Program Bulatih PHKT Bisa Jadi Salah Satu Solusi Penanganan Sampah IKN
loading...
A
A
A
PENAJAM PASER UTARA - Program Budidaya Lalat Hitam (Bulatih) dari PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) diyakini bisa disinergikan dengan program pengelolaan sampah dari pemerintah daerah untuk menangani masalah sampah di wilayah Ibu Kota Negara (IKN) yang baru.
Hal itu diutarakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Penajam Paser Utara Tita Deritayati dalam diskusi bersama media di Ponpes Hidayatullah Girimukti, Penajam Paser Utara (PPU), Minggu (5/12/2021).
Tita mengatakan, masalah sampah dipastikan akan menjadi salah satu isu sejalan dengan dikembangkannya Ibu Kota Baru. Saat ini saja, kata dia, Pemkab PPU mengelola sekitar 60 ton sampah per hari. Seiring berkembangnya wilayah dengan dibangunnya Ibu Kota baru, permasalahan sampah dipastikan meningkat.
"Untuk mengurangi sampah, saat ini kami punya program pengurangan sampah anorganik dengan bank sampah. Sementara untuk sampah organik belum," ungkapnya.
Program Bulatih, kata dia, bisa menjadi alternatif untuk menekan jumlah sampah organik, yakni dengan memanfaatkannya untuk budidaya belatung (maggot) black soldier fly alias lalat hitam. Dia meyakini cara ini bisa dikembangkan karena maggot yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dengan mengadopsi budidaya lalat hitam ini, masyarakat diharapkan dengan kesadaran sendiri memilah dan memanfaatkan kembali sampah organiknya untuk kepentingan budidaya.
Bersinergi dengan badan usaha, kata dia, ke depannya akan dikembangkan pembuatan Sentra Edukasi Pengelolaan Sampah Organik di TPS3R Kabupaten PPU, memfasilitasi perluasan jaringan pemasaran produk maggot, hingga memberikan literasi kurikulum muatan lokal pemanfaatan sampah organik dan budi daya lalat hitam, dan penguatan unit usaha kelompok. "Jadi sinergi, kita dukung program PHKT ini," ujarnya.
Salah satu binaan PHKT dalam program ini adalah Ponpes Hidayatullah yang mengkombinasikan Bulatih dengan budidaya ikan lele. Dari kegiatan ini selain mendapatkan manfaat berupa penghematan pakan lele dengan menggunakan maggot BSF sebagai pengganti pellet, Ponpes Hidayatullah juga menjadikan program ini sebagai bekal keterampilan bagi para santrinya. Selain Ponpes Hidayatullah, PHKT juga membina kelompok Himpuli dan Kelompok Usaha Wanita Maggot Lestari di Kelurahan Tanjung Tengah.
Dengan Bulatih, ketiga kelompok ini memperoleh banyak manfaat dengan memanfaatkan maggot sebagai pakan ternak alternatif. Kelompok peternak unggas mencatat dapat berhemat sebesar 30% untuk biaya pakan atau setara dengan Rp828.000 per 3 bulan, dimana penghematan tersebut dapat digunakan untuk ternak 100 ekor unggas. Sementara bagi kelompok peternak lele dapat berhemat sebesar Rp3 juta per bulan.
Sementara, pada periode Januari-Agustus 2021 sampah organik yang telah dimanfaatkan untuk pakan maggot mencapai 1.697,5 kilogram atau hampir sekitar 1,7 ton. Jumlah itu dipastikan akan semakin besar jika ke depan lebih banyak masyarakat terlibat dalam kegiatan ini.
Hal itu diutarakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Penajam Paser Utara Tita Deritayati dalam diskusi bersama media di Ponpes Hidayatullah Girimukti, Penajam Paser Utara (PPU), Minggu (5/12/2021).
Tita mengatakan, masalah sampah dipastikan akan menjadi salah satu isu sejalan dengan dikembangkannya Ibu Kota Baru. Saat ini saja, kata dia, Pemkab PPU mengelola sekitar 60 ton sampah per hari. Seiring berkembangnya wilayah dengan dibangunnya Ibu Kota baru, permasalahan sampah dipastikan meningkat.
"Untuk mengurangi sampah, saat ini kami punya program pengurangan sampah anorganik dengan bank sampah. Sementara untuk sampah organik belum," ungkapnya.
Program Bulatih, kata dia, bisa menjadi alternatif untuk menekan jumlah sampah organik, yakni dengan memanfaatkannya untuk budidaya belatung (maggot) black soldier fly alias lalat hitam. Dia meyakini cara ini bisa dikembangkan karena maggot yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dengan mengadopsi budidaya lalat hitam ini, masyarakat diharapkan dengan kesadaran sendiri memilah dan memanfaatkan kembali sampah organiknya untuk kepentingan budidaya.
Bersinergi dengan badan usaha, kata dia, ke depannya akan dikembangkan pembuatan Sentra Edukasi Pengelolaan Sampah Organik di TPS3R Kabupaten PPU, memfasilitasi perluasan jaringan pemasaran produk maggot, hingga memberikan literasi kurikulum muatan lokal pemanfaatan sampah organik dan budi daya lalat hitam, dan penguatan unit usaha kelompok. "Jadi sinergi, kita dukung program PHKT ini," ujarnya.
Salah satu binaan PHKT dalam program ini adalah Ponpes Hidayatullah yang mengkombinasikan Bulatih dengan budidaya ikan lele. Dari kegiatan ini selain mendapatkan manfaat berupa penghematan pakan lele dengan menggunakan maggot BSF sebagai pengganti pellet, Ponpes Hidayatullah juga menjadikan program ini sebagai bekal keterampilan bagi para santrinya. Selain Ponpes Hidayatullah, PHKT juga membina kelompok Himpuli dan Kelompok Usaha Wanita Maggot Lestari di Kelurahan Tanjung Tengah.
Dengan Bulatih, ketiga kelompok ini memperoleh banyak manfaat dengan memanfaatkan maggot sebagai pakan ternak alternatif. Kelompok peternak unggas mencatat dapat berhemat sebesar 30% untuk biaya pakan atau setara dengan Rp828.000 per 3 bulan, dimana penghematan tersebut dapat digunakan untuk ternak 100 ekor unggas. Sementara bagi kelompok peternak lele dapat berhemat sebesar Rp3 juta per bulan.
Sementara, pada periode Januari-Agustus 2021 sampah organik yang telah dimanfaatkan untuk pakan maggot mencapai 1.697,5 kilogram atau hampir sekitar 1,7 ton. Jumlah itu dipastikan akan semakin besar jika ke depan lebih banyak masyarakat terlibat dalam kegiatan ini.