Terimbas Wall Street, Bursa Asia Kompak Berguguran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah bursa di kawasan Asia kompak berguguran pada perdagangan siang hari ini, Rabu (10/11/2021). Kejatuhan itu menyusul tekanan yang terjadi di tiga indeks acuan Wall Street pada penutupan semalam.
Hingga pukul 12:03 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) anjlok 0,52% ke 29.133, Kospi Korea Selatan (KS11) tertekan 1,07% ke 2.930, dan Hang Seng Hong Kong (HSI) terpuruk paling dalam sebesar 1,25% ke 24.501.
Shanghai Composite China (SSEC) longsor 1,15% menuju 3.466, dan Straits Times Singapura (STI) turun 0,47% ke 3.229. Indonesia Composite Index juga merosot 0,17% ke 6.658, gagal meraih all time highnya.
Pasar diketahui masih mencermati tekanan inflasi dan lonjakan harga komoditas di beberapa negara. China, sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia, melaporkan kenaikan harga produsen pada Oktober 2021 sebesar 13,5% year on year.
Perlambatan ekonomi China juga menjadi perhatian investor, terutama karena krisis kredit yang tampaknya dengan cepat menyebar melalui raksasa industri properti mereka.
Sementara dari Amerika Serikat (AS), data konsumen (CPI) yang bakal dirilis pada hari ini diprediksi akan melonjak 5,8% yoy. Hal ini sempat dikonfirmasi oleh para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bahwa indeks harga konsumen bakal lebih panas dari yang diharapkan.
"Kabar dari mereka membuat saya membayangkan ada sedikit keraguan yang tersisa di dalam (The Fed) bahwa risiko seputar inflasi bakal jauh lebih tinggi daripada yang diasumsikan sebelumnya," kata analis NatWest Markets dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Rabu (10/11).
Analis itu juga memperkirakan data CPI AS bakal lebih lemah dan tidak akan menghalangi agenda The Fed terkait kebijakan moneter ke depannya.
Hingga pukul 12:03 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) anjlok 0,52% ke 29.133, Kospi Korea Selatan (KS11) tertekan 1,07% ke 2.930, dan Hang Seng Hong Kong (HSI) terpuruk paling dalam sebesar 1,25% ke 24.501.
Shanghai Composite China (SSEC) longsor 1,15% menuju 3.466, dan Straits Times Singapura (STI) turun 0,47% ke 3.229. Indonesia Composite Index juga merosot 0,17% ke 6.658, gagal meraih all time highnya.
Pasar diketahui masih mencermati tekanan inflasi dan lonjakan harga komoditas di beberapa negara. China, sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia, melaporkan kenaikan harga produsen pada Oktober 2021 sebesar 13,5% year on year.
Perlambatan ekonomi China juga menjadi perhatian investor, terutama karena krisis kredit yang tampaknya dengan cepat menyebar melalui raksasa industri properti mereka.
Sementara dari Amerika Serikat (AS), data konsumen (CPI) yang bakal dirilis pada hari ini diprediksi akan melonjak 5,8% yoy. Hal ini sempat dikonfirmasi oleh para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bahwa indeks harga konsumen bakal lebih panas dari yang diharapkan.
"Kabar dari mereka membuat saya membayangkan ada sedikit keraguan yang tersisa di dalam (The Fed) bahwa risiko seputar inflasi bakal jauh lebih tinggi daripada yang diasumsikan sebelumnya," kata analis NatWest Markets dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Rabu (10/11).
Analis itu juga memperkirakan data CPI AS bakal lebih lemah dan tidak akan menghalangi agenda The Fed terkait kebijakan moneter ke depannya.
(uka)