China Jadi Penyebab Saham-saham Batu Bara Berguguran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kinerja saham batu bara mengalami penurunan pada perdagangan kemarin, Senin (15/11/2021). Analis menilai, salah satu pemicunya adalah kenaikan produksi batu bara di China .
Equity Analyst PT Phillip Sekuritas Indonesia, Dustin Dana Pramitha, mengatakan beberapa waktu belakangan harga batu bara dunia mengalami tekanan dari meningkatnya suplai batu bara China. Sebelumnya produksi batu bara China sempat terganggu akibat bencana alam.
Kondisi itu menyebabkan tingkat produksi dari batu bara China mengalami penurunan. Setelah berangsurnya bencana, Pemerintah China bertekad untuk meningkatkan produksi batu baranya sehingga mereka bisa menekan harga batu bara dunia yang beberapa waktu lalu sempat naik drastis.
"Yang mendorong saham batu bara ini anjlok salah satunya karena China sudah mulai produksi batu bara kembali setelah negara tersebut melewati bencana alam beberapa waktu lalu," ujar Dustin di IDX Channel, Selasa (16/11/2021).
Pada perdagangan kemarin, kinerja saham batu bara berguguran. Adaro Energy (ADRO) turun 4,5%, Bukit Asam (PTBA) 5,64%, Bumi Resources (BUMI) 5,71%, Indika Energy (INDY) 6%, dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) 7%.
"Penyebab lainnya, yang membuat saham ini merosot, tekanan dari Rusia yang saat ini sudah mampu membuka kembali suplai gas alam mereka ke benua Eropa yang sebelumnya mengalami gangguan. Ini juga jadi pemicu saham batu bara makin menurun," terangnya.
Lebih lanjut, adanya kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perubahan iklim COP26 di Glasgow untuk mengurangi penggunaan batu bara sebagai sumber energi, juga akan mengganggu pergerakan saham batu bara dalam jangka panjang.
"Untuk jangka panjang outlook batu bara akan sangat terganggu akibat kesepakatan perubahan iklim itu. Namun, kalau kita lihat dari perkembangan terakhir, India di menit-menit terakhir dikabarkan mengajukan banding sehingga status dari penghentian penggunaan batu bara ini akan diubah menjadi pengurangan secara berkala. Hal itu saya rasa sedikit memberikan angin segar untuk harga batu bara dunia. Jangka panjangnya, menurut saya batu bara ini akan berangsur-angsur ditinggalkan oleh beberapa negara besar," urainya.
Sementara itu, untuk strategi pembelian saham batu bara hari ini, dia becermin dari saham batu bara yang melemah pada perdagangan kemarin. Dustin menyarankan, para investor untuk melihat lebih jeli level support dari masing-masing emiten tersebut sebelum dijadikan average down.
"Strateginya, walaupun memang beberapa investor atau trader sudah memiliki posisi yang cukup tinggi yang sebelumnya terjadi, saya rasa ada baiknya untuk lihat support yang dimiliki masing-masing emiten. Kemudian bisa ditentukan bahwa support tersebut bisa dijadikan average down. Pada jangka pendek, mungkin untuk beberapa minggu ke depan, tekanan dari harga batu bara akan sangat memengaruhi kinerja emiten-emiten tersebut," tutupnya.
Equity Analyst PT Phillip Sekuritas Indonesia, Dustin Dana Pramitha, mengatakan beberapa waktu belakangan harga batu bara dunia mengalami tekanan dari meningkatnya suplai batu bara China. Sebelumnya produksi batu bara China sempat terganggu akibat bencana alam.
Kondisi itu menyebabkan tingkat produksi dari batu bara China mengalami penurunan. Setelah berangsurnya bencana, Pemerintah China bertekad untuk meningkatkan produksi batu baranya sehingga mereka bisa menekan harga batu bara dunia yang beberapa waktu lalu sempat naik drastis.
"Yang mendorong saham batu bara ini anjlok salah satunya karena China sudah mulai produksi batu bara kembali setelah negara tersebut melewati bencana alam beberapa waktu lalu," ujar Dustin di IDX Channel, Selasa (16/11/2021).
Pada perdagangan kemarin, kinerja saham batu bara berguguran. Adaro Energy (ADRO) turun 4,5%, Bukit Asam (PTBA) 5,64%, Bumi Resources (BUMI) 5,71%, Indika Energy (INDY) 6%, dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) 7%.
"Penyebab lainnya, yang membuat saham ini merosot, tekanan dari Rusia yang saat ini sudah mampu membuka kembali suplai gas alam mereka ke benua Eropa yang sebelumnya mengalami gangguan. Ini juga jadi pemicu saham batu bara makin menurun," terangnya.
Lebih lanjut, adanya kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perubahan iklim COP26 di Glasgow untuk mengurangi penggunaan batu bara sebagai sumber energi, juga akan mengganggu pergerakan saham batu bara dalam jangka panjang.
"Untuk jangka panjang outlook batu bara akan sangat terganggu akibat kesepakatan perubahan iklim itu. Namun, kalau kita lihat dari perkembangan terakhir, India di menit-menit terakhir dikabarkan mengajukan banding sehingga status dari penghentian penggunaan batu bara ini akan diubah menjadi pengurangan secara berkala. Hal itu saya rasa sedikit memberikan angin segar untuk harga batu bara dunia. Jangka panjangnya, menurut saya batu bara ini akan berangsur-angsur ditinggalkan oleh beberapa negara besar," urainya.
Sementara itu, untuk strategi pembelian saham batu bara hari ini, dia becermin dari saham batu bara yang melemah pada perdagangan kemarin. Dustin menyarankan, para investor untuk melihat lebih jeli level support dari masing-masing emiten tersebut sebelum dijadikan average down.
"Strateginya, walaupun memang beberapa investor atau trader sudah memiliki posisi yang cukup tinggi yang sebelumnya terjadi, saya rasa ada baiknya untuk lihat support yang dimiliki masing-masing emiten. Kemudian bisa ditentukan bahwa support tersebut bisa dijadikan average down. Pada jangka pendek, mungkin untuk beberapa minggu ke depan, tekanan dari harga batu bara akan sangat memengaruhi kinerja emiten-emiten tersebut," tutupnya.
(uka)