Inovasi Sosial PEP Prabumulih, Atasi Sampah dan Angkat Ekonomi Masyarakat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Melalui pemetaan sosial yang cermat, PT Pertamina EP (PEP) Prabumulih Field menghasilkan sejumlah inovasi sosial yang mampu memberdayakan masyarakat , sekaligus berkontribusi mengatasi masalah sampah di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan.
Hal itu terungkap dalam sharing session secara virtual PEP Prabumulih bersama media, Kamis (9/12/2021). Senior Manager Prabumulih Field Ndirga Andri Sisworo dalam kesempatan itu memaparkan, program besar yang diusung Pertamina EP Prabumulih dinamai Prabumulih Peduli.
Di dalamnya, kata dia, terdapat program pemberdayaan yaitu Pak Dalang dan Sarah. Kemudian, program ekowisata dan edukasi, program keanekaragaman hayati dan program terkait kebencanaan yang di masa pandemi ini juga menginisiasi program tanggap Covid-19.
Ndirga menjelaskan, melalui program inovasi sosial Pengolahan Sampah Terpadu (Pesat), Program Plastik Daur Ulang (Pak Dalang) dan Program Sampah Jadi Berkah (Sarah), tak hanya membantu mengatasi persoalan sampah, namun juga ikut berkontribusi mengangkat perekonomian masyarakat di Kota Prabumulih.
Dia menjelaskan, Pesat dilatarbelakangi timbunan sampah di Kota Prabumulih yang mencapai 34.097,21 ton per tahun. Sebanyak 67% di antaranya merupakan sampah yang tidak terolah atau dibakar. Dengan sampah sebanyak itu, TPA Prabumulih diperkirakan akan over capacity pada 2023.
"Dengan program Pak Dalang, kami bisa mengolah 466,06 ton sa,pah anorganik. Dan kami juga bisa mengklaim bahwa program ini bisa meningkatkan pendapatan pemulung hingga 200%," ujarnya.
Sementara melalui Program Sarah, lanjut dia, ibu-ibu di Majasari mampu memanfaatkan kulit nanas untuk diolah menjadi minuman probiotik. Selain itu, mengolah ampas tahu menjadi makanan yang bernilai gizi dan menjadi oleh-oleh khas dari Prabumulih.
Kontribusi program tersebut diakui oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Prabumulih Dwi Koryana. Dia mengatakan, dengan mengembangkan program Pesat ini diharapkan ada pengurangan sampah kota hingga 30% di 2025. Dia menambahkan, Keberhasilan program Pak Dalang ini menjadikan Prabumulih satu-satunya kota di Sumatera yang dapat dana insentif daerah. Bahkan, kata dia, Romdoni sebagai local hero di balik program ini berhasil meraih penghargaan Kalpataru.
Romdoni, sang local hero, mengungkapkan kiprahnya dalam pengelolaan sampah dimulai pada 2008. Dirinya yang saat itu masih menjadi petani karet beralih menggeluti pengelolaan sampah ketika harga karet turun drastis. "Di Prabumulih banyak penggiat sampah, sampah umum yang banyak dikenal orang yang diabaikan dianggap tidak ada nilai ekonominya," ujarnya.
Hal itu terungkap dalam sharing session secara virtual PEP Prabumulih bersama media, Kamis (9/12/2021). Senior Manager Prabumulih Field Ndirga Andri Sisworo dalam kesempatan itu memaparkan, program besar yang diusung Pertamina EP Prabumulih dinamai Prabumulih Peduli.
Di dalamnya, kata dia, terdapat program pemberdayaan yaitu Pak Dalang dan Sarah. Kemudian, program ekowisata dan edukasi, program keanekaragaman hayati dan program terkait kebencanaan yang di masa pandemi ini juga menginisiasi program tanggap Covid-19.
Ndirga menjelaskan, melalui program inovasi sosial Pengolahan Sampah Terpadu (Pesat), Program Plastik Daur Ulang (Pak Dalang) dan Program Sampah Jadi Berkah (Sarah), tak hanya membantu mengatasi persoalan sampah, namun juga ikut berkontribusi mengangkat perekonomian masyarakat di Kota Prabumulih.
Dia menjelaskan, Pesat dilatarbelakangi timbunan sampah di Kota Prabumulih yang mencapai 34.097,21 ton per tahun. Sebanyak 67% di antaranya merupakan sampah yang tidak terolah atau dibakar. Dengan sampah sebanyak itu, TPA Prabumulih diperkirakan akan over capacity pada 2023.
"Dengan program Pak Dalang, kami bisa mengolah 466,06 ton sa,pah anorganik. Dan kami juga bisa mengklaim bahwa program ini bisa meningkatkan pendapatan pemulung hingga 200%," ujarnya.
Sementara melalui Program Sarah, lanjut dia, ibu-ibu di Majasari mampu memanfaatkan kulit nanas untuk diolah menjadi minuman probiotik. Selain itu, mengolah ampas tahu menjadi makanan yang bernilai gizi dan menjadi oleh-oleh khas dari Prabumulih.
Kontribusi program tersebut diakui oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Prabumulih Dwi Koryana. Dia mengatakan, dengan mengembangkan program Pesat ini diharapkan ada pengurangan sampah kota hingga 30% di 2025. Dia menambahkan, Keberhasilan program Pak Dalang ini menjadikan Prabumulih satu-satunya kota di Sumatera yang dapat dana insentif daerah. Bahkan, kata dia, Romdoni sebagai local hero di balik program ini berhasil meraih penghargaan Kalpataru.
Romdoni, sang local hero, mengungkapkan kiprahnya dalam pengelolaan sampah dimulai pada 2008. Dirinya yang saat itu masih menjadi petani karet beralih menggeluti pengelolaan sampah ketika harga karet turun drastis. "Di Prabumulih banyak penggiat sampah, sampah umum yang banyak dikenal orang yang diabaikan dianggap tidak ada nilai ekonominya," ujarnya.