Pengamat: Ada Indikasi Mafia Migas di Balik Harga BBM yang Tak Kunjung Turun
loading...
A
A
A
"Di samping itu, Menteri ESDM harus mengevaluasi besaran MOPS yang disesuaikan dengan harga minyak dunia yang berlaku. Penurunan harga BBM sebenarnya akan dapat menaikkan daya beli masyarakat, yang lagi terpuruk akibat Covid-19," ujarnya.
Kenaikan daya beli itu, lanjut dia, akan meningkatkan konsumsi, yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, yang tahun ini diprediksi hanya mencapai 2,2%. "Selain itu, keputusan untuk tidak menurunkan harga BBM sesungguhnya menunjukkan ketidakadilan terhadap konsumen. Pada saat harga minyak dunia naik, Pertamina dengan sigap menaikkan harga BBM. Namun, saat harga minyak dunia turun drastis, Pertamina tidak menurunkan harga BBM," lanjut Fahmy.
Ia mengatakan pada saat inilah momentum yang paling tepat untuk menurunkan secara serentak harga BBM Non-Subsidi dan Subsidi. Selain untuk menaikkan daya beli, juga untuk meringankan beban rakyat yang menderita akibat serangan Covid-19.
"PLN saja sudah menggratiskan dan mendiskon tarif listrik untuk meringankan beban rakyat, Pertamina mestinya juga mengikuti langkah PLN," tutur Fahmy.
Kenaikan daya beli itu, lanjut dia, akan meningkatkan konsumsi, yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, yang tahun ini diprediksi hanya mencapai 2,2%. "Selain itu, keputusan untuk tidak menurunkan harga BBM sesungguhnya menunjukkan ketidakadilan terhadap konsumen. Pada saat harga minyak dunia naik, Pertamina dengan sigap menaikkan harga BBM. Namun, saat harga minyak dunia turun drastis, Pertamina tidak menurunkan harga BBM," lanjut Fahmy.
Ia mengatakan pada saat inilah momentum yang paling tepat untuk menurunkan secara serentak harga BBM Non-Subsidi dan Subsidi. Selain untuk menaikkan daya beli, juga untuk meringankan beban rakyat yang menderita akibat serangan Covid-19.
"PLN saja sudah menggratiskan dan mendiskon tarif listrik untuk meringankan beban rakyat, Pertamina mestinya juga mengikuti langkah PLN," tutur Fahmy.
(fai)