Sambut 2022 Sebagai Tahun Pemulihan Ekonomi, Inovasi dan Optimisme Jadi Kunci
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 dapat mencapai 5,2%. Target ini sejalan dengan proyeksi dari sejumlah lembaga internasional seperti IMF (5,9%), OECD (5,2%), dan World Bank (5,2%).
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, proyeksi itu akan bisa dicapai dengan catatan kondisi kesehatan stabil dan nilai ekspor naiknya besar karena harga komoditas juga sedang tinggi.
“Tapi momentum ini harus dilihat dalam 6 bulan pertama dulu untuk bisa memutuskan kebijakan selanjutnya,” kata Airlangga dalam keterangannya, dikutip Kamis (30/12/2021).
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di tahun depan tetap akan bergantung pada keberhasilan pengendalian pandemi yang didukung kedisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, menjalankan vaksinasi, dan membatasi kerumunan, kemudian respon kebijakan ekonomi yang tepat dari sisi fiskal dan moneter serta penciptaan lapangan kerja dan kesiapan bertransformasi.
“Kalau dari APBN capaiannya maksimal, kemudian dari segi investasi sudah memenuhi target, juga dari konsumen dan sektor industri yang pulih, maka inilah empat engine yang membuat ekonomi kita bergerak,” tuturnya.
Dia menambahkan, dngine yang juga penting adalah digitalisasi, yang di 2020 valuasinya mencapai USD40 miliar, di 2021 loncat ke USD70 miliar, dan di 2025 akan naik lagi ke USD130 miliar.
“Transformasi digital harus didorong karena ini dijalankan oleh anak-anak muda kita yang menjadi backbone perekonomian ke depan,” tandasnya.
Di sisi lain, sejumlah risiko tetap harus diwaspadai agar tidak menganggu momentum pemulihan ekonomi ke depan. Risiko tersebut diantaranya kenaikan harga energi dan inflasi, disrupsi, krisis Evergrande di China, dan normalisasi kebijakan moneter negara maju.
“Tahun 2021 adalah tahun yang berat, tetapi solusinya adalah inovasi dan optimisme. Jadi, bekal untuk 2022 adalah teruslah berinovasi, optimis, jadi kita akan maju. Jangan lupa prokes menjadi kunci, juga lakukan booster vaksin,” tegasnya.
Sementara itu, untuk kuartal IV/2021, perekonomian Indonesia diprediksi akan tumbuh di atas 5% dan 3,7%-4,0% secara tahun penuh 2021. Prediksi tersebut diperkirakan akan tercapai di mana berbagai indikator utama dalam perekonomian nasional telah menunjukkan perbaikan.
Airlangga menyatakan, melandainya kasus positif Covid-19 mendorong mobilitas masyarakat dan berpotensi meningkatkan sektor-sektor strategis seperti industri manufaktur dan perdagangan.
Selain itu, sektor lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi yakni sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial karena semakin efektifnya penanganan Covid-19 dan meluasnya pelaksanaan vaksinasi, kemudian sektor informasi dan komunikasi akibat adaptasi kebiasaan baru yang membutuhkan koneksi internet, serta sektor pertambangan dan penggalian yang disebabkan tingginya permintaan ekspor dan penguatan harga komoditas.
Terkait pencapaian penerimaan perpajakan, tercatat sampai 26 Desember 2021 jumlah neto penerimaan pajak mencapai Rp1.231,87 triliun atau menembus 100,19% dari target yang diamanatkan dalam APBN sebesar Rp1.229,6 triliun.
“Jadi dari sisi penerimaan aman dan dari segi Indeks Keyakinan Konsumen juga kami berharap akan naik lagi di Triwulan IV,” ucapnya.
Dia melanjutkan, kinerja investasi di 2021 juga tergolong sangat baik dan menjadi salah satu penopang pertumbuhan. Realisasi investasi pada kuartal III/2021 telah mencapai Rp216,7 triliun atau meningkat sebesar 3,7% (yoy), yang terdiri atas PMA sebesar Rp103,2 triliun (47,6%) dan PMDN sebesar Rp113,5 triliun (52,4%).
Sepanjang kuartal I-III 2021, realisasi investasi telah mencapai Rp659,4 triliun atau 73,3% dari target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp900 triliun.
“Ke depannya, kita harapkan Indonesia Investment Authority bisa bergerak karena Pemerintah sudah memberikan modal Rp30 triliun, sehingga tinggal realisasi proyek-proyek mana yang akan dibiayai. Kita juga mendorong berbagai Proyek Strategis Nasional yang hingga 2024 nilainya bisa mendekati Rp5.000 triliun,” paparnya.
Membaiknya kondisi perekonomian tentu saja tak lepas dari sokongan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah digulirkan sejak 2020.
“Klaster Insentif Usaha dan Perlinsos menjadi klaster yang mencatatkan realisasi tertinggi. Misalnya PPh Pasal 25 dan pajak UMKM yang ditanggung Pemerintah, PPNBM, dan PPn yang ditanggung Pemerintah untuk properti. Ini semua mendorong perekonomian bergerak, dan menunjukkan komitmen serta keseriusan Pemerintah mendukung masyarakat menghadapi pandemi,” jelas Airlangga.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, proyeksi itu akan bisa dicapai dengan catatan kondisi kesehatan stabil dan nilai ekspor naiknya besar karena harga komoditas juga sedang tinggi.
“Tapi momentum ini harus dilihat dalam 6 bulan pertama dulu untuk bisa memutuskan kebijakan selanjutnya,” kata Airlangga dalam keterangannya, dikutip Kamis (30/12/2021).
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di tahun depan tetap akan bergantung pada keberhasilan pengendalian pandemi yang didukung kedisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, menjalankan vaksinasi, dan membatasi kerumunan, kemudian respon kebijakan ekonomi yang tepat dari sisi fiskal dan moneter serta penciptaan lapangan kerja dan kesiapan bertransformasi.
“Kalau dari APBN capaiannya maksimal, kemudian dari segi investasi sudah memenuhi target, juga dari konsumen dan sektor industri yang pulih, maka inilah empat engine yang membuat ekonomi kita bergerak,” tuturnya.
Dia menambahkan, dngine yang juga penting adalah digitalisasi, yang di 2020 valuasinya mencapai USD40 miliar, di 2021 loncat ke USD70 miliar, dan di 2025 akan naik lagi ke USD130 miliar.
“Transformasi digital harus didorong karena ini dijalankan oleh anak-anak muda kita yang menjadi backbone perekonomian ke depan,” tandasnya.
Di sisi lain, sejumlah risiko tetap harus diwaspadai agar tidak menganggu momentum pemulihan ekonomi ke depan. Risiko tersebut diantaranya kenaikan harga energi dan inflasi, disrupsi, krisis Evergrande di China, dan normalisasi kebijakan moneter negara maju.
“Tahun 2021 adalah tahun yang berat, tetapi solusinya adalah inovasi dan optimisme. Jadi, bekal untuk 2022 adalah teruslah berinovasi, optimis, jadi kita akan maju. Jangan lupa prokes menjadi kunci, juga lakukan booster vaksin,” tegasnya.
Sementara itu, untuk kuartal IV/2021, perekonomian Indonesia diprediksi akan tumbuh di atas 5% dan 3,7%-4,0% secara tahun penuh 2021. Prediksi tersebut diperkirakan akan tercapai di mana berbagai indikator utama dalam perekonomian nasional telah menunjukkan perbaikan.
Airlangga menyatakan, melandainya kasus positif Covid-19 mendorong mobilitas masyarakat dan berpotensi meningkatkan sektor-sektor strategis seperti industri manufaktur dan perdagangan.
Selain itu, sektor lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi yakni sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial karena semakin efektifnya penanganan Covid-19 dan meluasnya pelaksanaan vaksinasi, kemudian sektor informasi dan komunikasi akibat adaptasi kebiasaan baru yang membutuhkan koneksi internet, serta sektor pertambangan dan penggalian yang disebabkan tingginya permintaan ekspor dan penguatan harga komoditas.
Terkait pencapaian penerimaan perpajakan, tercatat sampai 26 Desember 2021 jumlah neto penerimaan pajak mencapai Rp1.231,87 triliun atau menembus 100,19% dari target yang diamanatkan dalam APBN sebesar Rp1.229,6 triliun.
“Jadi dari sisi penerimaan aman dan dari segi Indeks Keyakinan Konsumen juga kami berharap akan naik lagi di Triwulan IV,” ucapnya.
Dia melanjutkan, kinerja investasi di 2021 juga tergolong sangat baik dan menjadi salah satu penopang pertumbuhan. Realisasi investasi pada kuartal III/2021 telah mencapai Rp216,7 triliun atau meningkat sebesar 3,7% (yoy), yang terdiri atas PMA sebesar Rp103,2 triliun (47,6%) dan PMDN sebesar Rp113,5 triliun (52,4%).
Sepanjang kuartal I-III 2021, realisasi investasi telah mencapai Rp659,4 triliun atau 73,3% dari target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp900 triliun.
“Ke depannya, kita harapkan Indonesia Investment Authority bisa bergerak karena Pemerintah sudah memberikan modal Rp30 triliun, sehingga tinggal realisasi proyek-proyek mana yang akan dibiayai. Kita juga mendorong berbagai Proyek Strategis Nasional yang hingga 2024 nilainya bisa mendekati Rp5.000 triliun,” paparnya.
Membaiknya kondisi perekonomian tentu saja tak lepas dari sokongan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah digulirkan sejak 2020.
“Klaster Insentif Usaha dan Perlinsos menjadi klaster yang mencatatkan realisasi tertinggi. Misalnya PPh Pasal 25 dan pajak UMKM yang ditanggung Pemerintah, PPNBM, dan PPn yang ditanggung Pemerintah untuk properti. Ini semua mendorong perekonomian bergerak, dan menunjukkan komitmen serta keseriusan Pemerintah mendukung masyarakat menghadapi pandemi,” jelas Airlangga.
(ind)