Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso: Atur Ulang Tata Niaga Pangan

Kamis, 13 Januari 2022 - 00:22 WIB
loading...
Direktur Utama Perum...
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Dok: MPI/Faisal Rahman)
A A A
JAKARTA - Pangan merupakan komoditas strategis karena dibutuhkan seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, pangan dikendalikan penuh oleh pemerintah yang dalam hal ini dilakukan oleh Perum Bulog .

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 48 Tahun 2016, pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen untuk jenis pangan pokok beras, jagung, dan kedelai.

Berbagai cara pun dilakukan Bulog dalam rangka menjalankan tugas tersebut. Walaupun demikian, ada beberapa persoalan yang dihadapi Bulog. Apa saja persoalan itu? Untuk mengetahuinya, berikut petikan wawancara dengan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, belum lama ini.

Seperti apa kondisi harga pangansaat ini?
Ada kenaikan harga komoditas pangan di beberapa daerah, seperti telur, minyak goreng, cabai. Tapi untuk beras hanya ada beberapa daerah saja yang naik, tapi kita langsung sikapi dengan operasi pasar. Karena stok beras yang ada di gudang Bulog untuk program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSA) itu memadai dan mencukupi. Memang itulah tugas Bulog.

KSPA jagung seperti apa?
Bulog dapat penugasan jagung untuk peternak mandiri, khusus di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Kita sudah penuhi secara keseluruhannya. Jadi kita dapat penugasan jagung 30.000 ton dan sudah kita selesaikan atau salurkan seluruhnya kepada peternak mandiri.

(Baca juga:Gandeng Bulog, ASABRI Sediakan Sembako Harga Khusus bagi Peserta)

Apakah Bulog mendapatkan penugasan stabilisasi harga minyak goreng?
Kami melakukan langkah-langkah untuk menghadapi peningkatan harga minyak goreng dan telur. Kami koordinasi dengan kementerian terkait, seperti dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Pertanian (Kementan). Mudah-mudahan gejolak kenaikan sembako di beberapa wilayah bisa segera tertangani.

Untuk beras aman ya Pak?
Kita berpedoman pada data yang dibuat oleh BPS. Sampai akhir tahun ini, stok beras mencukupi. Sekarang cuaca tidak menentu tentunya berdampak pada produksi dalam negeri, khususnya beras.

Namun demikian kita terus memantau. Prediksi kita Januari belum ada panen, tapi stok yang ada di Bulog masih memadai. Jadi tidak usah khawatir. Berdasarkan data BPS, maka untuk tahun depan, prediksi kami panen akan mundur. Panen yang tadinya kita prediksi di Februari, pasti mundur ke Maret-April.

(Baca juga:Komitmen BULOG dan BKKBN Turunkan Persentase Stunting di Jawa Tengah)

Data BPS, di kuartal I/2022 produksi beras dalam negeri 11,61 juta ton. Artinya kalau kebutuhan beras nasional tiap bulan 2,6 juta ton. Berarti kalau dikalikan 3 bulan masih surplus. Tapi seandainya cuaca tidak menentu, Bulog masih punya stok yang memadai. Pemerintah melalui Bulog sudah menyiapkan untuk antisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Dari dua tahun ke belakang 2020-2021 dengan kondisi pandemi Covid-19 yang sedang tinggi-tingginya kita tidak kekurangan stok beras. Termasuk kita bisa menyalurkan program-program pemerintah. Stok beras yang kita kuasai masih 1 juta ton. Berarti cukup memadai sampai akhir tahun ini.

Bulog tidak hanya berpikir pada stok beras untuk kepentingan KPSA maupun untuk bencana, tapi kita juga melakukan upaya-upaya memperbaiki kualitas beras. Ini dikelola di bidang komersial/bisnis.

(Baca juga:Bulog Peduli Gizi Gelontorkan Bantuan Beras Bervitamin kepada Dua Ribu Balita)

Apa peran Bulog dalam rangka menekan angka stunting di Indonesia?
Bulog berperan aktif menanggulangi stunting di seluruh Indonesia bekerjasama dengan BKKBN, Kemenkes, Kementerian PMK, Kemensos. Dengan harapan masalah stunting ini bisa kita turunkan dengan menggunakan produk Bulog yakni beras Fortivid atau beras bervitamin. Salah satu vitamin itu untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi mulai dari ibu hamil sampai anak balita.

Apakah Bulog memiliki beras unggulan?
Bulog sudah memiliki beras unggulan sebanyak 100 merek. Namun yang sudah diedarkan di masyarakat ada 50 merek beras. Ini adalah beras komersial baik itu jenis beras medium maupun premium. Kegiatan ini dilakukan Bulog di bidang komersial.

Seperti apa Bulog dalam melestarikan beras varietas asli Indonesia?
Kami tahu ada beras-beras asli Indonesia yang sekarang ini sudah hampir punah. Karena itu kami kerja sama dengan beberapa kepala daerah yang tujuannya untuk menggalakkan para petani bersedia menanam jenis padi asli Indonesia itu.

(Baca juga:Buwas Beberkan Bulog Punya Total Utang Rp13 Triliun, Begini Penjelasannya)

Variestas beras asli Indonesia itu antara lain Rojolele di Jawa Tengah, Beras Mutiara di Kalimantan Selatan dan Anak Daro di Sumatera Barat. Nah ini kita kumpulkan semua dan kita kerja sama dengan Kementan termasuk pemda setempat.

Kita minta pemda galakkan petani di daerahnya menanam jenis padi tersebut. Karena selama ini masyarakat enggan menanam jenis padi itu karena usia pertanamannya lama bisa enam bulan. Kalau padi pada umumnya kan tiga bulan panen.

Bagaimana caranya agar petani bersedia menanam varietas padi tersebut?
Bulog harus beli beras itu dengan harga yang mahal. Kami akan jadikan beras berkualitas premium. Kami sudah memiliki pasar khusus yang mau membeli beras tersebut dengan harga tinggi.

Makanya kami harus kerja sama dengan petani yang menanam padi jenis itu. Karena petani harus menanam itu secara organik sehingga harganya mahal. Harapannya, nantinya akan kita ekspor ke Eropa karena telah memenuhi standar beras organik Eropa.

(Baca juga:Buwas Pastikan Bulog Bakal Utang Lagi Tahun Depan, Buat Apa?)

Bagaimana dengan beras berbahan baku porang?
Bulog akan galakkan beras sirataki yang bahan bakunya dari porang yang merupakan tanaman asli Indonesia. Itu bisa kita ekspor juga. Itu harganya tinggi. Kita juga bisa buat beras berbahan baku jagung maupun singkong. Kita bisa merekayasa itu. Demikian juga beras dari sagu.

Bahkan kita sedang kembangkan beras dari beras. Jadi nanti kalau ada beras yang turun mutu itu kita ubah menjadi tepung dan tepungnya kita olah kembali menjadi beras dan itu lebih sehat.

Seperti apa progres pembangunan penggilingan padi modern (modern rice milling plant/MRMP)?
Iya, kami tengah membangun 13 fasilitas MRMP di sejumlah wilayah agar bisa memproduksi beras secara mandiri. Beras yang diproduksi diprioritaskan untuk kualitas premium, namun akan dijual dengan harga setara beras medium.

Masing-masing unit MRMP terdiri dari pengering (dryer), penggilingan (milling), dan gudang Silo. Pada setiap MRMP, dryer memiliki kapasitas 120 ton per hari, milling 6 ton per hari, dan Silo berkapasitas 2.000 ton. Di setiap lokasi terdapat tiga unit Silo sehingga total kapasitas penyimpanan Silo sebanyak 6.000 ton

Ke-13 MRMP itu dibangun di Bojonegoro, Magetan, Jember, Banyuwangi, Sumbawa, Sragen, Kendal, Subang, Bandar Lampung, Karawang, Cirebon, Luwu Utara, dan Grobogan.

Tujuan pembangunan MRMP itu bagaimana negara hadir di tengah-tengah masyarakat petani beras. Kita bangun secara bertahap dan sekarang dalam proses. Harapan kita ke depan petani petani tidak lagi dikuasai oleh kartel-kartel atau sistem ijon yang menyebabkan petani dirugikan.

Apakah pembangunan MRMP ini juga dalam rangka merealisasikan rencana Bulog memasok beras ke ASN, TNI dan Polri?
Kalau 13 MRMP ini sudah rampung, kita akan memproduksi sendiri beras premium. Tentunya kalau cost-nya rendah, kenapa harus jual mahal. Ini kan peran negara. Bahkan saya ingin meraih kembali trust/kepercayaan Bulog sebagai supllier untuk TNI dan Polri.

Waktu saya berpangkat perwira pertama masih merasakan beras jatah dari Bulog. Hanya kesalahannya waktu itu Bulog tidak menjaga kualitas sehingga berasnya tidak baik. Maka ini harus kita kembalikan. Kalau produksi dalam negeri itu banyak bisa disalurkan untuk dalam negeri khususnya untuk TNI/Polri. Kalau beras untuk TNI/Polri ini sukses, maka saya yakin akan menular ke ASN.

Berapa target penyerapan beras di 2022?
BPS menyatakan bahwa di kuartal I/2022 akan terjadi surplus beras. Sebenarnya Bulog itu bisa menyetok beras sebanyak mungkin. Kalau targetkan 2022 akan menyerap seperti 2021 yakni sebanyak 1,2 juta ton. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa lebih dari itu. Itu kan hanya target awal kita saja, itu hanya untuk cadangan beras pemerintah (CBP) saja. Nah jika terjadi kelebihan stok, maka akan dikelola secara komersial. Jadi menyerap produksi dari petani untuk kepentingan komersial.

Bagaimana dengan jagung dan kedelai?
Sebenarnya kalau kita mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) No 48 Tahun 2016, Bulog memiliki penugasan padi, jagung, kedelai (pajale). Itu kewenangan Bulog. Tapi faktanya kan tidak. Bahkan kalau kita mau impor dan menyerap padi dari dalam negeri harus ada keputusan dari negara.

CBP itu milik negara yang ditugaskan melalui Bulog. Ini nanti akan kita sampaikan ke pemerintah untuk perbaikan-perbaikan ke depan. Termasuk jagung, karena jagung sampai hari ini kan Bulog itu hanya mendapatkan penugasan. Jadi tidak bisa secara otomatis. Sekarang kan importasi jagung dilakukan importer jagung, kita (Bulog) tidak tahu berapa banyak yang diimpor, untuk kebutuhan apa saja, dari negara mana kita juga tidak tahu.

Sehingga sekarang boleh dikata tata niaga jagung itu dikuasai oleh importer-importer tertentu termasuk kedelai. Perajin tempe dan tahu sering bingung dengan kedelainya, karena yang mengendalikan harga kedelai bukan negara, tapi para importer yang sudah diberikan kewenangan untuk impor.

Padahal kalau kita mengacu pada Perpres No 48 Tahun 2016 tadi, pajale itu kewenangan negara melalui Bulog. Sudah jelas itu. Harusnya, importer itu tidak bisa langsung mengadakan jagung sendiri, mengadakan kedelai sendiri. Itu harus sepengetahuan dan seizin Bulog.

Apa perlu tata niaga pangan diatur ulang?
Mudah-mudahan di 2022 ini ada perubahan. Karena inilah salah satu kebutuhan mendasar dari masyarakat kita. Ke depan persoalan tata niaga pangan itu harus ditata kembali, tata niaga pangan secara keseluruhan harus ditata ulang. Kalau tata niaga pangan ini dikuasai negara, maka tidak akan terjadi seperti ini, tidak akan terjadi gejolak harga lagi.
(dar)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1079 seconds (0.1#10.140)