaga fluktuasi upah tenaga kerja yang seharusnya lebih murah dari negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

"Kenaikan upah harusnya dijaga rasionalitasnya sehingga tidak kalah saing dengan negara-negara kompetitor. Rilis media menyebutkan, hampir setiap tahun kenaikan upah tenaga kerja di Indonesia mencapai 7-8%, sedangkan kenaikan upah di negara-negara seperti Vietnam maupun India hanya berkisar 4-5%," imbuhnya.

Faktor lainnya menjaga ketersediaan infrastruktur jaringan logistik, penyederhanaan birokrasi dan jaminan keamanan serta regulasi yang tak berubah-ubah. "Dengan potensi yang kita miliki inilah investor dari negara-negara lain diharapkan berbondong-bondong mengalihkan investasinya ke lokasi Indonesia" lanjutnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)