Kakao dan Cokelat Sumbang ke Ekonomi Rp44,5 Triliun, Mentan Punya 3 Agenda Utama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian atau Mentan Syahrul Yasin Limpo mencatat kemampuan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk pendanaan penanaman ulang kakao secara nasional hanya mencapai 250.000 hektar. Pasalnya, alokasi anggaran pemerintah saat ini didominasi oleh penyediaan vaksin Covid-19 dan pengelolaan lain yang berhubungan dengan penanganan pandemi.
"Karenanya, upaya ini harus didukung oleh pihak-pihak industri,” ujar Syahrul dalam keterangan pers, Senin (20/12/2021).
Dalam gelaran Cocoa Sustainability Partnership (CSP) sebagai forum kemitraan publik dan swasta, Mentan Syahrul menyebut, ada tiga agenda utama yang dapat dilakukan secara bersama. Pertama, melakukan penanaman ulang dengan mempertimbangkan kebutuhan nasional dan ketersediaan stok bahan tanam.
Harus ditentukan luasan dan wilayah yang akan dilakukan penanaman ulang kakao. Upaya ini diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri.
Kedua, pemerataan akses petani kakao terhadap bahan tanam berupa benih yang berkualitas. Sumber-sumber benih harus diperbanyak di wilayah-wilayah pengembangan kakao secara nasional. Ketiga, kegiatan pasca panen.
Cocoa Sustainability Partnership (CSP) sebagai sebuah forum kemitraan publik dan swasta, yang secara aktif terlibat dalam upaya peningkatan dan pengembangan sektor kakao yang berkelanjutan di Indonesia. Adapun total nilai ekonomi yang disumbangkan kakao dan cokelat terhadap ekonomi Indonesia sebesar 44,5 triliun rupiah.
Senada, Direktur Eksekutif CSP Wahyu Wibowo menyebut, ada sejumlah program yang fokus utama dalam rencana tahunan forum kemitraan 2022. Program tersebut diantaranya meletakkan perhatiannya pada penyediaan bahan tanam yang mendukung penanaman ulang tanaman kakao, penyediaan pupuk yang sesuai, penyediaan akses pembiayaan bagi petani.
Lalu, sektor kakao Indonesia dalam mengantisipasi kebijakan Uni Eropa, penghidupan yang layak bagi petani, inisiasi keselarasan peta jalan pengembangan kakao berkelanjutan, dan juga upaya kampanye kepedulian tentang keberlanjutan.
“Kami mengundang kolaborasi dari pihak lain dan anggota CSP untuk membuat business case sektor kakao yang menguntungkan semua pihak, dan keterlibatan aktif dalam gugus tugas CSP yang telah dibentuk sebelumnya untuk menjawab semua tantangan tersebut di atas,” kata Wahyu Wibowo.
Fokus lain CSP di tahun mendatang adalah penerapan pendekatan lanskap secara menyeluruh yang bisa memiliki daya ungkit peningkatan produktivitas kakao nasional.
"Rencana aksi yang tengah dikembangkan adalah bahwa semua pemangku kepentingan, anggota, dan mitra CSP, dan pemerintah tentu saja, untuk bisa saling bergandengan tangan dan berkolaborasi dalam peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas," katanya.
"Karenanya, upaya ini harus didukung oleh pihak-pihak industri,” ujar Syahrul dalam keterangan pers, Senin (20/12/2021).
Baca Juga
Dalam gelaran Cocoa Sustainability Partnership (CSP) sebagai forum kemitraan publik dan swasta, Mentan Syahrul menyebut, ada tiga agenda utama yang dapat dilakukan secara bersama. Pertama, melakukan penanaman ulang dengan mempertimbangkan kebutuhan nasional dan ketersediaan stok bahan tanam.
Harus ditentukan luasan dan wilayah yang akan dilakukan penanaman ulang kakao. Upaya ini diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri.
Kedua, pemerataan akses petani kakao terhadap bahan tanam berupa benih yang berkualitas. Sumber-sumber benih harus diperbanyak di wilayah-wilayah pengembangan kakao secara nasional. Ketiga, kegiatan pasca panen.
Cocoa Sustainability Partnership (CSP) sebagai sebuah forum kemitraan publik dan swasta, yang secara aktif terlibat dalam upaya peningkatan dan pengembangan sektor kakao yang berkelanjutan di Indonesia. Adapun total nilai ekonomi yang disumbangkan kakao dan cokelat terhadap ekonomi Indonesia sebesar 44,5 triliun rupiah.
Senada, Direktur Eksekutif CSP Wahyu Wibowo menyebut, ada sejumlah program yang fokus utama dalam rencana tahunan forum kemitraan 2022. Program tersebut diantaranya meletakkan perhatiannya pada penyediaan bahan tanam yang mendukung penanaman ulang tanaman kakao, penyediaan pupuk yang sesuai, penyediaan akses pembiayaan bagi petani.
Lalu, sektor kakao Indonesia dalam mengantisipasi kebijakan Uni Eropa, penghidupan yang layak bagi petani, inisiasi keselarasan peta jalan pengembangan kakao berkelanjutan, dan juga upaya kampanye kepedulian tentang keberlanjutan.
“Kami mengundang kolaborasi dari pihak lain dan anggota CSP untuk membuat business case sektor kakao yang menguntungkan semua pihak, dan keterlibatan aktif dalam gugus tugas CSP yang telah dibentuk sebelumnya untuk menjawab semua tantangan tersebut di atas,” kata Wahyu Wibowo.
Fokus lain CSP di tahun mendatang adalah penerapan pendekatan lanskap secara menyeluruh yang bisa memiliki daya ungkit peningkatan produktivitas kakao nasional.
"Rencana aksi yang tengah dikembangkan adalah bahwa semua pemangku kepentingan, anggota, dan mitra CSP, dan pemerintah tentu saja, untuk bisa saling bergandengan tangan dan berkolaborasi dalam peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas," katanya.
(akr)