Dari Wae Rebo, Ini Pesan 4 Etos Kerja As dari Menparekraf Sandiaga Uno: Kerja Keras, Cerdas, Tuntas & Ikhlas
loading...
A
A
A
WAE REBO - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno , melakukan visitasi ke Desa Wae Rebo , yang masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik di Ajang Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Ini merupakan visitasi terakhir dari 50 desa wisata yang telah dikunjungi sejak bulan Agustus 2021.
Menparekraf Sandiaga menyampaikan rasa takjubnya dengan Desa Wae Rebo. Tidak hanya karena bentang alamnya yang indah dan budayanya yang unik, namun juga warganya yang ramah.
“Dua kesan saya saat berkunjung ke Wae Rebo, jadi dari 50 desa wisata yang kita kunjungi terakhir ini, Wae Rebo memberikan sensasi yang terbaik. Kedua, desa ini terindah, dicapai dengan penuh perjuangan. Ini adalah desa wisata yang betul-betul berat perjuangannya untuk mencapai, karena kita bukan hanya 4-5 jam naik di mobil tapi kita harus hiking. Sejauh lima kilometer di bebatuan dan jalan setapak yang licin,” ujar Sandiaga Uno, Jumat (3/12/2021).
Desa Wisata Wae Rebo berlokasi di pegunungan terpencil di Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Desa wisata ini memiliki potensi yang unik. Berada di atas ketinggian 1.000 mdpl, Desa Wisata Wae Rebo sering disebut surga di atas awan. Selain itu, desa ini juga memiliki 7 rumah adat yang menjadi ikon dari Wae Rebo, yakni Mbaru Niang, yang berbentuk kerucut.
Adat dan kebudayaan mereka telah membaur dengan kebiasaan penduduk Pulau Flores. Namun arsitektur bangunannya masih memiliki unsur Minang. Pengaruh Minang bisa dijumpai pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang ini.
Hamparan rumput hijau yang dikelilingi pegunungan lengkap dengan kabut juga menjadi pesona desa. Sehingga memberikan kesan magis, namun damai, tenang, dan sejahtera.
Ada juga sumber mata air yang berasal dari pegunungan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk mandi, mencuci, dan untuk minum sehari-hari. Sumber mata air ini dinamai Sosor, yang di mana terdapat dua jenis yaitu Sosor Pria dan Sosor Wanita.
Budaya di Wae Rebo pun masih kental. Yakni adanya upacara adat yang bernama Ritus Upacara Penti. Upacara ini merupakan bentuk syukur masyarakat kepada Tuhan dan roh leluhur terhadap semua bentuk harapan yang diterima selama satu tahun yang telah dilewati.
Desa wisata Wae Rebo juga memiliki ragam seni yakni seperti rangku alu. Permainan serta tarian ini dilakukan dilakukan empat orang memegang empat tongkat bambu, memakai tongkat membentuk palang dan menggerak-gerakkannya. Sementara orang lainnya harus melompati bagian celahnya agar tidak terjepit bambu.
Selain itu juga ada Tarian Caci, yang merupakan salah satu bentuk refleksi dari kebudayaan dan kehidupan warga Wae Rebo.
Untuk produk kerajinan tangan, Desa Wisata Wae Rebo memiliki kerajinan kain tenun. Khas dari kain tenun ini yaitu bermotif Manggarai yang menyerupai bunga dan memiliki warna yang lebih cerah, sedangkan di sektor kuliner, ada kopi dan juga madu hutan.
Dengan berbagai potensinya itu, Desa Wisata Wae Rebo berhasil menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia di ajang Desa Wisata Terbaik UNWTO 2021. Menparekraf berharap capaian itu dapat membuat keberadaan Desa Wisata Wae Rebo semakin baik kedepannya.
"Saya titipkan etos kerja 4 AS, yaitu kerja keras bagaimana kita menunjukkan bahwa masyarakat Desa Wae Rebo ini adalah pekerja keras. Kedua, kerja cerdas, kecerdasan kita untuk mengelola kelestarian alam.Ketiga, kerja tuntas, dengan mendapatkan hasil terbaik di UNWTO. Keempat, kerja ikhlas, kita berikan yang terbaik dan sisanya kita serahkan yang di atas untuk menentukan. Tapi saya yakin Wae Rebo akan mendapatkan hasil yang terbaik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sandiaga juga akan memberikan pendampingan untuk Desa Wisata Wae Rebo agar desa ini bisa terus berkembang.
“Saya akan menugaskan dewan juri Prof. Azril Azahari yang merupakan juri ADWI untuk memberikan pendampingan untuk memastikan Desa Wisata Wae Rebo ini bisa berkembang,” ujarnya. Sementara itu, Bupati Manggarai Heribertus G.L.Nabit, menyampaikan terima kasih atas kunjungan Menparekraf Sandiaga ke Desa Wisata Wae Rebo.
“Terima kasih banyak, Pak Menteri ini adalah menteri pertama yang datang ke Wae Rebo, terima kasih banyak sudah bersusah payah menuju ke sini dan membuang waktu di luar jangkauan untuk komunikasi. Kami menantikan pendampingan tersebut, agar cita-cita kami terwujud, kami berharap dan berdoa semua niat kita terwujud,” ujar Heribertus.
Turut mendampingi Menparekraf Sandiaga Uno, Stafsus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-Isu Strategis, Brigjen TNI Ario Prawiseso; Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan, Indra Ni Tua; Dirut BPOLBF, Shana Fatina; Praktisi Parekraf, Hari Sungkari; Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT, Dr. Zeth Sony Libing.
Menparekraf Sandiaga menyampaikan rasa takjubnya dengan Desa Wae Rebo. Tidak hanya karena bentang alamnya yang indah dan budayanya yang unik, namun juga warganya yang ramah.
“Dua kesan saya saat berkunjung ke Wae Rebo, jadi dari 50 desa wisata yang kita kunjungi terakhir ini, Wae Rebo memberikan sensasi yang terbaik. Kedua, desa ini terindah, dicapai dengan penuh perjuangan. Ini adalah desa wisata yang betul-betul berat perjuangannya untuk mencapai, karena kita bukan hanya 4-5 jam naik di mobil tapi kita harus hiking. Sejauh lima kilometer di bebatuan dan jalan setapak yang licin,” ujar Sandiaga Uno, Jumat (3/12/2021).
Desa Wisata Wae Rebo berlokasi di pegunungan terpencil di Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Desa wisata ini memiliki potensi yang unik. Berada di atas ketinggian 1.000 mdpl, Desa Wisata Wae Rebo sering disebut surga di atas awan. Selain itu, desa ini juga memiliki 7 rumah adat yang menjadi ikon dari Wae Rebo, yakni Mbaru Niang, yang berbentuk kerucut.
Adat dan kebudayaan mereka telah membaur dengan kebiasaan penduduk Pulau Flores. Namun arsitektur bangunannya masih memiliki unsur Minang. Pengaruh Minang bisa dijumpai pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang ini.
Hamparan rumput hijau yang dikelilingi pegunungan lengkap dengan kabut juga menjadi pesona desa. Sehingga memberikan kesan magis, namun damai, tenang, dan sejahtera.
Ada juga sumber mata air yang berasal dari pegunungan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk mandi, mencuci, dan untuk minum sehari-hari. Sumber mata air ini dinamai Sosor, yang di mana terdapat dua jenis yaitu Sosor Pria dan Sosor Wanita.
Budaya di Wae Rebo pun masih kental. Yakni adanya upacara adat yang bernama Ritus Upacara Penti. Upacara ini merupakan bentuk syukur masyarakat kepada Tuhan dan roh leluhur terhadap semua bentuk harapan yang diterima selama satu tahun yang telah dilewati.
Desa wisata Wae Rebo juga memiliki ragam seni yakni seperti rangku alu. Permainan serta tarian ini dilakukan dilakukan empat orang memegang empat tongkat bambu, memakai tongkat membentuk palang dan menggerak-gerakkannya. Sementara orang lainnya harus melompati bagian celahnya agar tidak terjepit bambu.
Selain itu juga ada Tarian Caci, yang merupakan salah satu bentuk refleksi dari kebudayaan dan kehidupan warga Wae Rebo.
Untuk produk kerajinan tangan, Desa Wisata Wae Rebo memiliki kerajinan kain tenun. Khas dari kain tenun ini yaitu bermotif Manggarai yang menyerupai bunga dan memiliki warna yang lebih cerah, sedangkan di sektor kuliner, ada kopi dan juga madu hutan.
Dengan berbagai potensinya itu, Desa Wisata Wae Rebo berhasil menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia di ajang Desa Wisata Terbaik UNWTO 2021. Menparekraf berharap capaian itu dapat membuat keberadaan Desa Wisata Wae Rebo semakin baik kedepannya.
"Saya titipkan etos kerja 4 AS, yaitu kerja keras bagaimana kita menunjukkan bahwa masyarakat Desa Wae Rebo ini adalah pekerja keras. Kedua, kerja cerdas, kecerdasan kita untuk mengelola kelestarian alam.Ketiga, kerja tuntas, dengan mendapatkan hasil terbaik di UNWTO. Keempat, kerja ikhlas, kita berikan yang terbaik dan sisanya kita serahkan yang di atas untuk menentukan. Tapi saya yakin Wae Rebo akan mendapatkan hasil yang terbaik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sandiaga juga akan memberikan pendampingan untuk Desa Wisata Wae Rebo agar desa ini bisa terus berkembang.
“Saya akan menugaskan dewan juri Prof. Azril Azahari yang merupakan juri ADWI untuk memberikan pendampingan untuk memastikan Desa Wisata Wae Rebo ini bisa berkembang,” ujarnya. Sementara itu, Bupati Manggarai Heribertus G.L.Nabit, menyampaikan terima kasih atas kunjungan Menparekraf Sandiaga ke Desa Wisata Wae Rebo.
“Terima kasih banyak, Pak Menteri ini adalah menteri pertama yang datang ke Wae Rebo, terima kasih banyak sudah bersusah payah menuju ke sini dan membuang waktu di luar jangkauan untuk komunikasi. Kami menantikan pendampingan tersebut, agar cita-cita kami terwujud, kami berharap dan berdoa semua niat kita terwujud,” ujar Heribertus.
Turut mendampingi Menparekraf Sandiaga Uno, Stafsus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-Isu Strategis, Brigjen TNI Ario Prawiseso; Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan, Indra Ni Tua; Dirut BPOLBF, Shana Fatina; Praktisi Parekraf, Hari Sungkari; Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT, Dr. Zeth Sony Libing.
(nng)