Rezeki Nomplok dari Bioflok, Sukses TJSL PEP Tanjung Field di Tabalong
loading...
A
A
A
JAKARTA - Program tanggung jawab sosial dan lingkungan ( TJSL ) sejatinya adalah perwujudan komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan di sekitar wilayah operasinya. Jika diterapkan dengan sungguh-sungguh, dampaknya akan sangat terasa bagi masyarakat sekitar, bahkan wilayah yang lebih luas.
Hal itu dibuktikan sendiri oleh masyarakat Desa Kapar, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Desa yang berada di area Ring 1 PT Pertamina EP ( PEP ) Tanjung Field itu merasakan berkah dari implementasi program TJSL di lingkungannya.
Juhin, ketua kelompok pembudidaya ikan binaan PEP Tanjung Field melalui Program Pusat Pembudidayaan Perikanan Desa Kapar Inovatif (Peri Sakti), dalam sharing session secara virtual dengan media pada Kamis (16/12/2021), menceritakan kisah sukses tersebut. "Awalnya, seperti yang lain saya memelihara ikan di kolam tanah pada 2019. Tapi hasilnya kurang memuaskan," tuturnya.
Menurut Juhin, penggunaan kolam tanah untuk memelihara ikan banyak kendala. Salah satunya karena lokasi kolam yang berdekatan dengan lahan industri dan pertambangan, sehingga setiap kali banjir limbahnya masuk ke kolam dan membuat ikan-ikan peliharaannya banyak yang mati.
Sampai, pada 2020 Juhin bersama-sama rekan-rekan sedesanya bersentuhan dengan unit bisnis PT Pertamina Hulu Indonesia, yakni PEP Tanjung Field. Melalui pemetaan sosial yang cermat, dibuatlah Program Pusat Pembudidayaan Perikanan Desa Kapar Inovatif (Peri Sakti) yang menerapkan dengan sistem bioflok.
Juhin beserta rekan-rekannya pun membuat kelompok kerja untuk kemudian diajarkan sistem bioflok dengan membudidayakan ikan dalam terpal bundar. Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
"Tidak hanya menekan biaya pakan, pendapatan anggota kelompok pembudidaya perikanan di Desa Kapar meningkat drstis melalui inovasi sistem bioflok yang diinisiasi PEP Tanjung Field ini," ujarnya.
Menurut dia, sejumlah keunggulan yang dirasakan anggota Kelompok Peri Sakti dari inovasi bioflok antara lain kemampuan mengelola limbah organik menjadi pupuk cair, penghematan pemberian pakan yang sangat signifikan, serta biaya budidaya ikan yang turun drastis, dari sekitar Rp12 juta pada kolan tanah menjadi hanya Rp4 juta per kolam terpal dalam sekali periode panen.
Juhin memaparkan, keunggulan Peri Sakti lainnya adalah padat tebar benih 500 ekor/m3 dibandingkan kolam tanah yang hanya 100 ekor/m3. Sementara, hasil panen mencapai 120 kg/periode/panen dibandingkan kolam tanah yang hanya 80kg/periode/panen. "Akibatnya, pendapatan naik menjadi Rp3 juta/periode panen dibandingkan kolam tanah Rp2 juta/periode," paparnya.
Hal itu dibuktikan sendiri oleh masyarakat Desa Kapar, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Desa yang berada di area Ring 1 PT Pertamina EP ( PEP ) Tanjung Field itu merasakan berkah dari implementasi program TJSL di lingkungannya.
Juhin, ketua kelompok pembudidaya ikan binaan PEP Tanjung Field melalui Program Pusat Pembudidayaan Perikanan Desa Kapar Inovatif (Peri Sakti), dalam sharing session secara virtual dengan media pada Kamis (16/12/2021), menceritakan kisah sukses tersebut. "Awalnya, seperti yang lain saya memelihara ikan di kolam tanah pada 2019. Tapi hasilnya kurang memuaskan," tuturnya.
Menurut Juhin, penggunaan kolam tanah untuk memelihara ikan banyak kendala. Salah satunya karena lokasi kolam yang berdekatan dengan lahan industri dan pertambangan, sehingga setiap kali banjir limbahnya masuk ke kolam dan membuat ikan-ikan peliharaannya banyak yang mati.
Sampai, pada 2020 Juhin bersama-sama rekan-rekan sedesanya bersentuhan dengan unit bisnis PT Pertamina Hulu Indonesia, yakni PEP Tanjung Field. Melalui pemetaan sosial yang cermat, dibuatlah Program Pusat Pembudidayaan Perikanan Desa Kapar Inovatif (Peri Sakti) yang menerapkan dengan sistem bioflok.
Juhin beserta rekan-rekannya pun membuat kelompok kerja untuk kemudian diajarkan sistem bioflok dengan membudidayakan ikan dalam terpal bundar. Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
"Tidak hanya menekan biaya pakan, pendapatan anggota kelompok pembudidaya perikanan di Desa Kapar meningkat drstis melalui inovasi sistem bioflok yang diinisiasi PEP Tanjung Field ini," ujarnya.
Menurut dia, sejumlah keunggulan yang dirasakan anggota Kelompok Peri Sakti dari inovasi bioflok antara lain kemampuan mengelola limbah organik menjadi pupuk cair, penghematan pemberian pakan yang sangat signifikan, serta biaya budidaya ikan yang turun drastis, dari sekitar Rp12 juta pada kolan tanah menjadi hanya Rp4 juta per kolam terpal dalam sekali periode panen.
Juhin memaparkan, keunggulan Peri Sakti lainnya adalah padat tebar benih 500 ekor/m3 dibandingkan kolam tanah yang hanya 100 ekor/m3. Sementara, hasil panen mencapai 120 kg/periode/panen dibandingkan kolam tanah yang hanya 80kg/periode/panen. "Akibatnya, pendapatan naik menjadi Rp3 juta/periode panen dibandingkan kolam tanah Rp2 juta/periode," paparnya.